Frangipani Flower Lovely Little Garden: Korban Sistem Belajar Teks Books
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Rabu, 25 Januari 2012

Korban Sistem Belajar Teks Books

Ada PR matematika bunda... kata Hilman menyambut kepulanganku. 
Oh... ayo kita kerjakan. Sebentar bunda ke dapur dulu. Hilman siapkan aja dulu ya...
Setelah pekerjaanku beres dan urusan pribadi selesai, aku siap membimbing Hilman mengerjakan PRnya. Sebelumnya aku perhatikan dulu nilai dari PR yg kemaren. Hmm... Kok cuma benar 1? Padahal kemaren aku sudah mengoreksi dan mengajarinya. Kemaren Hilman sudah mengerjakan PR dan setelah aku periksa ternyata salah semua. Dia belum mengerti. Jadi aku coba menerangkannya. Hilman kemudian mengganti dengan jawaban yg benar dgn cara menempelnya dengan stiker label. Tapi ternyata di sekolah dia tidak yakin dengan cara yang aku ajarkan, jdi labelnya dia lepas lagi. Dan hasil dari pekerjaan pertamanyalah yang dikumpulkannya. Ternyata hanya benar 1. Dan yang benar itu adalah yg stiker labelnya tidak dia lepas.





Ada perasaan kecewa dan sedih.... bukan karena nilai yang Hilman dapat. Tapi lebih pada rasa sesal, kenapa Hilman tidak percaya pada bundanya? Mengapa dia tidak yakin bahwa yang bundanya ajarkan adalah benar? Mengapa Hilman tidak percaya pada bunda...? Pertanyaan itu menusuk kedalam hatiku. Waktu aku tanyakan itu padanya, dia hanya diam tak mau menjawab. Tapi wajahnya memandangku sedih. Entah apa yang ada dalam hatinya. Dia cuma berkata lirih... Aku takut salah....

Aku terdiam... mencoba instrospeksi diri. Aku kuatir perasaan Hilman meluas ke hal2 yang lain. Aku mencoba mengingat-ingat kesalahanku. Kemudian aku teringat kalau aku pernah membimbing Hilman mengerjakan PR matematika dan ternyata salah semua. Sebetulnya bukan salah. Tapi jalan/cara penyelesaiannya tidak seperti yang di buku paket. Hasilnya sama, tapi jalannya berbeda. Dan Hilman mendapat nol waktu itu. Pernah juga dia bertanya tentang pelajaran lain, aku menjawab dengan bahasa yang berbeda dari yang dibuku paket. Dan itu juga disalahkan. Duuhh.. repot juga kalau begini.

Aku ajak Hilman bicara, apakah betul karena hal-hal itu yang membuat Hilman ga percaya sama bundanya. Dia hanya mengangguk. Tak mengucapkan sepatah katapun. Mungkin dia tidak mau menyinggung perasaan bundanya. Aku pun minta maaf padanya. Bunda akan lebih berhati-hati kalau bantu Hilman belajar, kataku. Sambil mengusap kepalanya aku ajak dia memulai membuat PR hari ini.

Aku korban sistem belajar yang TEXT BOOK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar