Frangipani Flower Lovely Little Garden: Ibu Rumah Tangga....? Mengapa Tidak...?
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Jumat, 24 Februari 2012

Ibu Rumah Tangga....? Mengapa Tidak...?

***Sering kita mendengar jawaban tak percaya diri bila ada yang menanyakan apa pekerjaan kita. "Aahh... aku cuma ibu rumah tangga aja kok..."  Apalagi dengan adanya facebook, jadi seringlah diadakannya reuni-reuni dengan teman-teman lama. Dan pertanyaan tentang pekerjaan pasti terlontar dari teman kita. Jawaban profesi sebagai ibu rumah tangga akan terucap dengan rasa malu dan rendah diri.
Demikian pula dengan para suami, bila ada yang menanyakan tentang kegiatan istrinya, biasanya akan menjawab, "Di rumah aja, ngurus anak-anak, cuma ibu RT aja kok." Masih mending kalau cuma begitu... kadang dilanjut dengan keluhan suami yang bilang kalau istrinya cuma menghabiskan gajinya saja.... Walaaahhh.... kayaknya kok rendah banget sih yaa...

Begitulah kalau ukuran sukses adalah dari segi materi. Hasil pekerjaan yang terukur dengan materi kelihatannya lebih bergengsi. Kalau kita melihat teman-teman perempuan yang berpenampilan menarik ke kantor, diberi tugas ke tempat-tempat berkelas atau bahkan keluar negeri... Kita akan mengacungkan jempol kita... "Hebat...!!" Suami yang melihat teman kantornya yang berprestasi dalam pekerjaannya... terlintas pada pikirannya..." Coba kalau istriku bisa seperti itu."


Tapi nanti dulu... Ayo kita buka-bukaan di sini... Pertama-tama aku akan lantang berteriak No Way....!! Aku salah satu perempuan yang memilih profesi sebagai ibu rumah tangga, bukan karena terpaksa sebab cari kerja ngga dapat-dapat.  Dan sampai detik ini, tak ada sesal sedikitpun atas keputusan itu. Menjadi ibu rumah tangga itu punya tanggung jawab yang besar. Tidak mudah. Tak boleh dilakukan dengan rasa minder. Ibu rumah tangga harus punya rasa percaya diri dalam mendidik anaknya, kalau ingin anak-anaknya juga punya rasa percaya diri menghadapi dunia luar. Aku pernah membaca sebuah catatan, bahwa para ibu di barat lebih memilih bekerja diluar dari pada mengasuh sendiri anak-anak mereka. Anak-anak mereka dititipkan pada tempat penitipan anak (childcare).  Kata mereka mengasuh anak membuat mereka stress.  Sebagaimana pengalaman kita masing-masing sebagai ibu, punya  anak, apalagi yang punya anak banyak tentunya harus pandai-pandai mengelola kesabaran, mengatur waktu, memahami perbedaan sifat anak-anak.

Sebagai ibu rumah tangga.. bukankah kita harus bekerja dari "terbit matahari sampai terbenam dimata suami". Para suami mempunya jam kerja yang jelas sekitar 8-10 jam. Tapi jam kerja kita lebih panjang. Menjadi ibu rumah tangga harus bisa menjadi guru buat anak-anak.  Tugas sekolah anak-anak sering ditanyakan pada kita. Buat yang anaknya masih SD, bahkan nilai ulangan mereka amat tergantung dari sejauh mana kita membantunya belajar.  Aku sering menyebut ibu itu Mrs. Googlenya anak-anak.

Bukankah kita juga harus bisa menjadi perawat di rumah? Kalau ada anggota keluarga yang sakit, siapa yang berperan menyiapkan makanan sesuai kebutuhan si sakit, obat-obatan yang dibutuhkan, mengkompres bila  suhu badan panas, bahkan membawa ke dokter bila ibu sudah tidak mampu mengibati sendiri. Pernah terpikir tidak berapa biaya pengobatan andai memanggil jasa perawat ke rumah?

Hebatnya lagi... seorang ibu juga harus bisa menjadi psikolog keluarga.  Keluh kesah anak-anak, persoalan mereka di sekolah atau dengan teman-temannya, tangisan mereka, harus bisa kita tenangkan dan berikan nasehat dengan usapan kasih sayang.  Bahkan suamipun sering curhat masalah pekerjaan mereka.  Resah dan gelisah suami dicurahkan kepada kita dan kita harus bisa menyikapinya dengan bijak. Menjaga suasana rumah agar tidak menjadi tegang.


Sebagai ibu, kita juga harus bisa memasak.  Sebagai juru masak keluarga kita harus tahu menu-menu kesukaan anggota keluarga. Harus pandai-pandai mengatur uang belanja agar bisa menyajikan masakan yang sehat dan bergizi.  Anak-anak pulang sekolah, suami pulang kerja, sudah terhidang rapi di atas meja.  Kalau ada anak yang susah makan, ibu akan putar otak tujuh keliling buat mensiasatinya.

Masih banyak tugas ibu rumah tangga lainnya yang kalau di tulis hanya akan menjadi daftar panjang. Tapi bukan maksudku buat itung-itungan sama kaum adam (para suami). Bukan menganggap suami tak berperan dalam keluarga. Tapi memang tulisan ini tentang ibu rumah tangga. Buat teman-teman yang masih suka minder dengan status ibu rumah tangga, ini lho ada Firman Allah SWT:

QS. Al Ahzaab 33
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."

Jadi dalam Islam memang sunatullahnya perempuan adalah di rumah. Tapi bukan dirumah berpangku tangan, menyerahkan semuanya kepada pembantu rumah tangga, tidak memperhatikan keperluan anggota keluarga. Tetapi di rumah sebagai pendidik keluarga.  Sebab kalau kita bicara pada lingkup yang lebih luas, pertumbuhan generasi adalah dari buaian ibu. Peran ibu mengambil jatah yang besar dalam pembentukan suatu generasi. Menanamkan nilai-nilai agama di dalam rumah, mengajari bagaimana kita harus bersyukur, menegakkan kedisiplinan, mengajari kesabaran, menumbuhkan rasa ingin belajar, bertanggung jawab, menghargai orang lain, bagaimana memaafkan orang lain dan masih banyak lagi.

Belum lagi kalau kita hayati firman Allah SWT:
QS. At Tahrim 6:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Maksud dari ayat itu adalah kita wajib menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Perbaiki diri kita dulu... Sebagai ibu rumah tangga kita harus selalu bermuhasabah diri agar terjaga sikap dan keimanan kita.  Kemudian adalah tanggung jawab bersama dari ibu dan ayah untuk menjaga keluarganya. Ayat itu memerintahkan kita untuk berbuat kebaikan mengikuti Allah dan Rasul-Nya.

Dengan semua itu... masihkah kita harus merasa minder dengan tugas-tugas kita sebagai ibu rumah tangga...?? Tugas dan tanggung jawab yang amat besar itu tak akan dapat kita kerjakan dengan baik kalau kita malu dengan peran kita.  Kita harus berani lantang menjawab pertanyaan apa profesi kita. Sebab ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia. Sesuai dengan sunatullah. Jadi kerjakan tugas-tugas kita dengan baik untuk bisa kita pertanggung jawabkan kepada Sang Pemberi tugas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar