Frangipani Flower Lovely Little Garden: Merapikan Facebook
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Minggu, 11 November 2012

Merapikan Facebook

Bismillahirrahmannirrahiim...



Ide tulisan ini muncul ketika pagi ini aku menemukan hal-hal yang kurang aku suka dengan facebook anakku, Astri. Kurang suka disini tentunya dengan banyak pertimbangan. Seperti kehati-hatian, kesopanan, kepantasan, keseronokan dan keamanan. Mungkin sebagian akan menganggap yang aku lakukan adalah melanggar privasi anakku. Tapi buatku, inilah kuasaku sebagai seorang ibu kepada anaknya. Lebih dalam lagi, ini adalah tentang qu'anfusakum wa'ahlikum naro.

Anakku lupa tidak log out facebooknya. Seketika naluri keibuan muncul. Ingin tahu apa yang ada dalam facebook anaknya. Maka aku mulai meneliti inbox... hmmm... aman. Hanya berisi obrolan ringan dengan teman-temannya. Cuma jadi tahu kalau ada rahasia yang belum dia ceritakan kepada bundanya. Tapi bukan masalah besar. Biasalah remaja. Kadang kita tidak perlu terlalu masuk kepada semua masalah mereka. Biar mereka belajar menyelesaikan masalahnya sendiri.

Kemudian beralih ke daftar teman. Waahh... jumlahnya jauh lebih banyak dari pada teman bundanya. Dengan perlahan aku meneliti teman-teman yang ada di friend list nya. Beberapa nama membuatku mengerenyitkan dahi. Aku buka nama-nama yang menurutku aneh ada dalam daftar teman Astri. Sepertinya Astri hanya di add padahal tidak kenal. Beberapa membuat status yang tidak pantas dibaca oleh anak seusia Astri. Ah... remove saja...! Ada juga nama artis-artis luar negeri. Yang sering mengupload foto dengan pakaian-pakaian seksi. Ah... remove saja...! Bahkan ada gurunya yang membuat status tidak menunjukkan dirinya sebagai pendidik. Di sekolah pakai jilbab, tapi foto di facebook rambutnya terurai. Maaf bu... saya remove saja...!

Astri dan anak-anak murid lain berhak mendapat contoh yang baik dari gurunya. Kalau memang di facebook sang guru tidak sebagaimana citra seharusnya sebagai guru, sebaiknya jangan berteman dengan anak muridnya di facebook juga di twiter. Tapi karena twiter aku tidak aktif, aku baru bisa mengawasi lewat facebook saja.

Iya betul teman... aku melakukan remove-remove itu tanpa ijin dulu sama Astri. Aku merasa aku punya hak untuk menyeleksi teman-teman anakku. Di dunia nyata saja aku lakukan, apalagi di dunia maya, yang kita semua tahu bagaimana "seram"nya kalau kita tidak hati-hati. Melanggar privasi...? Biarlah. Siapa lagi yang bisa mengawasi anak-anak kalau bukan orang tuanya. Dari pada menyesal di kemudian hari, lebih baik membuat tindakan pencegahan.

Lalu aku beralih kepada foto-foto. Aku buka foto-foto beberapa teman Astri. Luar biasa anak-anak itu... Foto-foto yang di upload buanyaaak banget. Tapi herannya dari semua foto-foto yang di upload itu, tidak ada satupun foto orang tuanya. Foto teman-teman dengan berbagai gaya, foto pacar, foto artis, foto dari game-game, foto dirinya dengan pose-pose ala remaja. Tapi tak ada foto keluarganya. Kenapa ya...? Apa yang sebetulnya ada dalam pikiran remaja-remaja itu...? Memang tidak semua sih... Beberapa masih ada foto orang tua atau adik kakaknya. Tapi sebagian besar tidak.

Mengenai foto-foto di facebook, aku jadi ingat pernah ngobrol sama Astri beberapa waktu lalu.

B : "Astri sini deh bunda lihatin kamu sesuatu. Lihat foto ini (aku memperlihatkan sebuah foto perempuan yang di upload oleh temanku), apa pendapat Astri tentang foto ini...?"

A : " Biasa aja bun, dia kan cuma duduk di atas tempat tidur. Posenya juga biasa aja. Bajunya juga ngga seksi-seksi amat."

B : " Itu pendapat kamu ya... Sekarang coba kamu baca komen-komen dibawah foto ini. Yang komen semua laki-laki. Dan kalimatnya bernada negatif semua. Menggoda semua. Minta nomor hape, ngajak ketemuan, dan lain-lain"

A : " Astaghfirullah... Kok jadi begitu orang berfikir ya.... Padahal itu foto biasa aja khan..."

B : "Lihat satu lagi nak...Foto ini di upload oleh teman bunda yang sama". (aku meremovenya setelah aku selesai berincang dengan Astri waktu itu). Seorang perempuan pakai jilbab sebatas leher, memakai celana panjang, dengan ekspresi wajah yang mungkin menurutnya lucu, menjulurkan lidah kesamping bibir.

A : "Temanku banyak kok bun yang berpose begitu. Aku juga pernah. Khan cuma buat lucu-lucuan aja. Ekspresi wajah aja gitu... Ga ada yang aneh ah.."

B : "Tapi tidak begitu dengan yang komen dibawahnya As... Ada yang bilang.. lidahnya kayaknya enak tuh... Ngicipin dong... Kayaknya kamu lebih cantik kalau ngga pakai jilbab deh... Mau dong dijilat.. " Dan kalimat-kalimat negatif lainnya.

A : "Waaaahhh... kok pada lebay siih...? Iiih serem banget ya...!"

B : "Naah... ini yang bunda maksud hati-hati mengupload foto di facebook nak. Remaja seperti kamu sering hanya berpikir polos, bahwa foto-foto itu hanya seru-seruan, ekspresi remaja yang ceria. Tapi di dunia maya, bisa disalah gunakan sama orang lain  nak. Dan bisa jadi apa saja kalau orang sudah berniat tidak baik. Itu foto-foto yang terkesan biasa aja padahal. Apalagi kalau yang pada pakai pakaian minim dan gaya seronok. Kebayang khan bagaimana pendapat kaum adam?"

A : "Iya bunda... Aku ngerti." Dia berlalu sambil geleng-geleng kepala.

Kembali ke investigasiku di facebook Astri. Aku memang tidak membuka semua profie teman-teman Astri. Pakai feeling aja. Memeriksa foto-foto yang diupload Astri... Ada yang harus di delete. Tapi nanti saja biar Astri sendiri yang memindahkan ke file miliknya. Mungkin Astri masih mau menyimpannya. Aku sudah menandai dalam ingatanku foto-foto mana yang harus Astri singkirkan dari facebooknya. Terutama foto-foto dirnya yang belum memakai jilbab. Tak seharusnya orang masih bisa melihat rambut Astri padahal sekarang dia sudah berjilbab.

Sebetulnya isi facebook Astri masih baik-baik saja. Hanya sedikit merapikan saja. Setelah aku rasa cukup, akupun keluar dari facebooknya.

Setelah itu baru Astri aku beritahu mengenai tindakanku. Walau awalnya dia agak protes, tapi setelah aku kemukakan alasanku, Astri bisa mengerti. Maafkan bunda nak... It's for your own good.

Bagaimana menurut teman-teman terhadap tindakanku ini?



74 komentar:

  1. assalamualaikum..teknologi mang seperti pisau tajam bermata dua... kalo ga hati2 anak2 kita jadi korbannya walopun tanpa disadari...

    serem emang mbak remaja di facebook dan twitter.. dua dunia itu seakan jadi dunia kebebasan (ato kebablasan) mereka..

    mang udah seharusnya orangtua jaman sekarang harus ga gaptek lagi..make pendekatan yang pas biar maksud dan tujuan kita sbg ortu nyampe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalam...

      Begitulah mas Todi...kuatir sekali dengan keamanan anak-anak di dunia maya. Sebisa mungkin harus diawasi.

      Hapus
    2. Juga ikutan sepakat dengan kang Ratodi, Bunda.
      Dan menurutku, hal itu tidak lantas membuat bunda dapat disalahkan. Tentang anak, mereka adalah titipan Allah. Titipan, yang tiap dari kita orang tua, selalu mengharapkan mereka mampu terlindungi dari "godaan-godaan" dunia. Masa remaja, memang masa yang rentan buat mereka. Sudah menjadi kewajiban orangtua tuk mengawasi mereka.

      Dan tentang FB, banyak pemakaiannya yang tidak sesuai. Kebanyakan dari penggunanya (umumnya remaja), hanya menganggap itu sesuaty yang "life style", dan ajang seru-seruan. Tanpa memikirkan matang-matang apa yang kan terlontar nantinya, terkait pendapat orang akan kata-kata atau bahkan foto yang di unggah.

      Dan pribadi, saya sangat setuju dengan tindakan Bunda. :)

      Hapus
    3. Trimakasih mas Arya...
      Terhadap anak-anak, saya sebagai ibunya punya kuasa untuk melindungi mereka. Saya berani melakukan itu karena apa yang saya bangun dengan anak-anak sudah jelas dengan aturan 2 keluarga. Keadaan sekarang yang membuat kita harus bisa tarik ulur dgn mrk.

      Hapus
  2. wah ini kejadian juga sama ponakanku...
    untuk usia mereka metoda dialog benar-benar pilihan tepat ya bun. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Permasalahan umum sebenarnya.
      Hanya cara menanggapinya yang mungkin berbeda.

      Hapus
  3. Wuah, aku perlu belajar banyak dari bunda kalo nanti sudah menikah dan punya anak :D
    Pengen bisa jadi sahabat bagi anak dan suami kelak. Aamiin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...
      Asal kita mau terbuka dan membuka diri untuk menjadi sahabat buat anak dan suami... Insya Allah bisa. :)

      Hapus
  4. benar benar ibu yang baik dan bijak. suka selalu sama postingan bunda yang satu ini. makasih ya bund....

    BalasHapus
    Balasan
    1. wegegegegegeg... kalau ngalem gini suka curiga ada maunya lhooo...
      hehehehe... makasih yaa..

      Hapus
  5. salut mbak, kadang anak2 masih polos atau memang takaran wajar mereka berbeda dan sudah selayaknya memang kita untuk memberikan pengertian dan meluruskan

    kalau saya pakai jilbab seleher terus menjulurkan lidah banyak yg goda gak ya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Kang Haris mau pakai jilbab, pesan saya cuma 1... jangan lupa cukur jenggotnya yaaa... qiqiqi...
      Pasti byk yg goda...

      Hapus
  6. Aku juga sering melakukan investigasi mba, Tapi investigasi yang aku lakukan, tanpa tindakan sepihak dariku. Biasanya jika menemukan hal-hal yang tidak pantas, aku akan bicarakan terlebih dahulu dg Intan, menurutku begini, menurutku begitu. saranku begini saranku begitu... baru kemudian dia sendiri yang aku minta melakukan actionnya. Misalnya, setelah mendiskusikannya, dia jd mengerti dan sependapat, lalu dia lah yang melakukan aksinya. Jadi Intan bisa lebih menghargai ku, bahwa uminya walau sering masuk ke akunnya, tp tetap menghargai privasinya.

    Sudah tugas orang tua sih untuk ikut campur demi memastikan keselamatan jiwa raga si anak. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. dalam hal-hal lain aku juga suka begitu mbak Al... Mendiskusikan atau bahkan menegur Astri terlebih dahulu. Tapi ttg facebook ini aku sudah pernah mengingatkan, tapi rupanya belum sepenuhnya dikerjakannya. Jadi aku merasa perlu melakukan ini.
      Tapi makasih buat masukannya. Sepertinya mmg akan lbh baik kalau bersama2 menyeleksi dan memperbaikinya.

      Hapus
  7. Sesor seperti itu memang perlu, apalagi jika anak kita wanita.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini bisa dibilang panwaskat ya pakde... pengawasan melekat.

      Salam kembali.

      Hapus
  8. Iyaaaa bunda. Terimakasih telah mengingatkanku lagi untuk berhati-hati dalam mengupload foto-foto di dunia maya.
    Subhanallah. Ibu yang luar biasa. InsyaAllah Astri juga seperti ibunya. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih kembali...
      Bukan hanya anak2 yang harus hati2 mengupload foto, kita juga...

      Hapus
  9. Inilah salah satu contoh pentingnya orangtua yg tidak gaptek di jaman sekarang...agar bisa mengawasi putra-putrinya. Aku rasa akan lebih pas bila dilakukan dialog sebelum tindakan sepihak ortu kecuali bila benar2 mendesak..namun, itu pendapatku sbg org luar..krna bgmanapun...ibulah yg paling tahu tentang anaknya bukan? dan setiap anak unik dan memerlukan penanganan berbeda..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih sarannya mbak... memang sebaiknya begitu ya...
      Sebetulnya kami sering berdialog, ttp pagi tadi kok rasanya tergerak ingin langsung melakukannya. Mungkin karena dulu sdh pernah diingatkan tapi blm dikerjakan yang saya sarankan.

      Hapus
  10. Ini baru bunda yang luar biasa, perhatian luar-dalam gak hanya di dunia nyata tapi sampai ke dunia maya... hehehe :)

    *SaHaTaGo [Salam Hangat Tanpa Gosong] Pojok Bumi Kali Bayem - Jogja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untung ga dibilang bunda yang paranoid ya... hehehe...
      Lha kita sekarang ini kan memang hidup di 2 alam. Jadi pengawasan juga ada di dua alam itu.

      Salam anget kembali.

      Hapus
  11. aku juga pernah melakukan hal hampir serupa, mbak... FB anakku ditag foto yang saaangaaat gak senonoh. dia sih gak tahu, krn waktu itu dia lama gak OL. kebetulan temanku juga berteman dengan Reza, anakku itu. foto gak senonoh itu muncul di newsfeed-nya, dan tertulis Reza ditag foto tsb dari temannya.
    masyaAllah, saya seperti tersengat listrik...
    langsung saya minta pasword dari Reza dan saya blokir anak yang ngetag foto itu...
    setelah itu saya ajakin dialog Rezanya. alhamdulillah dia akhirnya mengerti... ya Allah, was-was banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itulah salah satu kekhawatiran sebagai ibu. Serangan pergaulan kepada anak-anak datang dari segala penjuru.

      Semoga kita masih bisa mengajak anak2 untuk mendiskusikan segala sesuatu ttg kebenaran.

      Hapus
  12. wah saya sih percaya, Astri tidak bakal macem2, hanya yg perlu dikawatirkan adalah pengaruh dari luar, ibaratnya jangan sampai membangun rumah dengan baik justru dari luar yang berusaha merobohkan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. apapun itu mas... kita tetap harus waspada dan hati-hati.
      Saya aja masih selalu diingatkan mas Teguh kok. Semoga terhindar dari hal2 buruk.

      Hapus
  13. memang harus waspada sih bun, dibalik kemudahan akses sosmed memang tetap harus dibentengi oleh orang2 terdekatnya. Tidak bisa teknologi itu hanya dibentengi oleh program semcam antivirus, tapi kembali lagi, harus dibentengi secara manual oleh orang2 terdekat.

    Selamat bersih-bersih facebook bunda lahfy :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita saja yang sudah hati-hati masih suka kelewatan juga. Apalagi anak-anak. Mudah2an dengan kewaspadaan ini bisa meminimalisir masalah.

      Makasih mas... bantuin dong.... :)

      Hapus
    2. mana2 sandi sama passwordnya hhheheh *upss :D

      Hapus
    3. lhoo.. belum thooo... Kirain udah dikasih tau... hehehe...

      Hapus
  14. kalo dulu sih saya cuma ngomelin adek saya yang upload foto nggak pake jilbab. sekalian dilaporin ke ibu juga sih. abis itu dia hapus sendiri deh. kalo sampe ngremove mah nggak bisa, nggak punya password-nya. tapi, kalo memang bahaya (termasuk bahaya merusak mental) gapapa sih ya mamanya ngremove.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sering prihatin dengan teman2 juga yang sudah menutup auratnya (jilbab), tapi masih mengupload foto2 saat belum berjilbab. Saya bahkan pernah memohon teman SMA untuk mendelete foto SMA yang ada saya sb waktu itu saya belum berjilbab.
      Malu rasanya apa yang sudah saya sadari hrs ditutup malah terlihat lagi dimuka umum.

      Hapus
  15. nggak masalah kok bunda, itu lebih baik daripada nanti timbul masalah, setidaknya sampai dia SMA masih harus dikasih pengertian pelan-pelan jadi begitu kelar SMA dia tahu mana yang harus ada di akun media sosialnya dan enggak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak...
      Dengan berteman di fb, kita jadi bisa ikut mengawasi keg anak. Bahkan itupun bisa membuat kita jadi lebih hati2 dalam bersikap di dumay sebab hrs menjaga nama baik di depan anak.

      Hapus
  16. Satu lagi nilai positif para bunda yg melek internet, jd bisa mantau social media putra-putrinya. krn terus terang saya jg merasakan manfaat dan ke'galau'an krn punya anak yg menginjak remaja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak Irma.
      Saya perhatikan diantara teman2 anak saya itu, yang begitu bebas mengupload foto dan membuat status sesering mungkin, adalah anak2 yang orang tuanya tidak punya akun fb.

      Hapus
  17. nah ini baru bunda top, memperhatikan anak-anaknya ya. duh kayanya aku juga harus membersihkan FB deh mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan cuma fb anak-anak yg hrs diberesin.. fb kita sendiri juga lhooo...

      Hapus
  18. Assalamu'alaikum Wr Wb

    Semoga Dimudahkah dan dijaga oleh Allah SWT untuk keluarga Ibu Niken...Aamiin

    Wassalam

    Mutiara Ibadah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahiwabarrakatuuh...

      Terima kasih kunjungannya mas... Juga do'a buat keluarga kami. Semoga demikian juga untuk keluarga mas ustad.

      Wassalam

      Hapus
  19. Jaga Ibadah dan semangat terus berdakwah ya...silahkan kalau ada pertanyaan jangan sungkan2...

    Wassalam,

    Mutiara Ibadah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah mas...
      Trimakasih buat semua nasehat dan ilmunya.

      Hapus
  20. Ibu Niken,

    Subhanallah banyak neh kerabat2 Ibu Tati Karin yang bergabung di BBM saya...

    Wassalam,
    Mutiara Ibadah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...
      Semoga menambah ladang amal buat mas ustad.
      Teruslah berdakwah menyuarakan kebenaran. Semoga Allah memberi kemudahan selalu.

      Hapus
  21. facebook emang banyak yang makin parah mba..
    malahan konflik sosial banyak yang terjadi di sana, tidak hanya sekedar kata kotor tetapi banyak masalah yang timbul karena perbincangan itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bisa menggunakan facebook dengan baik dan benar, maka akan byk manfaat yang kita dapat.

      Hapus
  22. setujuuuu mak.. hehe aku pun akan melakukan hal yang sama :D

    BalasHapus
  23. Ada saatnya memang orangtua harus campur tangan ya mbak. Hak prerogatif. Memang berbahaya foto2 diupload tanpa dicermati baik2, bisa dipakai orang2 tak bertanggungjawab utk hal2 yg aneh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak Niar... kadang pose yang kita anggap biasa2 saja bisa dikomentari negatif oleh orang lain.

      Hapus
  24. aku kagak pernah main Facebook mba dari dulu,entah kenapa kurang suka :) & terlihat kurang butuh juga sih,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baguslah itu Mas Andy...
      Kalau belum kenal malah sebaiknya ga usah. hehehe...

      Hapus
  25. Tugas kita untuk terus-terusan menasehati hal ini. *spontan klik share*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saling menasehati dan saling mengshare yaaa...
      makasih mas...

      Hapus
  26. Hahaha,, Naluri keibuan yang kuat. protektif... wajar sih, cuma harus memperbanyak dialog. Ini sudut pandang saya sebagai seorang anak, bunda. hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dialog sering kok...
      Itu malah fokus saya kepada anak2.
      Kali ini memang agak maksa. hehehe..

      Hapus
  27. susahnya klo di fb kita gak bisa memastikan siapa yang baca status kita, n kita juga gak selamanya bisa jaim hanya karena ada satu murid meng add kita sebagai kontak mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan ja'im... tapi memang seharusnya kita bisa menjaga sikap dimanapun berada. Apalagi kalau dalam lingkungan seperti fb yg memang tdk bisa kita kontrol siapa yg baca status kita. Tapi kita bisa kontrol bagaimana kita harus bersikap.

      Hapus
  28. Tanggung jawab seorang ibu tentu tidak hanya di dunia nyata, tapi hingga bagaimana si buah hati tercinta berselancar di dunia maya. Iya, Bu Niken, saya sepakat. Ini adalah juga bagian dari quu anfusakum wa ahliikum naara (at-Tahrim ayat 6). Semoga kita bersama keluarga senantiasa dalam rahmat-Nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih pak Azzet...
      Saya mengerti kalau cara saya ada yang menilai kurang pas.
      Tapi sebagai ibu, saya hanya ingin membuat batasan yang jelas buat anak2. Dialog tetap saya lakukan. Tapi ada kalanya kita harus sedikit keras.

      Hapus
  29. sepakat bund, memang kewaspadaan sangat perlu dilakukan. niat yang biasa aja, bisa jadi salah di mata orang2 yang berfikir negatif. makasih dah diingetin bund

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau sepakat...
      Trimakasih kembali Rima...

      Hapus
  30. Ibu yang baik...hehehe. Sudah tepat apa yg bunda lakukan....




    #IcalSangKsatriaMalam

    BalasHapus
  31. waw... hanya sedikit orang tua yg seperti ibu, luar biasa,
    semoga astri jadi anak yg sholehah bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...
      Hanya mencoba lebih memperhatikan anak-anak saja...
      Trimakasih kunjungannya.

      Hapus
  32. bener mba.. aku juga suka kaget kalau liat status anak2 abg itu.. pdhal mereka baru kelas 6 SD. saya tengokin statusnya anak temen2nya saya, geleng-geleng kepala liat bahasanya.. ga taunya begitu liat tulisan anak sendiri, idem.. walaaah..

    saya juga protect pageview-nya biar ga bisa kebuka semua orang, trus minimalisasi foto diri. sekarang jauh susah ngeceknya, apalagi twitternya diprotect.. mana emaknya ga tau pake twitter pula..

    ya.. mudah2an mereka bisa memakai teknologi secara tepat
    TFS *jadi kepikiran fb/twitter si sulung*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan berarti kita tdk menghargai privasi anak2. Kalau fb dan twiter itu dimana letak privasinya...? Lha wong bisa dibaca oleh banyak orang. Mosok kita orang tuanya malah ga bisa. Kenpa mrk hrs menyembunyikan dr kita tapi sama khalayak malah terbuka. Jangan sampai seperti itu.

      Hapus
  33. Bener bund siapa lagi yang mau memperhatikan anaknya, apalagi sekarang bener2 anak2 sudah bebas ngakses internet...
    jadi pengawasan ortu harus ekstra ketat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Daripada menyesal lbh baik mencegah ya...
      Trims yaaa...

      Hapus
  34. Gitu ya ...
    Ini tentang sisi buruk dunia maya bagi anak. Lalu bagaimana ya dengan kita. Apakah telah menggunakan dengan baik.
    Seperti yg ditakutkan, dunia maya, mandekatkan yang jauh tapi bisa juga menjauhkan yg dekat.
    Banyak yg terpeleset karena tidak bisa menahan godaan yg dimudahkan dgn teknologi ini.

    rumahbekicot
    pancurberkh A19 :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heey... rumah bekicot...? Irvankah ini...?

      Sama saja lho... resiko untuk anak dan untuk kita selaku ortu... sama aja harus waspada.

      Hapus