Frangipani Flower Lovely Little Garden: Chef Hilman Zata Amani
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Rabu, 25 Januari 2012

Chef Hilman Zata Amani




Siang itu, aku lihat Hilman bolak balik buka tutup lemari es seperti mencari sesuatu atau menginginkan seuatu. Tapi dia tak bertanya apa-apa padaku. Aku sengaja tak bertanya padanya, hanya memperhatikan tingkah lakunya. Aku lihat dia mengeluarkan nugget, sosis, keju dan telur, lalu dibawanya ke dapur.
Melihat bahan-bahan yang dikeluarkannya aku bertanya,"Kok macam-macam gitu sih Hil...? Mau digoreng semua?"
"Aku mau buat resep, Bun... Temani aku di dapur dong Bun, tapi bunda liatin aja, ga usah bantu."
Dengan penasaran aku ikuti dia ke dapur. Kalau dia sudah bilang ga usah bantu, berarti dia hanya butuh teman di dapur. Maklum dia agak penakut. (Hilman memang senang otak-atik di dapur. Menggoreng telur aja bisa macam-macam cara dia lakukan. Menyeduh mie instan maunya begini, maunya begitu...) Maka aku temani dia sambil setrika yang posisi meja setrika memang tak jauh dari dapur. Aku bisa memperhatikan kerjanya sambil setrika.


"Bunda punya tepung roti?" tanya Hilman
"Ada tuh nak, dekat rak bumbu," jawabku sambil terus melakukan pekerjaanku.
Aku lihat Hilman menumbuk nugget sampai hancur, memotong-motong tipis sosis lalu mencincangnya asal, memarut keju, mengocok sebutir telur, dan menyiapkan tepung roti ke sebuah piring. Tanpa meminta bantuanku dia melakukan semuanya sendiri. Tangan kecilnya tampak sibuk dan wajahnya terlihat serius. Sebetulnya hatiku ingin membantunya, tapi aku urungkan. Aku mau lihat apa yang mau dibuatnya.
Lalu anakku itu mengambil sejumput nugget tumbuk, memipihkankan ditelapak tangannya lalu diletakkannya sedikit sosis cincang dan parutan keju, setelah itu dikepal-kepal dibuatnya bentuk bola. Begitu terus sampai nuggetnya habis. Kemudian dicelupnya di telur kocok dan digulingkan di tepung roti. Baru setelah itu dia siapkan penggorengan. Digorengnya satu persatu bulatan-bulatan itu.
"Kecilkan apinya Hilman..." waktu aku lihat apinya terlalu besar, "nanti gosong".
 "Oh... iya lupa... nanti dalamnya bisa ga mateng ya Bun..."
"Iya say... nanti luarnya gosong tapi dalamnya blm mateng," aku tetap tak beranjak dari setrikaanku.

"Naaahhh... udah mateng semua, Bun..." teriaknya girang sambil memperlihatkan hasil kerjanya padaku. Tertata rapi disebuah piring. 5 bulatan dengan warna gorengan yang cukup rata.
"Bunda mau ngga...?"
"Pasti mau dong... bunda khan dari tadi nungguin pengen ngicipin masakan Hilman. Apa nama resepnya, nak..?"
"Apa ya Bun...? Gimana kalau Bola Nugget isi Keju Sosis...."
"Wah... keren... sip...sip... Hil... Bunda setuju."
"Enak ga Bun...?"
Dengan antusias aku mencicipinya... Hmmm... sedikit kurang matang dalamnya. Mungkin masih terlalu besar api dan kurang dibolak balik. Tapi secara keseluruhan... enak... Maka aku perlihatkan wajah bahagiaku padanya....
"Hilmaaannn.... enak banget...! Kamu pinter banget sih... Aku beri dia ciuman pipi dan pelukan hangat. Semoga nanti Hilman jago masak ya... bisa jadi Chef...."
"Aamiin..."
"Dari mana ide resepnya Nak?"
"Dari nugget isi keju brokoli yang bunda beli kemaren. Aku pikir pasti isinya bisa diganti yang lain. Jadi aku ganti ama sosis aja."
"Pinter... Top... " pujiku
"Makasih bundaaaa...!" teriaknya sambil bergegas ke depan memanggil-manggil kakak dan adiknya.... menawarkan hasil karyanya ke mereka. Maka dalam sekejap semua bola-bola itu habis diiringi pujian dari saudara-saudaranya. Mereka bergantian berbicara membahas resep itu.

Aku tinggalkan setrikaan ku, aku tak mau melewatkan moment indah itu. Dalam hati aku berkata, lihat ...indahnya hidupku.... Bisa menyaksikan dan merasakan semua ini. Alhamdulillah ya Allah... Besar sekali nikmatMu. Semoga aku selalu menjadi hambaMu yang selalu bersyukur atas semua pemberianMu.

Aku kembali ke dapur... Waahhh... berantakan...! Aku bisa saja membereskan semuanya karena sudah amat bangga dengan hasil kerja Hilman. Tapi ada hal lain yang harus aku ajarkan padanya. Tanggung jawab. Maka aku panggil dia, untuk membereskan bekas alat-alat masak dan yang berceceran disekitar dapur. Walau belum terlalu bersih tapi Hilman mengerjakannya dengan ringan. Lalu yang mencuci semua bekas alat masaknya adalah Astri. Kerja sama yang baik. Aku tinggal merapikan saja. Siapa bilang punya anak banyak merepotkan... Hehehehe....

Hilman anakku yang nomor 3, umur 9 tahun, kelas 4 SD. Paling unik dibandingkan saudara-saudaranya yang lain. Kreatif dan sering punya jalan pikiran yang berbeda dari yang lain. Mendidik dan memperlakukannya harus dengan cara yang berbeda dari saudara-saudaranya yang lain. Hilman memang punya khas sendiri.... Semoga aku dan ayahnya bisa mengarahkannya sesuai bakat dan minatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar