Frangipani Flower Lovely Little Garden: Sulungku
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Rabu, 25 Januari 2012

Sulungku


Keringat membasahi wajah dan leher remaja 15 tahun itu. Wajahnya tampak hitam terbakar matahari. Tapi tampak segar dan berseri. Dia dengan 2 orang temannya baru saja pulang dari olah raga di Senayan. Tahu olah raga Parkour? Itu lho yang loncat-loncat gedung, tembok, atau apa saja yg bisa dipanjat dan diloncati. Aneh memang pilihannya ini. Aku sebagai bundanya juga tak habis pikir, kenapa dia bisa tertarik dengan olah raga seperti itu. Bukankah dia sudah banyak mengikuti kegiatan olah raga. Silat sudah sabuk biru, badminton juga sudah beberapa kali ikut turnamen kecil-kecilan, footsal pun sering dilakukannya. Bahkan sekarang dia mulai tertarik dengan kempo. Hufft... aku yang membayangkan saja sudah capek. Tapi dia selalu semangat menjalani semua itu. Bahkan kalau dilarang dia menjawab dengan nada lebay,"detak nadi dan jantungku butuh penyaluran, terlalu kencang kalau ga ngapa-ngapain."
"Hati-hati kalau jadi over training lho, nak," aku tetap mengingatkannya.
Tapi dia tetap mencium tanganku untuk berpamitan menujuu lapangan. Begitu yang sering terjadi andai aku mulai mencemaskan kegiatannya yang banyak itu.


Yang aku tidak menyangka, Parkour membutuhkan latihan fisik yang sangat berat. Kalau dengar ceritanya kayak latihan militer aja. Push up, sit up, pull up, balancing, merayap, lari minimal 2 km, dan lain-lain dalam jumlah dan jarak yang banyak. Waktu aku tanya,"emang kamu kuat, nak?" Sebab aku memang tidak yakin dengan kemampuan anakku itu. Dengan santai dia menjawab,"seringnya kuat kok, tapi kalau ga kuat ya utang buat latihan berikutnya...?"
Haaaa.... aku bengong dengan jawabannya. Apa harus ya dia menjalani semua itu? Kok dia ga kapok dengan latihan yang berat begitu. Katanya kakak-kakak pelatihnya baik-baik semua. Dia suka dengan tantangan-tantangannya.

Tapi kalau aku perhatikan fisiknya memang mulai berisi. Otot-ototnya kencang, staminanya kuat dan yang terlihat amat menenangkanku adalah, dia makin sportif, makin jujur, makin... laki-laki lah pokoknya... Tapi memang dia jadi tambah sawo matang...(alias legam...tapi tetep ganteng... hehehe..).
Anak sulungku itu memang makin berbeda sekarang. Umurnya baru 15 tahun. Dia makin menunjukkan bahwa dia punya prinsip dan sikap. Terhadapku, dia bagai bodyguard yang siap melindungiku dari maksud tidak baik orang lain. Dia akan maju dibarisan paling depan kalau melihatku diperlakukan tidak baik oleh orang lain. Seperti kejadian siang itu. Aku berselisih dengan salah satu karyawanku. Dia mendengar karyawan itu bicara tidak sopan padaku. Dengan sigap dia berkata," Bun, boleh aku tabok ga dia...? Sembarangan dia bicara gitu sama bunda." Yang ada aku jadi malah sibuk menenangkan dia, bukannya menyelesaikan masalah dengan karyawan itu. Jika melihatku murung, dia akan mendekatiku dan bertanya,"Bunda kenapa? Bunda sakit? Bunda ga apa-apa khan...?"
Kalau dia mengantarku belanja ke pasar, aku tak diijinkannya membawa satupun barang belanjaan. "Aku kuat," katanya. Kalau dia sudah kewalahan maka dia akan letakkan belanjaan ke kendaraan lalu kembali mencariku ke dalam pasar.
Pada saat menyeberang jalan, dia akan melindungiku dari arah datangnya kendaraan. Menggandengku dengan sayangnya. Pokoknya dalam banyak hal, aku merasa dia tunjukkan sayang dan perhatiannya. Tapi memang aku harus memperhatikan perkembangan jiwannya yang masih labil remaja. Masih banyak bermain dengan emosi. Melihat energinya yang banyak itu rasanya aku harus mencari keseimbangan buat jiwanya.

Maka... bagaimana bisa aku lewatkan hari-hari tanpa mengusap wajah dan kepalanya. Sambil mendoakan semoga dia selalu dalam lindungan Allah SWT, menjadi anak soleh, lembut dalam bertutur kata, dimudahkan langkahnya dalam menggapai cita-citanya. Bagaimana bisa aku berhenti memanggilnya dengan sapaan sayang. Membangunkan tidurnya dengan belaian lembut. "Bangun jagoan bunda sayang. Sholat subuh dulu yuk..." Suasana pagi selalu aku manfaatkan untuk mencurahkan sayangku buat anak2ku semua. Tidak hanya pada si sulung. Tapi juga pada adek2nya. Banyak harapanku pada mereka. Semoga dengan perhatian kecil itu bisa menjadi pupuk buat kehidupan mereka.

QS. AL-ANFAL:28
Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar