Frangipani Flower Lovely Little Garden: Pola Pikir Yang Salah
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Sabtu, 17 Maret 2012

Pola Pikir Yang Salah

Ini sekali lagi bermula dari obrolan dengan sulungku.  Sore itu dia sedang membuka akun facebooknya, tiba-tiba dia berseru, "Bunda.... Pelatih bulu tangkisku, kak Hendra , sekarang buka warung bakso...! Ini dia promosi di facebook. Lokasinya ga jauh dari kantin bunda."
"Wah... Hebat dong... Bisa buka usaha bakso begitu," aku merespon dengan rasa kagum.  Sebab aku merasa tidaklah mudah membuka sebuah usaha. Bukan sekedar butuh modal yang cukup besar, tapi juga butuh keberanian dan mental yang kuat.  Aku mengalami sendiri selama 2 tahun ini. Menjalankan sebuah warung makan yang aku sebut kantin, ternyata memang tidak gampang. Dari permodalan aku dibantu oleh tanteku. Alhamdulillah Allah memberi jalan ini. Tapi menjalankannya...  awalnya bikin setress juga. Selain persaingan yang ketat, hubungan dengan karyawan dan warung-warung sekitar perlu adaptasi dengan mental yang harus kuat. Di Jakarta ini, sewa tempat mahal sekali, jadi kalau ngga bisa membuat warung rame, rasanya sulit mau balik modal apalagi untung besar. 

Tapi apa kata sulungku selanjutnya...,"Kasian ya bun... sampai terpaksa harus jualan bakso gitu, kapan-kapan aku mau makan bakso disana ah... Boleh ya bunda..."

"Kasian...? Kenapa kasian nak...? Apa salahnya buka warung bakso...?" aku heran dengan pendapatnya.

"Ya kasian, mungkin dia udah susah nyari kerja, jadi jualan bakso..." jawab sulungku yang membuatku lantas berfikir panjang... (eh panjangnya cuma dikit deng...hehehe...).

Pola pikir... Ini sebuah pola pikir kita saat ini. Dan pola pikir itu sudah menurun kepada anak-anak kita. Pola pikir yang terbentuk dari sebuah sistem, sebuah paham, sebuah ajaran, atau apalah namanya... Anak-anak sekolah dengan jenjang yang berurutan dari TK (atau bahkan dari play group atau paud), SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi.... lulus... lalu bekerja di kantor atau instansi negeri atau swasta. Kalau cari kerja sudah mentok, ga dapat-dapat, bahkan bikin frustasi, barulah pilihan berdagang/berjualan menjadi alternatif. Makanya banyak yang jatuh bangun dalam menjalankan usahanya karena kurang pengetahuan dan mental yang kuat. Meski banyak juga yang akhirnya berhasil putar haluan dari karyawan menjadi wirausaha. Tapi biasanya mereka menekuni usahanya dengan terus menerus belajar dan berinovasi mengikuti perkembangan yang terjadi.

Padahal dalam Islam berdagang itu berarti mengikuti sunah Rasulullah SAW.  Sebagai seorang Islam perintah mengikuti Rasul amatlah jelas terdapat dalam Alqur'an, yaitu"

Q.S. Ali Imran ayat 31:
Katakanlah,”Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” 

Sebagaimana kita tahu, Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang pebisnis yang sukses dan jujur. Dan adapun hadis mengenai anjuran berdagang adalah sebagai berikut:

Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-Bazzar. Hadits shahih menurut Hakim.

Kembali kepada topik diatas, aku miris juga dengan pola pikir yang tertanam pada diri sulungku, dan mungkin pola pikir ini juga dimiliki oleh anak-anak yang lain atau bahkan masyarakat sekarang ini. Berdagang adalah pekerjaan cadangan, alternatif setelah tak laku di dunia ketenagakerjaan. Padahal kalau ditekuni, berdagang bisa menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan gaji bulanan sebagai karyawan negeri ataupun swasta. Tentu saja harus dengan ketekunan dan kesiapan mental.  Bagaimana mungkin mengerjakan sunah Rasul adalah pekerjaan cadangan? Apa kata sulungku tadi.... Kasian berjualan bakso...?? Oohh... Tidaakkk...?? Bukankah itu sama saja mengatakan, kasian kalau kak Hendra sekarang mengikuti sunah Rasul...? Astaghfirullah.... Bunda macam apa aku ini, sampai anakku bisa berfikiran seperti itu... 

Mohon ampun atas kesalahanku ini ya Allah... Ijinkan aku memperbaiki pandangan dan pemikiran yang salah dalam diriku dan keluargaku... Mohon petunjuk dan hidayah-Mu selalu dalam setiap langkahku Ya Rabb... Amiin Ya Rabbal Alamiin....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar