Kadang aku suka geleng-geleng kepala kalau mengintip facebook atau tweeter punya anak-anak. Bukan karena anak-anakku memposting atau membuka link yang 'aneh-aneh', tapi membaca status atau tweet nya teman-teman mereka. Tempat maya itu bagai tempat curhat, mengeluh dan mengumpat orang tua/keluarga mereka. (ups... kayaknya bukan cuma anak-anak yang melakukan ini ya...?). Jadi orang tua memang betul-betul harus pas memposisikan diri. Kalau kita terlalu sering menasehati atau menegur anak, nanti dibilang,"Orang tua gua bawel, cerewet, ngatur melulu..." Kalau kita terlalu membebaskan mereka, mencoba memenuh kebutuhan-kebutuhan yang sering menjadi tuntutan mereka, nanti dibilang,"Orang tua gua payah, ngga perhatian sama gua." Hadeeuuhhh....*tepok jidat deh...* Pengaruh dari luar sering membuat pola pikir mereka menjadi sulit kita pegang. Alhamdulillah nya.... anak-anakku sejauh ini masih bisa diarahkan. Sedikit ribut-ribut biasalah... Tapi tidak menjadi berkepanjangan dan masing-masing, baik aku da ayahnya maupun anak-anak segera menyadari kesalahan. Sebagai orang tua aku tidak segan untuk minta maaf sama anak-anak kalau memang aku berbuat salah.
Walaahhh... kok malah jadi kepanjangan intronya.... khan aku mau cerita tentang hal menarik dikeluargaku belakangan ini. Aku selalu semangat bercerita tentang anak-anak. Karena aku selalu berusaha melihat kebaikan-kebaikan mereka. Berbagi cerita tentang anak-anak adalah sebuah antusias yang luar biasa. Dan inilah yang mau aku ceritakan..... Taraaaaaa.....!!
Beberapa hari ini (waktu long weekend kemaren), ada keceriaan baru di keluargaku. Ada bahan candaan baru (semoga akan terus bermunculan spontanitas sejenis). Bermula dari candaan Astri yang 'menciptakan' kehangatan... Entah dari mana asal ide itu muncul, tiba-tiba Astri menghalangiku memasuki kamarku sendiri. Tangannya dibentangkan lebar, sambil berkata,
"Kalau mau masuk, sebut dulu passwordnya...!" Wajahnya menggodaku.
Aku pura-pura mendesak masuk dan Astri tetap menahanku sambil tetap mintaku menyebutkan password.....
"Apa yaaa...? Ahaa..... bunda tahu... Pasti.... Astri Cantik...!"
"Salah....! Ayo apa...? Salah password 3x bunda ngga boleh masuk...!"
"Astri pinter...!" tebakku lagi
"Salah juga....! Hayooo 1x lagi...!" Astri menggodaku.
Lalu spontan aku menciumnya sambil berkata,"Bunda sayang Astri...!"
"Naaahhh... itu baru betul.... Bunda boleh masuk...!"
Dan Astripun tertawa-tawa kegirangan.
Aku masuk kamar sambil berfikir... "Emang itu yang Astri maksud atau karena dia seneng dengan ungkapanku."
Beberapa hari ini (waktu long weekend kemaren), ada keceriaan baru di keluargaku. Ada bahan candaan baru (semoga akan terus bermunculan spontanitas sejenis). Bermula dari candaan Astri yang 'menciptakan' kehangatan... Entah dari mana asal ide itu muncul, tiba-tiba Astri menghalangiku memasuki kamarku sendiri. Tangannya dibentangkan lebar, sambil berkata,
"Kalau mau masuk, sebut dulu passwordnya...!" Wajahnya menggodaku.
Aku pura-pura mendesak masuk dan Astri tetap menahanku sambil tetap mintaku menyebutkan password.....
"Apa yaaa...? Ahaa..... bunda tahu... Pasti.... Astri Cantik...!"
"Salah....! Ayo apa...? Salah password 3x bunda ngga boleh masuk...!"
"Astri pinter...!" tebakku lagi
"Salah juga....! Hayooo 1x lagi...!" Astri menggodaku.
Lalu spontan aku menciumnya sambil berkata,"Bunda sayang Astri...!"
"Naaahhh... itu baru betul.... Bunda boleh masuk...!"
Dan Astripun tertawa-tawa kegirangan.
Aku masuk kamar sambil berfikir... "Emang itu yang Astri maksud atau karena dia seneng dengan ungkapanku."
Ahhh... what ever lah... ngga ada ruginya kok mengatakan itu... Malah ada rasa bahagia dalam hatiku yang sekelebatan menyelinap.
Ada-ada saja anak SMP kelas VIII itu.... Hari itu dia sering sekali meminta password dari aku, ayahnya atau saudara-saudaranya. Akhirnya kami serumah jadi ikut-ikutan melakukan hal yang sama. Ternyata seru sekali. Mau ini, bilang sayang dan cium pipi dulu. Mau itu, juga bilang sayang dan cium pipi dulu... Lucu...! Menyenangkan...! Dan kadang menggemaskan, karena anak-anak kadang pura-pura menolak dicium, tapi sambil tertawa-tawa. Hari libur di rumah saja ternyata bisa bikin fresh juga. Tidak harus bermacet-macet ke puncak atau ketempat rekreasi lainnya. *lumayan kalau kantong lagi bokek... qiqiqiqi...*
Tapi rupanya Luthfan yang sudah SMA risih dengan hal ini. Asal diminta password dia cuma bilang,
"Apaan sih...?!" Atau "Halaaaahhh...!" Atau "Iya...iya....!"
Meskipun begitu dia ikutan tertawa melihat yang lain bercanda. Aku ngertilah kenapa Luthfan begitu. Sudah tidak nyaman dengan hal seperti itu. Tak apa... yang penting dia ikut menikmati kehangatannya. Apalagi hari itu Luthfan baru pulang lomba Maraton Jakarta 10K. Bukan Luthfan banget deh pokoknya model ungkapan sayang dengan peluk cium begitu.
Begitulah... masing-masing anak punya cara yang berbeda-beda. Kita sebagai orang tua mesti bisa mengenali bahasa kasih mereka. Sebab kalau kita tidak bisa mengenali bahasa kasih masing-masing anak, bisa-bisa tangki kasih sayang mereka kosong dan mereka akan merasa diabaikan. Sebaliknya kalau kita sudah mengenalinya maka berhubungan dengan mereka akan menjadi hal yang mengasyikkan. Sekalipun benturan mungkin saja tetap ada, tapi kita bisa menyikapinya dengan lebih bijaksana.
Sejak hari itu, meminta password menjadi kebisaan yang menyenangkan. Ungkapan "Aku sayang kamu" dan ciuman pipi menjadi kebiasaan tiap hari. Tanpa sengaja kami menemukan pupuk cinta lagi. Tertawa-tawa bersama anak-anak adalah hiburan yang tak terbayarkan oleh apapun. Kebahagiaan memang tak perlu kita cari jauh-jauh kemanapun... Kebahagiaan ada dalam hati kita, ada di rumah kita, ada pada mata anak-anak kita, pada pasangan kita. Dan kebahagiaan sejati adalah manakala Allah senantiasa bersemayam dihati kita. Mensyukuri semua nikmat dan karunia-Nya. Menyebut asma Allah tidak hanya pada bibir kita, melainkan juga pada qulub kita.... Sebab manakala kita bisa melihat nikmat-Nya dengan qulub kita, maka sekedar candaan tentang password itu menjadi sebuah karunia yang luar biasa. Alhamdulillah....
Ada-ada saja anak SMP kelas VIII itu.... Hari itu dia sering sekali meminta password dari aku, ayahnya atau saudara-saudaranya. Akhirnya kami serumah jadi ikut-ikutan melakukan hal yang sama. Ternyata seru sekali. Mau ini, bilang sayang dan cium pipi dulu. Mau itu, juga bilang sayang dan cium pipi dulu... Lucu...! Menyenangkan...! Dan kadang menggemaskan, karena anak-anak kadang pura-pura menolak dicium, tapi sambil tertawa-tawa. Hari libur di rumah saja ternyata bisa bikin fresh juga. Tidak harus bermacet-macet ke puncak atau ketempat rekreasi lainnya. *lumayan kalau kantong lagi bokek... qiqiqiqi...*
Tapi rupanya Luthfan yang sudah SMA risih dengan hal ini. Asal diminta password dia cuma bilang,
"Apaan sih...?!" Atau "Halaaaahhh...!" Atau "Iya...iya....!"
Meskipun begitu dia ikutan tertawa melihat yang lain bercanda. Aku ngertilah kenapa Luthfan begitu. Sudah tidak nyaman dengan hal seperti itu. Tak apa... yang penting dia ikut menikmati kehangatannya. Apalagi hari itu Luthfan baru pulang lomba Maraton Jakarta 10K. Bukan Luthfan banget deh pokoknya model ungkapan sayang dengan peluk cium begitu.
Begitulah... masing-masing anak punya cara yang berbeda-beda. Kita sebagai orang tua mesti bisa mengenali bahasa kasih mereka. Sebab kalau kita tidak bisa mengenali bahasa kasih masing-masing anak, bisa-bisa tangki kasih sayang mereka kosong dan mereka akan merasa diabaikan. Sebaliknya kalau kita sudah mengenalinya maka berhubungan dengan mereka akan menjadi hal yang mengasyikkan. Sekalipun benturan mungkin saja tetap ada, tapi kita bisa menyikapinya dengan lebih bijaksana.
Sejak hari itu, meminta password menjadi kebisaan yang menyenangkan. Ungkapan "Aku sayang kamu" dan ciuman pipi menjadi kebiasaan tiap hari. Tanpa sengaja kami menemukan pupuk cinta lagi. Tertawa-tawa bersama anak-anak adalah hiburan yang tak terbayarkan oleh apapun. Kebahagiaan memang tak perlu kita cari jauh-jauh kemanapun... Kebahagiaan ada dalam hati kita, ada di rumah kita, ada pada mata anak-anak kita, pada pasangan kita. Dan kebahagiaan sejati adalah manakala Allah senantiasa bersemayam dihati kita. Mensyukuri semua nikmat dan karunia-Nya. Menyebut asma Allah tidak hanya pada bibir kita, melainkan juga pada qulub kita.... Sebab manakala kita bisa melihat nikmat-Nya dengan qulub kita, maka sekedar candaan tentang password itu menjadi sebuah karunia yang luar biasa. Alhamdulillah....
hahaha lucu.. anakku yang paling kecil juga suka main password gitu. Dia jadi penjaga pintunya :D
BalasHapusMemang menggemaskan ya mbak...
BalasHapussekarang jadi gampang kalau pengen dapat ciuman sayang dari anak... qiqiqi...
oalah bukan blognya mbak Intan.. hahaha maaf Bunda Lahfy.. #malu menutup muka hehehe
BalasHapusciluuukk baaa...!!
BalasHapushehehe... ngga apa2... makasih sudah mampir dan santai sejenak ditaman bunda....