Acara tivi sekarang ini memang bikin pengen mengurut dada.... *Dada sendiri tentunya... Nonton berita, isinya kalau enggak demo, pembunuhan, korupsi, kecelakaan, kerusuhan atau tidak kekerasan lain. Nonton acara musik, penyanyinya pakai pakaian yang minim-minim... (kenapa ya harus begitu.... *geleng-geleng kepala dehh...). Nonton sinetron, ceritanya lebay-lebay... Nonton film kartun juga mesti dipilih-pilih sebab sering ada cerita-cerita yang bisa membawa pengaruh kurang baik buat perkembangan jiwa anak-anak.
Untungnya anak-anakku tidak termasuk penggemar acara tivi. Adalah mereka menonotn tivi, tapi tidak manteng di depan tivi. Kalau aku perhatikan yang sering mereka tonton adalah film kartun Spongebob Squarepants. Tiap sore film itu tak pernah terlewat. Padahal menurutku aneh.... masak ada kepiting kok punya anak ikan hiu... qiqiqi... *tepok jidat*. Tapi what ever lah... yang jelas anak-anakku terutama Hilman suka sekali dengan film ini. Okeee... let me see...
Sebagai ibu yang baik....*jangan protes yaaa...*, aku berusaha mendampingi anak-anak dalam menonton tivi. Paling tidak bisa menyimpulkan bahwa acara A bisa mereka tonton atau acara B tidak boleh mereka tonton. Film Spongebob Squarepants adalah termasuk acara yang aku ijinkan untuk mereka tonton. Sebab aku perhatikan dalam tiap episodenya bisa diambil nilai-nilai kebaikan yang bisa kita jelaskan kepada anak-anak. Itulah pentingnya mendampingi mereka dalam menonton tivi. Buat Hilman misalnya, film Spongebob Squarepants ya cuma sekedar film kartun dengan cerita yang dia suka. Lewat begitu saja tiap episodenya. Tanpa makna. Malah cuma bikin berantem kalau kakaknya mau coba mengganti chanel.
Maka aku mulai beraksi... eng ing eeeng.... Aku duduk didekat Hilman (kakak-kakaknya kadang juga ikut nonton).... Waktu itu ceritanya tentang Spongebob yang panik dan tidak bisa mengerjakan apapun hanya karena tali sepatunya lepas dan dia lupa cara mengikatnya kembali (tau doong cerita yang ini... udah diputar berkali-kali khan...?).
"Ayo coba kita perhatikan isi filmya ya.... apa kira-kira nilai-nilai kebaikan yang bisa kita ambil dari ceritanya," kataku mengarahkan. "Hilman tau nggak?"
"Apa ya, bunda...? Kita harus bisa mengikat tali sepatu sendiri kali...?" Hilman mencoba membuat kesimpulan.
"Hmmm... bisa begitu... memang betul kita harus bisa mengurus keperluan kita sendiri, jadi bisa mandiri. Apa lagi, nak...?"
Hilman berfikir... "Apa ya...? Eeeeeeeee..... Aku ngga tau ah, bun..."
Yahh... dia menyerah....
Kalau sudah begini aksiku jadi semakin gaya.... *hehehehe.....*
"Begini nak... Spongebob itu terlalu fokus pada masalah kecil, seperti tali sepatu yang lepas itu. Sampai-sampai dia merasa tak mampu mengerjakan pekerjaan lain. Hanya karena dia lupa cara mengikat tali sepatu, harinya jadi berantakan. Jadi makna yang bisa kita ambil adalah, kita tidak boleh fokus pada kelemahan kita. Terlalu merasa kita tidak mampu mengerjakan sesuatu, jadi rasanya kita tidak bisa mengerjakan semua hal. Padahal semua orang punya kelemahan atau kekurangan, tapi juga punya kelebihan. Jadi tidak perlu terlalu sedih dengan kelemahan kita, malah kita harus menunjukkan kelebihan kita. Kalau engga ya nanti jadi kayak spongebob, jadi ngga bisa bikin Krabby Patty seperti biasanya, hanya karena tali sepatunya lepas dari ikatannya."
*Woooww.... mantab yaa....*
Lalu aku memberi contoh-contoh dari keseharianmereka.
Biasanya anak-anak akan respon dengan kata-kata seperti.... "Gitu ya bun." Atau, "Iya ya..". Atau "Betul juga ya...". *mudah-mudahan karena mereka memang mengerti yang aku maksud...* Dan kegiatan mendiskusikan film-film berlanjut setiap aku sedang menemani mereka nonton tivi.
Kali lain, misalnya mereka sudah terlanjur nonton berita tentang pembunuhan, atau tawuran, atau berita kriminal lainnya....ya sudah... biarlah beritanya tuntas sekalian, tapi sambil aku jelaskan hal-hal yang harus menjadi perhatian. Aku sering memulai dengan meminta pendapat mereka dulu. Aku ingin tau sampai sejauh mana cara berfikir mereka. Apakah dalam diri mereka sudah ada filter sehingga bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, ataukah mereka menelan mentah-mentah apa yang mereka liat. Dalam beberapa hal pandangan mereka sudah benar, tapi beberapa hal lain memang masih harus diluruskan. Sekalian memasukkan nilai-nilai agama, dan kalau aku pas tau dalilnya, aku bukakan juga dalil-dalil dari Alqur'an.
Karena kebiasaan ini, aku jadi suka dibercandain sama Astri.... Kalau aku sudah mulai duduk bersama mereka di depan tivi... Astri akan menghitung," 1....2...3....! Bunda komeeennnn..!"
Hahahaha.... ternyata mereka hafal dengan 'kecerewetan' bundanya. Biarlah bunda 'cerewet' nak, ini semua buat kebaikan kalian. Bunda ingin melindungi anak-anak. Pengaruh tivi sudah sangat memprihatinkan.... Jadi daripada aku teriak-teriak melarang mereka nonton tv, atau sibuk protes sana protes sini, lebih baik mendampingi mereka. Memilihkan acara-acara apa yang boleh mereka konsumsi. Sambil sedikit demi sedikit mendakwahi anak-anak sendiri. Harapanku, pada diri mereka bisa mempunyai filter dalam membedakan yang baik dan yang buruk. INSYA ALLAH.
Dan untuk tiap kesempatan yang aku miliki... aku bersyukur bahwa aku adalah Ibu Rumah Tangga.
sip banget mbak
BalasHapusbisa mendekatkan diri dengan anak2 juga ya
salam kenal mbk :)
Iya betul...
Hapussambil mengajak anak untuk berfikir positif sekaligus menambah kedekatan sama mereka.
Salam kenal kembali ya...
makasih....