Frangipani Flower Lovely Little Garden: Salah Kostum
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Jumat, 21 Juni 2013

Salah Kostum

Bismillahirrahmannirrahiim,

Suatu siang, aku berkunjung ke rumah temanku. Ketika berpamitan, temanku mengantar sampai ke halaman. Dia begitu mengamati saat aku menaiki varioku. Diluar dugaan, dia berkata:

"Ken, nggak salah kostum tuh?"

"Salah kostum? Maksudnya?"

"Kamu tuh bawa motor kok pakai gamis begitu. Apa nggak ribet?"

"Enggak tuh. Biasa aja."

"Aku mbayanginnya kok ribet ya. Jadi kayak salah kostum. Nyusahin."

"Jangan dibayangkan, aku sih nggak pernah merasa ribet. Dicoba aja sendiri. Dipelajari dulu. Supaya jelas, bagaimana yang dibilang salah kostum."

"Kan susah, Ken. Nggak bisa melebarkan kaki, kalau hilang keseimbangan, terus jatuh, gimana?"

"Memangnya kalau pakai celana panjang dijamin nggak bakalan jatuh? Jangan nyalahin pakaiannya aah. Oke, aku pulang dulu. Makasih ya."

Tak ingin menereruskan obrolan itu, segera aku lajukan varioku. Dalam perjalanan sudah pasti aku jadi memikirkan perkataan temanku tadi.




Salah kostum?

Biasanya kalau kita merasa salah kostum, kita akan merasa aneh, malu, tidak nyaman, risih, salah tingkah, ribet, dan lain-lain. Pokoknya kita merasa mendapat masalah dengan pakaian kita saat itu. Apakah aku merasakan hal itu dengan pakaianku? Tidak. Sama sekali tidak.

Aku justru sedang merasa kalau pakaianku sekarang ini adalah yang seharusnya aku kenakan sejak lama. Dulu, justru aku merasa salah kostum. Itu makanya aku perbaiki dengan yang sekarang. Sekalipun aku tak merasa lebih baik dari orang lain, setidaknya aku sudah mulai mengenakan apa yang seharusnya aku kenakan sebagai muslimah. Bahkan aku merasa masih harus menyempurnakannya lagi.

Aku tak pernah mengatakan bahwa aku lebih baik dari pada orang lain. Aku selalu memahami sebuah perbedaan. Bukan aku wewenangku menentukan sesuatu itu benar atau salah. Aku hanya menjalani apa yang aku yakini dari sebuah proses belajar. Rasanya bahkan aku merasa terlambat sekali melakukannya. Aku baru memutuskan tiga tahun ini untuk merubah cara berpakaianku.

Kalau ada yang mengatakan aku salah kostum karena naik motor memakai gamis, ya tak apalah, itu hanya karena dia tidak terbiasa. Tapi kalau lantas mengatakan pakaianku akan menyebabkan aku celaka, rasanya itu menyedihkan. Kecelakaan kan bisa terjadi kapan saja, bukan karena pakaian kita. Alhamdulillah, selama ini Allah selalu melindungi. Insya Alloh aku akan selalu berhati-hati.

Pernah juga ada teman yang bertanya waktu dia melihat fotoku,

"Ken, mbonceng pakai rok begitu, apa nggak susah?"

Tentu saja aku jawab tidak. Selalu ada cara untuk bisa tetap menjaga pakaian kita dan menjalankan aktifitas. Aku tak ingin membahas apa saja yang aku pakai ketika membonceng sepeda motor. Tidak etis ah kalau dibahas disini. Yang penting bisa, dan tidak sulit. Sulit atau mudah itu adanya di pikiran kita. Allah membuat ketetapan bukan untuk mempersulit hambaNya, tapi justru untuk melindungi hambaNya.

Mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini. Aku hanya sekedar menyuarakan apa yang aku yakini, tanpa menyalah-nyalahkan pendapat orang lain. Setidaknya, akupun ingin orang lain menghargai apa yang aku yakini.


gambar dari sini



56 komentar:

  1. setuju mbak...., apapun yang kita kenakan/lakukan sesuai ketetapan Allah, Insya Allah.. Allah akan menjaga kita dari sesuatu yang tidak baik.. (mis. Celaka atau apa..gitu*

    Semoga Allah membimbing kita, untuk selalu istiqomah dijalanNya... Aamiin.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang sering salah memberikan penekanan terhadap sebuah masalah. Kalau kita sadari bahwa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tentunya kita tidak akan berpikir bahwa apa yang menjadi ketetapannya adalah menyulitkan kita.

      Hapus
  2. Buatku wanita lbh pas pake gamis kok, krn itu yg diperintahkan Kanjeng Rasul utk kemuliaan umatnya. Alhamdulillah istriku pun mulai belajar sedikit demi sedikit cara berpakaian yg benar. Mudah2an anak perempuan kami kelak pun berkenan memakai pakaian spt yg dianjurkan Kanjeng Rasul...Ssippp dah Bunda Lahfy hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga Allah senantiasa melindungi keluarga kita semua, mas Anton.

      Hapus
  3. yen salah kostum kui,, bake baju renang pergi ke MAll.. wkwkwkwk

    BalasHapus
  4. Bingung...
    salah kostum gimana toh... emangnya gamisnya ketat atau gimana..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan gamis yang ketat mas, maksud dia, sebaiknya aku pakai celana panjang kalau naik motor.

      Hapus
  5. kalau belum terbiasa , memang orang akan berkomentar yang keliru, karena mungkin seperti Niken bilang, sulit atau mudah itu hanya ada dalam pikiran saja.....

    tadinya bunda sangkain salah kostumnya karena semua pake seragam, eh Niken sendiri yang kelupaan gak pake....hehehe.....

    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah bunda, Kalau sudah menjalaninya, nggak susah kok. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan diri aja.

      Salam kembali bundaku sayang.

      Hapus
  6. Kalau membaca tulisan ini ...
    yang terbayang di dalam benak saya adalah kalimat ...
    "... Menutup ... bukan Membungkus ..."

    So ...
    Lanjutkan ... dan tetap berhati-hati dalam berkendara ...
    Menurut saya yang salah kostum itu adalah ... ke resepsi memakai daster ...

    (kalo bawa handuk nggak salah kostum lhooo ... itukan asesories ...)(hahaha)

    Salam saya Bu Niken

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya om Nh, menutup itu berbeda dengan membungkus. Kalau membungkus kan ketat dan menempel ke tubuh, sedangkan menutup itu melindungi agar tak tampak.

      Terima kasih om. Insya Alloh istiqomah menjalankan ini semua. Juga nggak salah pakai daster ke kondangan. Soal handuk itu memang asesoris ya Om. Bisa dijadikan kalung. qiqiqi.

      Salam kembali.

      Hapus
    2. Ada lagi, Om..ke kantor pake daster, he he he

      Hapus
    3. hehehe... aku kantornya dapur tuh mbak Hani. Jadi pakai daster kalau ke kantor. Ehh beda yaa.. ;D

      Hapus
  7. menurut aku kaya nya ga salah deh .. :D
    yang salah kalo pake BEHA doang ahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selama ini semua baik-baik saja. Yakin bahwa yang aku jalani saat ini membawa kebaikan buat diriku.

      Hapus
  8. Menurutku, temanmu itu 'sedikit' berlidah tajam, Mbak. Kurang peka dan selektif dalam berkomentar. Dan aku rasa, dirimu tak perlu terlalu menanggapinya. Jalani apa yang Mbak yakini, no worries about other person's comment. Tetap berjalanlah di jalur yang Mbak Niken yakini. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Alaika selalu lugas bersuara. Kita sering membicarakan perbedaan dan selama ini tak ada masalah ya mbak.

      Hapus
  9. Mantaaap bunda, ayo kaum hawa pada berHijab syari ya...

    BalasHapus
  10. betuuul mbaaak.. aku dulu pas kuliah dikatain 'ndeso' dan ga modis gara2 aku pake jubah atau baju gamis -_- tapiii bodo amaaatttt, aku makan ga ikut mereka... hihiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kok malah dikatain ndeso sih? Ya sudahlah... semoga kita istiqomah dengan apa yang kita yakini ini.

      Hapus
  11. Negeri ini mayoritas muslim bahkan terbesar di dunia, tapi saat menjalankan syariat islam (dlm berpakaian) kok malah merasa jadi aneh sendiri.

    yaa bukannya merasa sebagai org yg paling benaar sendiri sih.

    Lanjutkan Bunda......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukankah memang demikian? Islam dulu dianggap aneh, kemudian akan kembali dianggap aneh. Terima kasih supportnya mas :)

      Hapus
  12. aku belum pernah sih mba, salah kostum, tp kalau pun salah kostum, ya tetap PD aja, toh kalau ganteng mah pakai apaan juga enak dilihat, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi ga ada istilah salah kostum ya. Semua kostum dirasa passss... Mantep tuh :D

      Hapus
  13. aku biasa pakai gamis atau rok panjang naik motor mbak.

    BalasHapus
  14. kalo pake motor matic atau bebek mah biasa ya bund, dhe juga sering kok gk masalah dan fine-fine aja. tapi kalo misal pake motor gede, semacam megapro gitu, kayaknya emang susah kalo make rok/gamis. hehe *kabursebelumdijitakbunda* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jiaaah, Dhe ini. Kalau pakai motor itu mending mbonceng aja di belakang. wkwkwk... #kejaaaar

      Hapus
  15. Kalau di jalan yang penting banyakin dzikir, pakai gamis g akan ribet keknya yg ribet kalau pake rok mini, ribet nutupin, he he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... bener banget tuh mbak Hani. Kalau pakai rok mini malah jadi salah tingkah mau nutup-nutupin.

      Hapus
  16. malah enakan pake gamis mbak Niken apalagi klo gamisnya bagian bawahnya lebar, lagipula bagian dalam gamis biasanya pakai celana panjang kan supaya lebih aman... doakan aku bisa istiqomah ya seperti mba Niken..:))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, Insya Alloh ya mbak Rina. Selalu ada cara untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan-kegiatan kita. Tak ada hambatan karena pakaian kita.

      Hapus
  17. whehehe. Sy dulu pernah diajak serius ngomong sm teman : weh, leyn,... kalo mau jadi alim jangan berlebihan lah. wkwkwkwk. ngakak, kok jd sy yah yang "didakwahi"?
    sy bahkan pakai jas hujan rok loh mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jas hujan rok saya juga pakai Umi. Enak jadinya. Sekarang ini sudah lengkap ya kelengkapan busana muslimah yang syar'i. Alhamdulillah.

      Hapus
  18. sama sekali nggak tersinggung kok bund, tulisannya bagus, saya setuju.

    Pada dasarnya saya memang menyukai wanita yang menggunakan hijab sempurna, dan saya juga mencari yang seperti itu, doakan saya ya bun *curhat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga mendapatkan yang terbaik sebagai pasangan hidupnya.
      Terima kasih ya mas Awal :)

      Hapus
  19. sip gak usah nyalahin pakainnya karena belum terbiasa makainya. Kadang sesuatu yang belum dicoba udah dilihat dan seperti udah merasakan dulu. pdahal belum pernah. Tapi ribet juga kalo pakenya rok mini. hehhe..

    setuju sma mba niken.,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trima kasih ya Annur. Allah membuat ketetapan bukan untuk menyulitkan hambanya.

      Hapus
  20. Yang seperti itu dibilang salah kostum...? Lah bagaimana dengan saya ini?? Ke kantor pakai gamis, ke pasar begitu, ke masjid begitu, kerumah teman begitu, ke kondangan nikahan juga begitu.... Huwaaaa >,<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya ukhti, kalau liat begitu aja dibilang saltum, gimana kalau kemana-mana termasuk berenang juga pakai gamis? Ah, biarlah. Semoga kita tidak dinilai salah kostum sama Allah.

      Hapus
  21. Setuujaaa sekalii. Kalau ada yang tanya seperti itu pada saya, akan saya jawab:

    "Gaul dikit napa. Gamis kan bawahnya lebar. Jangankan gamis, pakai rok pun saya masih bisa ngebuut". Hihihihi

    Saya juga sering ditanya seprti itu, Bund. Apalagi motor saya bukan matic. MEreka ngebayanginnya berlebihan sih, ya? So, kalau belum praktek, jangan komentar dolooooo.

    #maaf juga, kalau komenan saya berlebihan dan membuat pembaca tidak berkenan. ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia Idah. Belum merasakan, hanya membayangkan tapi bisa bilang seperti itu. Sekarang gamis juga sudah banyak pilihannya dan memudahkan pengendara sepeda motor.

      Hapus
  22. nek iki Oyen stuju seribu presen Bun, karena yang Oyen pahami ya jilbab (Al Ahzab 59) ituh ya gamis, gamis pun ada syaratnya sesuai syariah, sedangkan kudung/khimar ada di An Nur 31. Oyen pake sejak kuliah tingkat 1, karena baru paham syariat Islam ya saat itu. Dulu sempat diprotes kakak, katanya kayak Ibu-ibu...hehehehe...

    kisahnya pernah Oyen tulis di blog satunya http://qousa.wordpress.com/2010/10/23/jilbab-merah/

    Alhamdulillah, sekalipun sering di kebun karet, bahkan yang banyak belukarnya di kalimantan, jilbab dan kerudung lebar ini tidak mengganggu, insyaAllah, Allah Maha Tahu yang Terbaik, termasuk untuk pakaian muslimah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kan... gamis itu memang pakaian paling nyaman deh. Saya nyesel telat memakainya.
      Makasih ya Oyen :)

      Hapus
  23. ooo... aku kira mbak salah milih baju pas ke acara apa gitu pas baca judul postingan ini. Gak taunya itu komen teman kok. teruskan saja mbak... aku bahkan pakai gamis pas naik sepeda gowes.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya mbak Ade, naik sepeda juga ga masalah pakai sepeda. Mari lanjutkan!

      Hapus
  24. Udah pede aja lagi... jadilah diri sendiri...

    BalasHapus
  25. Salah kostum? Ah engga kok, buktinya dulu lihai kok memainkan maticnya menyusuri jalanan ibukota hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, selap-selip kalau di ibukota itu harus bisa mas Lozz.

      Hapus
  26. Saya pikir tadi salah kostum ke acara bunda. Hehe...
    Pakai gamis naik motor gak masalah tuh bund, apalagi vario. Emang dikhususkan buat perempuan. Kalau naik motor bebek sih agak susah kayaknya, tapi gak masalah juga. Buktinya banyak muslimah yg naik motor dengan lihainya :)
    Saya suka memakai gamis dan melihat wanita muslimah lainya memakai gamis bun, rasanya teduh dipandang. Hehe... Dan alasan utamanya, itu pakaian syar'i.
    Suka banget dengan tulisan bunda ini ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita berpakaian kalau untuk menyenangkan orang lain, nggak bakal ada puasnya. Tapi kalau untuk mendapat perhatian dari Allah, itu baru terasa jelas tujuannya. Menutup aurat dengan pakaian syar'i itu luar biasa nyaman rasanya. Makanya, kalau ada yang bilang salah kostum, saya mendoakan supaya hatinya segera tersambung pada Allah.

      Hapus
  27. Suamiku kemarin menyarankan aku ganti motor biar kalau aku pake rok enggak ribet. Aku jawab aja, "Astin bisa kok, pernah ke kantor pake rok panjang, Alhamdulillah bisa" Hehee...terus kata suamiku lagi "Kan lebih enak pake spacy..." Ih lah kok bahas motor.

    Semuanya tergantung niat ya Bun, mo pake apapun kalau jatuh ya jatuh. Seharusnya teman Bunda bialngnya "Hati-hati ya, Bangga dech dengan Mba Niken, meskipun pakai gamis tetap energik mengendarai motor" Hm....

    salam
    Astin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi lebih baik ganti motor kan ya, bukan ganti kostum. wkwkwk.

      Bener mbak Astin, tergantung niat kita. Berpakaian untuk apa dan siapa. Lagian, mau pakai pakaian apapun, kita tetap harus hati-hati. Allah akan selalu melindungi hambanya. Insya Alloh.

      Hapus