Rejeki dan Bukan Rejeki

Satu persatu mereka bergegas. Membersihkan tubuh mereka dari keringat dan bau masakan. Sementara yang satu bersiap diri, yang lain menyelesaikan pekerjaan. Hmmm... Sungguh kerja sama yang indah. Tinggalkanlah pekerjaanmu, wahai anak-anakku. Pergilah memenuhi panggilan-Nya. Mendekatlah kalian pada Sang Kuasa. Rasukkanlah khutbah pada kalbu kalian. Satu persatu sajadah mereka raih... Berpamitan menuju panggilan Bilal. Aku lepas dengan senyumku.


Beberapa pelanggan masuk...
"Maaf, karyawan sedang sholat Jum'at, apakah bersedia menunggu?" Sapaku.
"Ohh... Ga jadi aja bu, kelamaan nanti."
"Oke... Ga apa-apa. Makasih ya..."
Bukan rejeki ku. Biarlah mereka berlalu. Tak ada sesal sedikitpun, karena aku merasa melakukan sesuatu yang memang seharusnya aku lakukan.

SMS berbunyi. Pesanan delivery... Bunyi lagi... Bunyi lagi.... Alhamdulillah... Allah memberiku rejeki yang lebih banyak dari pada yang pergi tadi.
See... Jangan pernah berfikir bahwa pelanggan adalah raja, yang harus selalu dilayani apapun dan bagaimanapun kondisinya. Sholat Jum'at wajib buat karyawanku yang kebetulan laki-laki semua. Aku hanya memberikan hak mereka beribadah. Dosa rasanya menghalangi mereka. Soal rejeki, biarlah menjadi ketetapan Allah. Besar kecil tetap harus disyukuri. Insya Allah bisa menjadi keberkahan dalam kehidupan.