Frangipani Flower Lovely Little Garden: Anak SMA: Sportifitas dan Berani
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Kamis, 19 Juli 2012

Anak SMA: Sportifitas dan Berani



Aku punya anak yang sudah SMA. Ceritaku tentang Anak SMA kali ini akan berkisah tentang aktifitas Luthfan yang menurutku bisa dinilai positip. Tidak seperti yang banyak diceritakan orang bahwa Anak SMA adalah masa yang sulit untuk diarahkan. Masa penuh pemberontakan dan tuduhan negatip lainnya. Aku bangga dengan apa-apa yang sudah Luthfan tujnjukkan kepada kami orang tua dan keluarga.


Seperti biasa, aku membangunkan anak-anak untuk melaksanakan sholat subuh dan langsung disusul mempersiapkan keberangkatan ke sekolah. Pagi itupun Luthfan melakukan rutinitas itu dengan sendirinya. Berangkat sekolah sambil mengantar adiknya yang masih SD ke sekolahnya. Jadi aku atau ayahnya tidak lagi harus terburu mengerjakan tugas kami yang lain di pagi hari. Luthfan amat mengerti bahwa waktu di pagi hari adalah berharga dari menit ke menit. Jadi sudah sejak usia dini dia sudah mandiri.



Sulungku itu amat suka dengan olah raga. Ada waktu luang pasti dia isi dengan kegiatan olah raga. Mulai dari Silat, Kempo, Parkour, Badminton, dan Futsall. Rasanya aku sudah beberapa kali bercerita tentang Luthfan ya... Terutama tentang kegiatan olah raganya. Maklumlah rasa bangga seorang bunda terhadap anak laki-lakinya. Luthfan memang belum mempunyai prestasi yang menonjol pada kegiatannya itu. turnamen-turnamen atau pertandingan-pertandingan yang diikutinya selalu dia cari sendiri atau arahan dari sekolahnya. Tak perduli harus berhadapan dengan 'gajah' sekalipun. Dia tetap akan maju. Tak menyerah walau kalah pada pertandingan sebelumnya. Dia terus mengabarkan kalau besok ada pertandingan. Santai...tanpa beban. Sportif dan berani.

Pernah suatu saat Luthfan pulang dari pertandingan Kempo dengan kaki pincang. Dengan santai dia bilang,

"Bunda, tadi tenyata tidak ada batasan umur, hanya berat badan aja. Jadi lawanku tentara yang sudah sabuk coklat. Sakit juga tadi kakiku kena tangkis waktu nendang."

Padahal waktu itu dia baru sabuk putih. Tapi dia pede aja ikut pertandingan itu. Bahkan belum lagi sabuknya berubah warna (masih putih), dia sudah ikut pertandingan lagi dengan kriteria sama, tidak ada batasan umur, hanya berat badan. Dan dia berhasil mendapat mendali perak, setelah mengalahkan si sabuk coklat. Wow...!! Luthfan selalu bisa menguatkan rasa percaya dirinya. Begitu seterusnya tiap ada pertandingan. Kalah tak perduli. Menang merasa bangga walau tak ada eforia. Satu hal yang selalu dimintanya tiap pertandingan kempo.

"Bunda jangan nonton aku bertanding. Aku kuatir kalau bunda nonton, nanti aku ngga boleh ikut tanding lagi."



Ups...! Itu artinya aku tidak boleh melihat dia memukul dan dipukul, menendang dan ditendang. Dia amat kenal bundanya. Aku memang tidak akan tega melihatnya begitu. Maka aku setuju saja dengan permintaannya.  Tapi aku beberapa kali menonton turnamen badmintonnya. Aku suka sekali melihat gayanya kalau sedang mengayunkan raket. Punya style... Ah.. My Son... (si bunda sedang mengagumi milik sendiri). Di badmintonpun dia belum berprestasi. Hanya ikut turnamen-turnamen kecil saja. Tapi seperti juga halnya dengan kempo, Luthfan tak pernah ngambeg walau kalah. Itu yang aku suka dari dia. Buatnya kalah menang dalam pertandingan adalah hal biasa. Dari sanalah dia belajar. Anaknya asyik-asyik saja...




Aku pernah tidak yakin dia mampu lomba lari 10 km. Waktu dia minta ijin untuk ikut, aku dan ayahnya cuma mengiyakan tanpa yakin dia akan sampai finish. Tapi sekali lagi Luthfan menghilangkan keraguan kami. Walau tidak menang (pesertanya ribuan), tapi dia berhasil membuktikan bahwa dia mampu menempuhnya.

"Aku mau ikut lagi nanti kalau ada event seperti ini lagi. Waktu tempuhnya harus lebih cepat dari yang sekarang."

Good son...! Buat target ya....!
Tahu olah raga Parkour? Itu lho yang lompat dari tembok ke tembok, dari gedung ke gedung, dari tangga ke tembok, dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, guling sana sini, dll. Tiap minggu pagi di Senayan dia ikut latihan Parkour. Latihannya udah kayak militer saja. Push up ratusan kali, merayap, lari keliling lapangan puluhan kali, pull up, dan latihan fisik lainnya. Dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang. Jadi tak ada ceritanya hari minggu tongkrongan sama teman-teman. Tak ada hari yang kosong buatnya. Selalu dia isi dengan kegiatan positip. Dan itu tak pernah kami suruh sama sekali. Dia cari sendiri kegiatannya, dan disiplin sendiri dengan jadwalnya.




Pernah dia pulang sekolah dengan antusias minta ijin,
"Bunda aku mau futsal sama teman-teman."
(kok tumben pikirku, hari sekolah kok mau futsal, bukankah biasanya dia futsal kalau tidak jum'at atau sabtu?).
"Tadi aku diajak tawuran. Aku nggak mau. Ngapain pakai tawuran? Yang dibelain juga ngga jelas. Kurang kerjaan aja. Aku sampai dibilang ngga solid dan penakut. Tapi perduli amat. Jadi aku sama teman-teman yang lain sepakat mau futsal aja buat alasan ke mereka yang ngajak tawur itu."

"Emang apa yang diributkan mas..?" tanyaku penasaran.

"Ngga tau bun, tapi kayaknya sih cuma gara-gara ledek-ledekan di twiter aja."

Walah.... bisa gitu... urusan dunia maya dibawa-bawa ke dunia nyata. Tapi aku bangga Luthfan bisa menyikapi hal itu. Dia tahu cara menghindar dan mengabaikannya. Good job son...! Aku bersyukur Luthfan bisa memilih teman yang baik. Rumahku selalu buat posko mereka berkumpul kalau mau mengadakan kegiatan atau sekedar berweekend saja. Keseharian Luthfan masih bisa aku pantau sampai saat ini. Teman-temannya yang datang juga sopan-sopan. Mereka tak pernah meninggalkan waktu sholat. Mereka selalu berjama'ah bila waktunya tiba.



Jadi Cerita Anak SMA buatku adalah cerita positip tentang Luthfan dan teman-temannya.  Tulisan ini aku buat sebagai wujud keprihatinanku terhadap keyword Anak SMA di Google yang amat memiriskan hati.

20 komentar:

  1. kegiatan olahraga dimasa muda kaya zulfan itu bagus loh,soalnya menjauhkan anak muda dari namanya narkoba & asap rokok yang merusak badan,pikiran & hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah begitu mas Andy... Sampai sekarang memang Luthfan tidak suka dengan merokok. Kebetulan dia ada alergi dgn asap dan debu. Olah raga itu sangat membantu dia mengatasi alerginya.

      Hapus
  2. alhamdulillah bangga punya putra luthfan ya mbak Niken
    kalau devon beda lagi dia sukanya elektro, dulu waktu SD klas 5 juara membuat robot tingkat jawa bali yang diadakan ITS surabaya, sekarang malah suka listrik..., yang penting hrs pinter mengarahkan anak2 kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Woow... Devon hebat ya mas... Emang sekarang kelas berapa?
      Anakku yang no 3 sula dengan robot dan elektro, tp sayangnya kami blm bisa memenuhi atau menyalurkan keinginannya itu dgn lbh terarah. Baru sedikit2 saja sesuai kemampuan...

      Hapus
  3. Wow, tolong sampaikan salam saya untuk dik Lutfhan , kapan² saya tak belajar kempo sama dia dan mau tak lomba lari sama saya hi hi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow...salam kembali dari Luthfan... Boleh...boleh kang Sofyan kapan2 kalau ketemu Luthfan jadi sparingnya... hehehe...

      Hapus
  4. Wah, Mbak NIken sdh punya anak SMA? Wouuw...looking still young lho mbak? Gak nyangka ternyata sdh punya jagoan muda nan patuh pada orang tua. Smoga LLuthfan jd anak berbahagia selalu dan berguna bagi agama.

    Oia, seklian mengucapkan Selamat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan, semoga kita bisa meraih iman dan taqwa yg lebih baik..mohon maaf lahir dan bathin:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...semoga demikian kelak Luthfan menjadi.
      Iya mbak Rie..aku udah tua kok...hehehe... tipuan kamera aja kali yg bikin looking still young... :D

      Sama-sama, selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan, semoga membawa keberkahan bagi kita semua.

      Hapus
  5. Benar2 sportif ya Bun.
    Jika memang anak punya keinginan [positif] memang harus didukung ya Bun.
    Pembelajaran untuk idah kelak. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Idah... anak-anak sering menemukan dunianya sendiri. Kita mendukung saja selama itu hal positif. :)

      Hapus
  6. ternyata anakmu sudah SMA juga ya mba.... putriku juga udah SMA lho! :)

    Menurutku, pembentukan kepribadian seorang anak, tak hanya bergantung dari bagaimana org tua mendidik dan mengawasinya, tapi juga dibentuk oleh lingkungan sekitar (sekolah, guru, teman dan pergaulannya). Membesarkan anak di usia seperti ini memang gampang-gampang sulit ya mba...

    ALhamdulillah, Intan putriku juga masih sangat menentramkan dan membanggakan hatiku... I am so proud of her. :)
    Banyak kegiatan positif yang dia lakukan bersama teman2nya dikala senggang. Sama seperti Luthfan... semoga anak2 kita tetap menjadi kebanggaan ayah bunda ya mba.... berguna bagi orang tua, agama dan bangsa... amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tooss dulu mbak Alaika... seru ya punya anak sudah remaja. Kayak main jet coaster aja... tarik ulur aja deh menghadapinya. Mesti bisa menjadi teman buat mereka.
      Salam buat Intan ya mbak... Semoga anak-anak kita bisa mengatasi serangan2 dari luar.

      Hapus
  7. wah selamat ya bu, punya anak yang berpikir positif. klo masalah parkour, jadi inget waktu saya masih SD, latihan parkour malam-malam, lompat tembok hingga pohon. hasilnya bawa mangga satu kilo.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... lumayan dong ya kalau sekali manjat 1 kg mangga. Tiap musin mangga manjat bisa jualan mangga nanti... :D

      Hapus
  8. Ayo mba, ajak lutfhan ke purwokerto nanti saya tantang main futsal..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siaappp...! Kalau ke Purwokerto sih kami cukup sering mas.... Buat saya purwokerto itu sdh seperti kampung halaman saya juga.

      Hapus
  9. anak muda emang kayaknya hrs banyak kegiatan positif ya mbak.. mereka lagi semangat2nya. kalo gak byk kegiatan malah akhirnya mereka kearah yg negatif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak Myra... energi mereka mmg sedang butuh disalurkan. Jangan sampai menyalurkannya pada hal yang salah. Masa depan taruhannya.

      Hapus
  10. Saatnya Shalat selalu ingat mantap

    BalasHapus