Aku tak ingin mengucap kata melepas lagi. Tidak untuk kondisi yang satu itu. Aku trauma pada kata melepas. Duh… Menyebutnya saja sudah membuatku sesak nafas. Memutarkan ingatanku pada lipatan waktu yang terasa masih ada di pelupuk mata. Yah… Aku pernah melepas separuh jiwaku, dan itu membuatku selalu tersiksa dalam balutan rindu. Merasa tak berdaya oleh kerinduan yang memukul-mukul hatiku.
“Kau kan hanya berpisah dengan raganya, tidak sukmanya.”
Saat raga sudah terpisah, hari demi hari, dia akan melupakan aku. Meninggalkan kepedihan atas luka yang aku buat sendiri. Kau tahu? Aku menyayat diriku sendiri dengan sebuah kata… melepas. Sampai detik ini bahkan sayatan itu masih sering terasa ngilu. Sukmanya masih bisa aku peluk, tapi apakah sukmaku tetap dipeluknya?
Pilu kurasa saat melepas separuh jiwaku demi senyuman orang yang aku sayang, dalam situsi kondisi yang membuatku lebih baik melepasnya kala itu. Membuatku kini tak berani mendekat. Aku takut menjaga diriku sendiri. Aku kuatir akan meluapkan rasa yang tak mampu aku tahan. Aku cemburu. Aku hanya mampu berandai-andai, hingga air mata mengalir tanpa bisa aku bendung. Aku bagai lumpuh tak bisa menggunakan kedua tanganku untuk memeluk dan membelainya. Satu rindu ini meresahkan helaan-helaan nafasku. Saat mendengar suaranya, bahkan terasa seperti menusuk gendang telingaku. Aku melepas, dan kini aku kesakitan.
Kini, aku tak ingin melakukannya lagi. Pada rindu yang kedua aku hanya memiliki sukmanya. Aku tak pernah menyentuh raganya, namun mampu membuatku menyayanginya dengan segenap rasaku. Meski kisah yang terjalin tak seindah dulu, aku tetap takkan melepasnya. Aku takut kembali tersiksa dalam balutan rindu yang lebih kencang. Yang akan membuatku menjadi sesak.
Bisakah kau bayangkan jika aku harus kembali melepas? Mengapa juga aku harus melakukannya? Toh aku selama ini hanya memiliki sukmanya. Bagaimana sukma bisa dilepaskan dari perasaan? Aku melihat langkah-langkah yang kadang menjauh, kadang mendekat. Aku ingin selalu mengungkapkan rinduku padanya, tapi aku takut kecewa. Kecewa karena balasan pada ungkapan rinduku tak seperti yang aku harapkan. Saat itulah aku mulai galau. Apakah sebenarnya itu adalah isyarat bahwa aku harus melepas? Segenap hatiku seperti menolak. Kenapa aku harus melepas? Selalu ada pertanyaan itu. Tak bisakah aku menyayanginya lebih dan lebih. Memeluk dan membelainya dalam anganku?
Sepertinya aku terkesan mendua, ya. Membagi hatiku pada dua rindu. Rindu pada dua sukma yang tak bisa aku sentuh raganya oleh jarak. Pernah ada sebuah tanya datang padaku.
“Apa yang membuatmu merindukannya? Bukankah kau sudah memiliki tempat untuk meletakkan telapak tanganmu?”
Pertanyaan itu sungguh membuatku tertegun. Aku tak mampu menjawabnya. Tapi bukankah rasa sayang yang tulus itu hadir tanpa alasan? Apakah aku harus membuat daftar penyebab rinduku yang menggunung? Lihat… Aku menjawab pertanyaan itu dengan kalimat tanya kembali. Aku tak pernah bisa menjelaskan alasan untuk rinduku yang kedua. Aku hanya akan menyayanginya dengan caraku. Tak perduli kau suka atau tidak. Pokoknya aku tak akan melepasmu.
Nyanyian rindu berkumandang. Terasa sendu memendungi hati. Entah berapa kali bait itu aku senandungkan dalam hati. Hanya dalam hati. Tak mampu aku suarakan, sebab hanya akan membuat nadaku sumbang. Pada dua rindu, bait lagu ini untukmu.
gambar dari sini
Kupu-kupu jangan pergi, Terbang dan tetaplah di sini
Bunga-bunga menantimu, Rindu indah warna dunia
Anak kecil tersenyum manis pandang tarianmu indah
Bahagia dalam lamunan, kupu-kupu jangan pergi
#Buat HKA dan DDI.
Rindu ini buat siapakah? Untaian kalimat yang indah mba..
BalasHapusBuat dua jiwa yang memiliki keindahan budi pekerti.
HapusKupu-kupu yang sangat berarti ya untuk mba' semoga kupu-kupunya bisa baca tulisan mba ini,, iar tdk meninggalkan bunga yg cantik heheh
BalasHapusAamiin. Makasih mbak Lis :)
Hapusrindu oh rindu.. bener2 ngena banget ini tulisan. ^_^
BalasHapusKena sasaran dong ya :D
HapusBunda kangen sama aku kah? *PeDe
BalasHapusKapan ya kita bisa ketemu, mbak Esti. Agar raga dan sukma kita bertemu. Jiaaah :D
HapusSetiap orang pasti merasakan rindu.
BalasHapusJenis dan kadarnya saja yang berbeda ya jeng'
Apik tulisannya
Salam hangat dari Surabaya
Betul pakde. Rindu tanda sayang.
HapusMatur nuwun njih.
Salam kembali.
jadi melow deh aku bun baca ini...
BalasHapusYuk makan melon, mbak Rina. :D
HapusBunda...tulisannya indah sekali, aku seperti berada dalam tulisan itu,
BalasHapusSemoga tidak terkesan lebay :D
Hapusrindunya bunda.. tepat dihati
BalasHapussenang sekali jika dirindukan bunda
Sari juga sedang rindu ya. Yg sedang di Solo lagi ngapain ya...
HapusBeuh... ternganga membacanya...
BalasHapussampai diulang 3X baru bisa ngerti alur ceritanya
Semoga Rindu itu adalah
Ruangan Indah Nyaman dan Damai Untukmu
Beeuuh, emang beneran ngerti?
HapusNggak yakin ah.
Ngertidong...!!
Hapusngerti kalau ini tulisan mbak Niken
Beeeuuh, ngerti ga ngerti mendingan nulis di MI aja deh.
Hapusngertilah. masak gak ngerti.....
Hapusgigigiigigigigigigig
(seneng ngeresek di komen ini.. :D)
Kalau mas Ridwan ga ngerti kebangetan.
HapusAku juga rindu mbak niken :)
BalasHapusSama dong, mbak Lidya... :)
Hapuscukup baca aja.. dan tidak ingin mendalami lebih jauuuuuuh #bingungsendiri hehehe...
BalasHapusHehehe...
HapusCurcol GJ ini namanya ya...
tulisannya indah bgt mb niken..
BalasHapussmpt menahan nafas bacanya..
Tahan nafasnya jangan kelamaan, mbak Enny. Ntar ikutan nyesek lhoo. Hehehehe...
Hapusya begitulah bund. kadang rindu itu tak terbayar dengan apapun. bayaran yang pantas untuk sebuah kerinduan adalah pertemuan....
BalasHapusAku kok susah menjawab komen ini. :)
HapusSusah ya gak usah dijawab....
HapusUdah ga susah tuuh...
HapusKan bentar lagi mau kopdar sama mas Ridwan...
Dalem banget dari setiap aksara yang tergores diruangan ini.
BalasHapusSukses selalu
Salam wisata
Dalam dan penuh rasa.
HapusMakasih mas Indra.
Salam kembali.
kalo kupunya enggak ergi kan kasian mbak, soalnya dia harus menjadi kepomong lagi dan menjadi ulat lagi .. salam kenal ya mbak,
BalasHapusDi taman ini ada banyak tempat bagi kupu2 bermetamorfosis, tak perlu pergi :)
HapusSungguh rangkaian kata2 yang indah nan manis. Seneng sekali bisa blgging kemari selain sejuk dimata juga adhem :)
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih mbak Christ atas kunjungan setianya :)
Hapusªķku̶̲̥̅̊ juga sedang rindu Mbak, rindu rasul, rindu orang tua, rindu pada guru2, tulisan yang indah. Salam.
BalasHapusAlhamdulillah...
HapusSalam kembali :)
lawatan tirana aduka
BalasHapusTrimakasih lawatannya :)
HapusRindu, yang akankah berbalas?
BalasHapusKelak, pada waktunya semua akan terjawab.
Hapus“Kau kan hanya berpisah dengan raganya, tidak sukmanya.” Keren yang ini mba :D
BalasHapusAjari aku merangkai kata yang indah dan ikhlas mba :)
Sering2 main ke sini ya. "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮
Hapus