Frangipani Flower Lovely Little Garden: Jangan Asal Tertawa
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Sabtu, 04 Mei 2013

Jangan Asal Tertawa

Bismillahirrahmannirrahiim,

Aku paling tidak suka menertawakan orang lain, keadaan atau peristiwa tertentu. Maka ketika membaca tulisan mbak Enny Mamito yang berjudul Tertawakan Diri Sendiri, aku langsung tertarik. Sebab ada kesamaan berpikirku dengan mbak Enny mengenai hal itu.

Mbak Enny menuliskan tentang rasa tidak sukanya pada acara-acara televisi yang sifatnya menjahili, ngerjain, menertawakan orang lain. Wah, sama banget tuh sama aku. Aku juga selalu mengganti chanel TV kalau ada acara seperti itu. Bahkan kadang ada yang mengerjai sampai membuat orang ketakutan sekali. Entah di mana letak lucunya. Tertawa atas phobia orang lain. Sekalipun acara seperti S***r T**p yang dibuat secanggih mugkin dalam menjahili orang, menurutku tetap saja tidak lucu. Menertawakan ekspresi takut, terkejut, cemas, orang lain. Buatku sama sekali tidak lucu.

Sering beredar di masyarakat, pada saat ada berita kecelakaan yang marak dibicarakan, segera marak juga berita plesetannya. Yang baru-baru ini terjadi adalah saat sebuah pesawat Lion Air kecelakaan dan tergelincir ke laut. Langsung saja beredar foto-foto plesetan dari peristiwa itu. Berapa banyak orang yang menyebarkan dan menertawakannya. Padahal kalau dipikir dan dilihat dengan mata hati, itu adalah sebuah kecelakaan yang siapapun tidak menginginkannya. Begitupun dengan kecelakaan-kecelakaan lainnya. "Kreatif" sekali orang menyebarkan cerita atau gambar-gambar plesetannya.

Cerita mbak Enny selanjutnya tentang tetangganya dan peristiwa-peristiwa kesusahan orang lain yang dijadikan bahan tertawaan. Melihat kekurangan fisik orang lain, ditertawakan, melihat kemalangan orang lain ditertawakan. Astaghfirullah.

Mungkin ada yang berpendapat, "Halaaah, hidup kok dibuat susah, mau bercanda aja kok pakai diatur-atur. Mau tertawa aja kok pakai mikir ini itu. Enjoy aja lagi. Hidup udah susah kok ketawa aja nggak boleh!"

Berpikirlah, merenunglah. Janganlah kita bersombong diri dengan begitu mudahnya menertawakan orang lain. Berkacalah pada diri sendiri. Maukah kita ditertawakan dengan cara-cara seperti itu? Di Alqur'an diterangkan bahwa kita tidak boleh mengolok-olok atau menjelek-jelekkan suatu kaum. Semua ciptaan Allah sama derajatnya. Yang mentukan mulia atau tidaknya adalah keimanannya kepada Allah. Bisa jadi mereka yang diolok-olok atau ditertawakan itu lebih mulia kedudukannya di sisi Allah dari pada yang mengolok-olok atau menertawakan.

Kita semua adalah makhluk Allah. Segala peristiwa yang terjadi, seperti apapun bentuk fisik seseorang, bagaimanapun sebuah kondisi berlaku, adalah atas ketetapan Allah. Kalau kita menertawakannya, berarti kita menertawakan ketetapan Allah. Kita tidak dilarang untuk tertawa atau bersenda gurau, tapi yang seperti apa? Apakah harus dengan hal-hal tersebut di atas?

Marilah kita introspeksi diri. Jangan sampai kita terjebak pada hal-hal yang membuat kita hidup sia-sia. Bila kita sampai kepada kita kisah, berita atau bahkan ilmu sekalipun, sebaiknya kita waspadai dulu, kita cermati dan pelajari dulu. Jangan langsung percaya, setuju, ikut tertawa atau bahkan meneruskannya kepada teman atau saudara kita yang lain. Ingatlah bahwa apa yang terlihat baik itu belum tentu benar. Maka agar tidak sia-sia dan menyangka kita telah melakukan kebaikan, sebaiknya kita pakai nilai-nilai kebenaran.

Dalam kehidupan ini ada tiga tolok ukuran tentang kebenaran:
  1. Benar menurut diri sendiri, yaitu kebenaran hanya di ukur dengan dirinya sendiri. Belum tentu benar untuk orang lain. Benar menurut diri sendiri sering dipengaruhi oleh hawa nafsu.
  2. Benar menurut orang banyak, yaitu kebenaran yang diukur pandangan, pendapat, penilaian dari orang banyak. Kebenaran ukuran ini masih bisa terbantahkan oleh kelompok atau golongan lain. Saling mempertahankan pendapat mengenai kebenaran kelompok atau golongan sering menjadi pertentangan bahkan pertengkaran.
  3. Kebenaran sejati, yaitu kebenaran yang diukur dengan nilai-nilai ke-Illahian.
Oleh sebab itu, mari kita belajar memahami kebenaran yang sejati. Kita tetap bisa kok tertawa dan bercanda. Khan Allah juga yang menciptakan tertawa, pastinya Allah mengijinkan kita untuk melakukannya. Semua itu hanyalah masalah membiasakan diri. Biasakan diri kita untuk tidak sekedar ikut-ikutan menertawakan, bercanda, lucu-lucuan itu ternyata membuat kita menjadi melakukan dosa. Kalau kita mampu membiasakan diri untuk hati-hati dalam bercanda, nanti akan otomatis ada filter dalam hati kita untuk membatasi diri dalam hal bersenda gurau.

*****

Kalau soal tampilan blog, aku suka warna birunya. Sama seperti warna blogku ini. Birunya segar dan teduh. Toss ah mbak Enny, blog kita warnanya senada. Sedikit saran, sepertinya untuk blog archive kurang menarik bentuknya. Mungkin sebaiknya tidak memakai model hierarkhi tetapi dibuat model dropdown atau flat saja. Widgetnya juga kebanyakan. Sebaiknya dikurangi. Satu lagi, menurutku perlu ditambah Laman yang mencantumkan link/alamat blog mbak Enny yang lain. 







48 komentar:

  1. Setuju banget dengan pendapat mbaak, aku selalu tanamkan slalu menghargai privasi orang lain.Jadi tidak mudah untuk menjaddikan suatu kekurangan atau apapun itu sebagai bahan banyolan. Semoga sukses deh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi kekurangan dr orang itu adalah kelebihan mereka. Jadi siapalah kita ini sampai merasa berhak menertawakan kekurangan itu.

      Trimakasih mbak.

      Hapus
  2. trimakasih mb niken sdh ikutan GAku yaa.. *hugs :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih kembali. Sukses selalu buat mbak Enny.

      Hapus
  3. Aq juga paling sebel Bun, sama siaran tv model begitu, gak pernah nonton tv deh, atau gak mlh nonton kartun hahaha
    Memang mengherankan ya Bun, banyak sekali yg suka mengolok-olok seperti itu...Astaghfitrullah
    Itu pun gak cuma di tv, saya lebih ngeri dengan efeknya ke anak2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahkan anak2ku pun tak luput dari olok-olok temannya. Anak2 hrs dibekali bagaimana bersikap thd olok2 itu.

      Hapus
  4. Setuju mbak, saya juga kadang kasihan ama pemain yang jadi korban ejekan mungkin memang buat lucu lucuan tapi rasanya kog ga etis begitu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Demi uang orang lupa dengan ayat-ayat Allah.
      Demi materi merasa sah saja melakukan segala upaya dlm bercanda.

      Hapus
  5. Aku jarang nonton nyaris tak pernah nonton..
    Lebih enak nongkrongin layar..
    ketawa2 bareng sahabat blogger di webe

    sukses ngontesnya ya Bun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sering ketinggalan berita TV krn jarang bgt nonton TV. Biarin deh, yg penting selalu update di hati Nchie.

      Hapus
  6. bundaaa... >_<
    nasehat yang sangat bijak. "jangan asal tertawa" tampaknya seperti hal kecil, namun adl bermakna besar. :)

    BalasHapus
    Balasan

    1. Islam itu melindungi perasaan manusia dgn baik. Kita semua sebetulnya dijaga dari aib diri sendiri. Tapi kita sendiri yg sering membuka aib kita dengan olok2 yang berlebihan.

      Hapus
  7. ^_^ itulah salah satu sisi fungsi media untuk hiburan (entertaint) yang kebablasan.

    sukses ngontesnya bun, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg terjadi adalah, menghibur buat sebagian orang tapi menyakiti sebagian lainnya.

      Makasih mbak Dame.

      Hapus
  8. Kita juga pasti nggak suka ditertawakan orang ya mbak... apalagi tertawa yang mengejek atau melecehkan karenanya kita juga jangan menertawakan penderitaan orang.

    Sukses ikutan GA-nya mbak, Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuup! Begitu seharusnya. Itu yg harus kita biasakan.

      Makasih ya. Salam kembali.

      Hapus
  9. Yang dianjurkan itu Senyum, kan Senyum itu Ibadah. Tertawa apalagi sampe terbahak-bahak juga dilarang, karena bisa membuat HATI ini menjadi keras. Tertawa pada ruang dan waktu yang tepat dan tidak berlebihan, bukankah Allah membenci sikap Berlebihan...

    Waduuhh, ana sok tahu yaaa.. hehehe.. But, Keep Smile aja yaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tambahan yang bagus sekali.
      Begitu mudah sebetulnya menabung pahala, tapi malah justru banyak yang tidak menyadari itu. Tersenyum, siapun bisa melakukannya.

      Makasih ya mas Tatang :)

      Hapus
  10. Idem... Aku juga gak suka acara ysng jgerjain orang di tv indonesia... Kadang suka kssar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan cuma pada acara TV, tapi dalam kehidupan sehari2 juga perlu diperhatikan.

      Hapus
  11. Aku malah jarang banget nonton TV, Mbak. Kecuali ada berita2 penting, itu pun setelah diinfokan utk buka TV dan tonton acaranya. Paling sering malah muter film via DVD, baru deh layar TV berfungsi.

    Sepakat dg Nchie, kalo ada waktu, malah aku lbh senang melototi monitor lappie dan chat dg teman2 blogger, termsk dgmu, Mbak. :)

    sukses yaaaa. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mbak Al, aku juga jarang nonton TV.
      Semoga ita dijauhkan dari kebiasaan mengolok2 orang lain.

      Makasih ya cantik.

      Hapus
  12. kita menjadi prihatin Mbak jika perkara-perkara tertentu yang terjadi di sekitar kita direspon dengan tertawa dan dianggap sebagai kewajaran. Padahal, semakin banyak tertawa, membuat hati kita semakin mengeras dan kurang peka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas Pakies. Mudah sekali sifat ikut-ikutan di masyarakat. Padahal itu akan menjerumuskan kepada dosa.

      Hapus
  13. Tertawa ada etika juga ya Bun. Enggak boleh ngakak sini ngikik sana.. Ya deh saya ngempet ketawa kalau gitu disini hihihi

    Ya udah kebangetan tuh Bun, jika bertita duka malah dibuat lelucon di televisi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menahan tertawa jangan cm di sini mas Lozz. Semua ini hanya masalah membiasakan diri. Kita tetap bisa kok bahagia meskipun menjaga diri dalam hal tertawa.

      Hapus
  14. tidak etis ya dijadikan lelucon dan ditonton banak orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan sekedar tidak etis lho mbak Lidya, tapi juga bisa terkena beberapa ayat Alqur'an.

      Hapus
  15. padahal yang mentertawakan belum tentu lebih mulia dari pada yang di tertawakan ya mba..
    mentertawakan orang lain, pada hakekat ia menampakkan keburukannya sendiri. dan dirinya sendirilah yang patut di tertawakan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Ummu. Terkadang, boleh jadi fisik kita lebih baik, tapi keimanan kita minim. Jadi untuk apa merasa diri lebih baik dari orang lain sampai2 bisa menertawakannya.

      Hapus
  16. Ketawa sebanarnya sah-sah saja kok. Asal porsinya tak berlebihan dan melihat kondisi kiri kanan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lihat kiri kanan, ada orang atau tidak ya mas Dangdut. Kalau ketawa sendiri kan malah aneh. wkwkwk.

      Hapus
  17. mene,patkan tertawa pada tempatnya ya bunda niken... dan semoga menjadikan nilai-nilai ke-Illahian dalam landasan kehidupan, Topics Follow ya blognya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah demikian mas Topics.
      Trimakasih berkenan follow blog ini. Kunjungan balasan segera ya.

      Hapus
  18. Pesan yang tersirat dalam artikel ini sangat menarik sekali Mba, semoga ini dapat dijadikan sebuah contoh nasehat kebaikan untuk kita semua, terutama bagi diri saya sebagai manusia yang masih banyak kekurangan dan tempatnya lupa.

    Sukses selalu
    Salam wsiata,

    BalasHapus
  19. Bagaimanapun yang namanya berhubungan dengan sesama, prinsip menghargai itu perlu diperhatikan. Tidak ada yang sempurna kan, Bun. Benar itu.. Jangan asal tertawa! :D

    Salam,
    Phie

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak Phie. Sama2 ciptaan Allah, tak perlu merasa lebih mulia dari orang lain.

      Hapus
  20. yang punya mbak evi jangan hanya menunggu
    yang ini jangan asal ketawa :D

    BalasHapus
  21. asal bisa menertawakan diri sendiri yaa mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mending menertawakan diri sendiri, lalu bermuhasabah :)

      Hapus
  22. salam
    Post yg menarik untk tirana aduka.jua buat semua.tq

    BalasHapus
  23. terima kasih atas kunjungan balas ke tempat tirana aduka.met sore yah.

    BalasHapus
  24. Ada yang mengatakan bahwa tertawa terbaik adalah tertawa terakhir. Jika kita menertawakan orang lain boleh jadi orang itu akan menertawakan balik atas ketidakbaikkan kita ya mbak.

    Terima kasih pencerahannya.

    Salam dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tertawa terakhir maksudnya berpikir dulu sebelum tertawa ya? Apakah sesuatu itu pantas kita tertawakan atau tidak.

      Trimakasih kembali mbak Sandy
      Salam dari jakarta

      Hapus