Frangipani Flower Lovely Little Garden: Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Senin, 01 Oktober 2012

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran




Foto koleksi pribadi

Memang miris sekali dengan berita dan kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini. Tawuran antar kampung, mahasiswa dan pelajar semakin marak. Kekerasan semakin meningkat. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka kala itu, sehingga bisa sebegitu beringasnya. Tak kenal lagi rasa kemanusiaan. Tak lagi mengenali dirinya sendiri. Semua terbawa pengaruh emosi massa. Menghilangkan nyawa orang, bagai semudah mengayunkan tangan. Astagfirullah...

Dalam hati saya berkata dan berandai-andai. Yang akhirnya menjadi sebuah harapan besar, semoga tawuran tak lagi dianggap menjadi penyelesaian masalah. Sebab bukannya masalah akan selesai, tapi akan muncul masalah-masalah yang lebih besar lagi. Saya bukan ingin mengorek-ngorek kekurangan pemerintah dalam mengayomi rakyatnya secara lahir dan batin. Sebab...bila hanya saling menuding ini kesalaahn siapa, masalah tawuran tidak akan selesai. Malah hanya akan menjadi perdebatan panjang yang tak ada solusinya. 

Menurut saya, ada dua hal yang harus dibenahi untuk mencegah dan menanggulangi tawuran ini. Yaitu:

1. Dari dalam rumah/keluarga

Sebagai seorang ibu yang mempunyai anak usia 16 tahun, saya sudah pasti amat resah dengan tradisi tawuran. Anak Sulung saya, Luthfan, yang kelas XI SMA (kelas 2 SMA), sering bercerita tentang teman-temannya baik yang satu sekolah ataupun yang tidak, bahwa mereka tawuran. Alasannya kadang sepele, seperti hanya karena ledek-ledekan di Twitter, serempetan motor di jalan, atau masalah sepele lainnya. 

Pernah suatu hari, Luthfan pulang sekolah dengan beberapa temannya. Tumben, pikir saya kala itu. Biasanya teman-teman Luthfan main ke rumah pada hari Jum'at. Karena Sabtu libur, sering mereka main kerumah dulu sepulang sholat Jum'at. Kalau tidak salah itu hari Rabu. Terlihat buru-buru, Luthfan minta ijin mau main Futsal. Seperinya dia mengerti keheranan bundanya, Rabu bukan hari olahraganya. Lantas dia duduk menjelaskan,

"Bunda, aku futsal hari ini memang mendadak. Tidak ada rencana sebelumnya." 

"Memangnya mau ada pertandingan?" tanyaku

"Bukan bunda, aku menghindar diajak tawuran. Tadi teman-teman di sekolah sudah pada panas mau membalas serangan SMA .... Aku ngga mau ah... Ngapain...! Rugi-rugi amat ikut yang begituan. Jadi aku tadi langsung ajak teman-teman yang lain buat futsal aja. Bilang kalau udah sewa lapangan." Luthfan menjelaskan dengan emosi yang naik-turun.

"Terus teman-teman yang mengajak tawuran itu ngatain apa sama kamu?" seraya yakin bahwa anakku sempat mengalami penekanan dari temannya

"Iya jelaslah dikata-katain bun... katanya aku ngga solid, cemen, ngga perduli sama masalah teman... pokoknya macam-macamlah... aahh...! Biarin aja dikatain apa juga... Aku ngga mau babak belur sia-sia, apalagi kalau sampai mati sia-sia. Mendingan futsal aja deh...!" Sahut Luthfan.

"Alhamdulillah, mas Luthfan bisa mengambil sikap yang baik dan benar. Bunda bangga. Pergialh futsal nak", kucium keningnya saat dia cium tanganku untuk berpamitan.

Lega sekali melihat sikap Luthfan itu. Prinsip, keimanan dan  keyakinan. Itu yang ingin saya tekankan. Di rumah, anak-anak adalah tanggung jawab orang tua. Kita harus bisa menanamkan nilai-nilai agama dengan baik. Agama Islam itu tidak sekedar bisa baca Alqur'an, mengaji membaca dan menulis saja. Islam juga bukan agama sholat. Bisa ngaji, bisa sholat... berarti sudah baik. Sering anak-anak hanya melakukannya sebagai hal yang menggugurkan kewajiban saja. Tanpa memahami arti dan makna ibadah yang dikerjakannya.

Anak-anak sering tidak mempunyai filter yang bisa menyaring pengaruh buruk dari luar. Sekalipun mereka sholat, mengaji, tapi mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga yang kelihatan seru, yang kelihatan indah, yang sedang menjadi trend, diikuti tanpa bisa memilah ini baik ataupun ini buruk. Untuk bisa mempunyai filter itu, maka pendidikan agama harus kita perdalam dengan pemahaman isi Alqur'an dan meningkatkan akhlak. Tidak melulu dengan hukuman atas kesalahan. Kalau dasar keimanan kuat, pengaruh negatif bisa tersaring dengan sendirinya. Hati anak-anak akan menolak dengan sendirinya.

Maka menjadi sebuah keharusan, sebagai orang tua kita memberi contoh yang baik kepada anak. Selalu menyempatkan memberi belaian kepada anak, tidak bertengkar dengan pasangan di depan anak-anak, tidak sekedar melarang tapi kita sendiri melanggar. Suasana rumah yang tenang, tentu saja akan menimbulkan rasa tenang juga buat anak-anak. Membuat mereka betah dan memilih pulang ke rumah sepulang sekolah dari pada tongkrongan tidak jelas di luar rumah.

Berusahalah menjadi teman buat anak-anak, juga teman anak-anak kita. Kenali dengan siapa anak-anak bergaul akrab. Kalau mereka main ke rumah, ajari teman anak-anak mengikuti aturan yang berlaku di rumah kita. Jadi, main boleh, bercanda silahkan, rumah berantakan tak apa, menyediakan konsumsi tak masalah... asal ikut aturan yang ada dirumah. Seperti No Smoking Area (anak SMA kalau ngumpul kan seringanya saling mengenalkan sesuatu yang baru buat temannya), waktunya sholat ya sholat, berinternet sehat, main game/PS tidak dengan game yang saya dan ayahnya larang untuk dimainkan dan aturan lainnya. Jadi bukannya anak kita yang ikut-ikutan, tapi mereka yang ikut aturan. Alhamdulillah, sampai saat ini rumah saya selalu ramai dengan remaja-remaja putih abu-abu dan putih biru. Walau ada aturan-aturan itu. Bukti bahwa anak-anak itu tergantung bagaimana kita mengarahkannya.

2. Dari luar rumah

Dari pihak sekolah juga harus melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap maraknya tawuran ini. Seperti lebih mengoptimalkan kegiatan ekstra kulikuler. Jadi kegiatan-kegiatan itu tidak sekedar diikuti anak-anak pelajar sebagai rutinitas yang membosankan. Tetapi bisa menambah prestasi yang bisa membanggakan bagi pelajar. 

Keakraban guru dan murid lebih ditingkatkan. Guru adalah orang tua murid di sekolah. Maka sudah sepantasnya sebagai orang tua guru-guru mendekat kepada murid-muridnya dalam arti membuat murid-murid nyaman dengan gurunya. Sama seperti di rumah, suasana nyaman di sekolah, membuat murid-murid mencintai lingkungan sekolahnya dengan tenang. 

Mengadakan pembahasan mengenai hukum dan sanksi dari tawuran itu. Sekolah bisa bekerja sama dengan jajaran terkait untuk melakukannya. Dengan mengetahui hukum dan sanksi tawuran itu, diharapkan pelajar akan berpikir lebih jauh jika ada hasutan untuk tawuran.

Bisa juga dengan mengadakan kegiatan bersama antar sekolah, atau kegiatan persahabatan. Sehingga akan terjalin hubungan baik antar sesama pelajar dari sekolah-sekolah yang tergabung di dalamnya. Tak kenal maka tak sayang. Dengan mengenal teman-teman dari sekolah lain dalam sebuah kegiatan persahabatan, diharapkan akan menumbuhkan keakraban sesama mereka.


Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu:



Indonesia Bersatu

72 komentar:

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. Keren posting nya mba :)

    Kan kusimpan dalam hati, dan diingat2 kembali kalo Kayla dan Fathir nanti beranjak remaja :)

    Semoga sukses ngontes di perhelatan Pakde ya mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih di bilang keren... sekeren yang komen kayaknya..hehehehe....

      Aamiin... pengen sukses aahh...

      Hapus
  3. Wah cepat sekali...
    saya masih nyari ide malah ini sudah jadi
    cepat sekali

    moga sukses jadi juara deh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe... idenya nemu di kolgn tempat tidur tadi mas...
      Kalau ngga cepet2 bikin, kuatir nanti bingung malah.

      Hapus
    2. kalau calon besan mah dibela2in komentar buru2 xixixixi...kabuuuur

      Hapus
    3. Idiiihhh... emangnya masalah yaaa... wkwkwkwk...

      Hapus
  4. waaaaaaaaaaaah, bunda.....

    sukses Kontesnya ya Bun.....

    BalasHapus
  5. Aku juga punya dua remaja yang alhamdulillah dari kecil sekolah di sekolahan dari pagi sampai sore. Jadinya gak punya waktu main di luar, kecuali pada akhir pekan..Tapi itu tak mengurangi kewaspadaan saya Mbak Niken, jadi dari rumah saya inoktrinasi juga bahwa tawuran hanya dilakukan orang yang gak jelas masa depannya. Sarkas memang. Tapi apa boleh buat, saya harus memperlihatkan realita, bahwa orang yg suka tawuran itu biasanya datang dari anak2 yang frustrasi...Dan saya juga mengajarkan agar mereka menjauh dari hal2 yang akan melibatkan mereka secara sengaja maupun tidak dari orang2 tersebut. Cuman belum tahu nih gimana ngajarin mereka jika secara tak sengaja terperangkap dalam situasi orang tawuran..:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita memang harus melakukan cara-cara yang bisa kita terapkan dalam keluarga kita mbak Evi... Masing2 keluarga akan mempunyai cara yang berbeda2 sesuai dengan aturan yg berlaku dalam keluarga.

      Selama cara2 kita sudah kita sepakati bersama anak-anak, rasanya bisa2 saja kita pakai.

      Hapus
  6. Tawuran bisa dihindari.. semua pihak harus mengambil sikap. Anak apalagi masa remaja butuh perhatian dari semua pihak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita memang harus bekerja sama dengan banyak pihak. Tapi sebelumnya tetap saja suasana rumah harus terkendali.

      Hapus
  7. wah.. pertamax mbak..
    nice posting, pengen bgt ga ada tawuran lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak Binta...
      sama mbak... ngeri banget liat anak2 muda pada ngga punya hati..

      Hapus
  8. Mbak Niken, nice posting nih. Aku harus nulis apa ya lha koq semua topik udah diborong nih, hehehehehe.....Moga memenangkan Kontes ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aahh... masak sih bunda... pasti masih banyak ide yg bisa dituangakan...
      makasih ya bunda....

      Hapus
  9. wow.... keren! responsif (begitu digelar langsung tangkap ah!), informatif dan mengena tips nya mba.
    sukses ya untuk kontesnya... good luck!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe.. khan mumpung sempat mbak Al...

      yuukk ikutan...
      makasih ya...

      Hapus
  10. Ternyata anak kita usianya hampir sama ya Mbak Niken..
    Memang memiliki anak dengan usia segitu, penuh dengan kecemasan..
    Kita memang patut waspada agar jangan sampai anak-anak kita terlibat dalam tindakan semacam itu.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. oohh ya... sudah remaja juga ya uda...
      memang uda... anak ke 2 saya kelas 3 smp, perempuan.
      Waduuhh... ngawasinnya mesti tarik ulur deh pokoknya...

      Hapus
  11. semoga menang yah bund kontesnya mantab sih tulisannya

    BalasHapus
  12. Siip... nice post ! :)
    Semoga sukses di kontesnya Pakdhe ya.. :)

    BalasHapus
  13. keren mbak
    hari pertama dah ikutan
    semoga sukses
    saya pun pengen ikutan ah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih kang Haris...
      Aamiin...
      Dan ayooo segera ikutan...
      hehehe...

      Hapus
    2. siap mbak
      hehe, lucu kali dua buah hatinya seneng baget batikan di hari ini :D

      Hapus
    3. Bukan lucu Kang... Tapi ganteng dan cantik. Walau sebelumnya heboh dulu gituuu...

      Hapus
  14. cakepppp...tulisan dadakan plus pengalaman pribadi lgsg pantas rasanya jd juara heeeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. cakeppp... kayak mimi yaa...
      makasih ya Miiiii...
      Aamiin...

      Hapus
  15. luthfan udah gede yaa bunda, kalau usianya 25an gitu sekarang mau deh sama luthfan #eeh


    Eeh bener juga lho bund kalau dari rumah itu bener2 berpengaruh besar buat anak yaa bund :D

    Sukses kontesnya bund :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kakak Niar, ngga apa2 deh Luthfan lbh muda... Yang penting bisa jagain kakak Niar... Wkwkwkwk...
      Niar bisa aja deeehh...

      Iya bener banget Niar... Suasana rumah/keluarga itu besar artinya buat anak2.

      Makasih ya Niar...

      Hapus
  16. dari dalam rumah itu kudu. tanamkan kuat-kuat nilai agama ya bu... kalo diluar biar nggak gampang terpengaruh :D
    sukses ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas Ari... Jadi agama tdk sekedar menjadi ritual tanpa makna. Lafal tanpa sikap. Tapi lebih dr itu, agama adalah dasar kita bersikap dan beriman.

      Makasih mas Ari...

      Hapus
  17. tipsnya bagus ... sepertinya memang anak yang suka tawuran itu tidak terlalu 'tenang' di dalam rumahnya ...
    Semoga sukses ngontesnya ...

    BalasHapus
  18. setuju untuk menceghnya harus dari dua sisi baik dari dalm maupun dari luar smoga sukses

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak bisa hanya mengharapkan dari orang lain. Kita harus ikut andil
      Trimakasih ya...

      Hapus
  19. ternyata anak kita sama-sama kelas 2 SMA. Dan alhamdulillah, sekolah anak saya nggak pernah ada tawuran dengan sekolah lain dan mudah-mudahan seperti itu seterusnya.
    Begitulah kita sebagai orang tua, mengantarkan anak menuju kedewasaan adalah tanggung jawab mulia dan bahkan jalan menuju jihad, karena menyangkut masa depannya kelak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bersyukur ananda ada di lingk sekolah yg begitu. Sklh luthfan sebetulnya sdh cukup baik membina siswanya. Tapi ya biasalah... Selalu saja ada anak2 yang berbeda sikapnya.

      Insya Allah, semoga Allah senantiasa memberi perlindungan buat anak2 kita semua.

      Hapus
  20. lha kalau sudah lengkap begini usulnya, saya kebagian apa coba Bun? :( Anak belum pada remaja--tar dikira menggurui lagi hehe...tulisannya makjleb tenan, semoga menang ya Bun. bagi2 hadiahnya hehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Belalang sih gituuu...
      Mosok udah mrs kalah sblm tanding...
      Bukan dirimu banget deeh..

      Hapus
  21. semua di awali dr rumah & diperkuat dari lingkungan ya termasuk sklh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak pihak harus terlibat, jangan hanya saling menudingkan kesalahan.

      Hapus
  22. Terharu membaca kisah Luthfan mbak. Semoga Luthfan tumbuh menjadi pribadi yang istiqamah dan kuat. Barakallah, Nak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...
      Semoga anak-anak kita tumbuh kuat menghadapi tantangan yg ada...
      Makasih ya mbak Mugniar...

      Hapus
  23. Sebelumna doni pernah bahas tentang Topik Tren "Tawuran" di beberapa tweet @mchromdhonie, :D
    Merakup segalanya cuma singkat hanya 7 Tweet kalau gak salh :D

    BalasHapus
  24. Selamat ngontes Bun,
    Semua harus berawal dari diri sendiri (dirumah dan lingkungan kita) ...

    BalasHapus
  25. wah ternyata bunda sering ikutan kontes beginian yah semoga dengan tulisan ini masih adayang memperhatikan ttg pendidikan di masa keluarga karena berawal; dari keluarga

    BalasHapus
  26. semua saran untuk tawuran udah diborong sama bapak bapak dan emak emak yang udah daftar

    saya mesty perlu berpikir lebih keras utk meramaikan kontesnya pak dhe

    sukses ngontesnya bunda ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makany jangan kelamaan mikir ide mas Imam... kalau udah gini malah bingung khan mau nulis apa... hehehehe....

      Hapus
  27. jadi saingan nih kita mbak hehehe smeoga menang ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus-bagus yang nulis tentang tawuran ini.
      Yg penting partisipasi aja deh mbak...

      Hapus
  28. Dari dalam dan luar rumah harus dilakukan secara sinergi nggih, Bu. Dengan demikian, semoga di negeri tercinta ini sudah tidak ada lagi tawuran. Malu. Katanya beragama, berbudaya, dan beradab. Bukankan begitu, Bu...

    Semoga sukses nggih ngontesnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya begitulah pak Azzet... entah apa yg ada dalam hati mereka saat mengacungkan senjata pada temannya...

      Makasih pak... sama-sama yaa..

      Hapus
  29. mau tawuran ahhh,,, lho??
    hahah ya ndak tho, ngapain juga mau tawuran, ikutan lomba blog aja kan enak hehehe.
    sukses ya bunda buat kontesnya, wah peserta nomer dua nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tawuran di sawah aja pak... matiin hama... eehh sekarang sdg pada fuso ding sawahnya...

      Makasih ya pak Kusir...

      Hapus
  30. Ngomong-ngomong, peran orang tua sangat lah penting tapi ada lagi yang penting yaitu diri sendiri, karena kan yang mengerti kondisi diri sendiri adalah orang yang mengalaminya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus bisa menjaga diri sendiri. Mempunyai prinsip yang kuat dan positif.

      Hapus
  31. Mantap bunda artikelnya:)
    Semua memang berasal dari rumah. Rumah jadi jaminan utama bagaimana karakter anak itu nantinya. Tak lupa juga pihak sekolah yang punya peran penting dalam menambahkan mindset anak.Semuanya butuh kerja sama untuk saling melengkapi:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul mbak... kerja sama itu harus dan tidak boleh saling menyalahkan> sinergi saja dgn niat mengadakan perbaikan.

      Hapus
  32. salam kenal yah mbak...:)
    baru sempat mampir dan berkenalan dengan bunda lahfy..
    artikelnya menarik bun, dan bener2 daripengalaman pribadi dengan putra tercinta..
    sukses kontesnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali mama Kinan...
      Kebetulan anak sudah remaja... jadi agak kuatir juga dgn yg marak terjadi belakangan ini.

      Trimakasih mbak...
      saya kunjun kembali deh...

      Hapus
  33. Selamat ya, telah menjadi Juara VI.
    Salam kenal dari Blogger Semarang.

    BalasHapus