Bismillahirrahmannirrahiim...
Puisi-puisi mbak Ririe Khayan begitu kaya dengan kata-kata yang memainkan beberapa gaya bahasa. Untuk bisa memahami bait demi bait aku harus membacanya beberapa kali dengan cermat. Maklumlah bersyair ala pujangga rasanya belum sampai ilmunya. Maka dengan mengambil konsentrasi penuh, aku mencoba menanggapi puisi mbak Ririe yang berjudul Merajut Keping-Keping Rindu.
Serenade tasbih semesta mengalun
Berlatar angin malam bersyair syahdu
Meniupkan repetika rindu bergelombang menerpa terpa
Mensyaratkan sebuah esensi perasaan menyeruak
Ketika dinamika kendali hati menjadi tidak statis dalam sintesis temporal
Hening malam membawa hati dan pikirku lekat pada halus tutur kata ibu. Terpaan angin malam mengenangkanku pada hangat dekapan bapak. Berkecamuk rasa di hati ingin mengulang lembaran hidup kala berada dekat dengan mereka. Tak mampu kujaga rasa, hingga makin menyiksaku pada rasa rindu yang dalam. Aku hanya mampu menundukkan kepala pada hening sujud panjangku. Lantunan dzikir kukirimkan sebagai penenang rasa gelisahku.
Gelora rindu yang membawaku pada himne gandrung
Akan sayap-sayap dekapan abstrak dalam rangkaian kenangan,
Saat udara yang berkelibat ringan mengusap kening ingatanku
Merajut keping-keping rasa yang selalu memberi makna tersendiri
diantara jedanya yang berarus rindu menderu kala mengingatnya kini
Tak bisa tidak... semua ini mengumandangkan dalam ingatan pada lagu kanak-kanakku yang selalu disenandungkan ibu. "Bila kuingat lelah, ayah bunda, bunda piara piara akan daku sehingga aku besarlah...". Dengan mata terpejam aku mampu merasakan pangkuan dan pelukan bapak dan ibu. Dengan memutar ingatan, aku mampu merasakan ciuman manja ungkapan cinta bapak dan ibu. Kenangan demi kenangan berputar meneguhkan bahwa akulah kesayangan.
Renyai hujan membasah rerumputan, gemericiknya melahirkan danau-danau kecil
Dan menyemaikan prasasti lingkaran kasihmu
Pada hati yang merindu akan hantaran senyum dan peluk
Ini pelipur yang terpisah, terderai dan tersingkapkan
Bila pengertian cukup untuk bertahan dan mengikhlaskan dalam keberterimaan
Lalu...bagaimana bisa kutahan air mataku. Semua berurai tak terbendung. Membuat dua aliran kecil pada bulat pipiku. Tak mampu kuhitung segala pemberianmu. Tak terhingga kau semaikan benih-benih kasih sayang padaku. Benih-benih yang kemudian tumbuh subur menjadi kebijakan. Dan membuahkan pengetian untuk saling menguatkan. Serta membiakkan keikhlasan pada tiap keadaan. Maka semakin dalamlah rasa rindu mendesakku.
Kusadari sekian waktu berlalu tanpa melihatmu
Pada rotasi bumi yang masih sama dan musim yang berbondong silih berganti
Ketika laju waktu menyilamkan segala yang telah menepi
Ijinkan aku menganyam partikel-partikel doa pada tiap urai nafas
Aku anakmu, manusia berlimpah sinergi cinta Bapak dan Ibu
Yang TUHAN ciptakan tidak untuk kesia-siaan
Bapak ibu...maafkan anakmu... aku belum bisa memutuskan rentang jarak dan waktu. Kewajiban memaksaku berpijak pada tempatku. Aku bagai berdiri pada dua bagian bumi. Kanan pada bumimu, dan kiri pada bumi suami dan anak-anakku. Namun aku tetap akan datang kepadamu bapak ibu... Dan sebelum tiba waktu itu, aku tumpahkan kasih mesraku pada untaian doaku.Yang selalu mengiringimu pada tiap desahan nafasmu. Sekalipun aku tak meminta hadir ke dunia, tapi Allah memberiku berlimpahan cinta dari bapak dan ibu. Terima kasih Allah... Terima kasih bapak ibu.
Tulisan ini diikutsertakan dalam “Giveaway Kidung Kinanthi: Kata dalam Puisi”
Pada deru nurani yang menggelora..
BalasHapusakan kebertemuan
namun jarank yang belum teringkas..
Semoga doa kan mengalir tiada jeda..
Teruntuk ayah bunda selalu dalam naunganNYA:)
Terima kasih utk untaian indahnya, mengurai dan melengkapi isi tulisan saya...puisi persembahan utk kedua orang tua..
#TERCATAT SEBAGAI PESERTA#
Pada bait ke2 saya bahkan menitikkan air mata lho mbak Rie... Betul-betul teringat ibu waktu menyanyikan lagu2 kanak-kanak. Puisi mbak Rie seolah mewakili perasaan saya.
HapusAkan terasa lebih damai, jika keluarga dengan orang tua jaraknya seimbang supaya tidak ada yang dipinggirkan karena keduaa'a sama berperan penting dalam proses pembentukan kita dahulu & sekarang
BalasHapusBetul mas Andy... sangat aku rasakan sekali kegalauan berjarak dengan orang tua,pun sebaliknya. Sekarang sedang diupayakan untuk berkumpul.
HapusPuisinya bikin menyentuh ya bun, semoga sukses dgn kontesnya
BalasHapusIya mbak Lidya... puisi-puisi mbak Ririe memang perlu dihayati untuk menangkap detai maknanya. Supaya bisa membuat hati menjadi tersentuh.
Hapus*terharu..*
BalasHapusNay sayang ibu dan aba karena ALLAH.. :)
sukses buat GA-nya bunda.. ^^
Nayaaaaa....!! Duuhh senengnya bunda dikunjungi Naya... Apa kabar say... Makasih masih mau mampir kemari Nay...
HapusIya Nay... bila sayang kita terhadap orang tua dan sesama adalah karena Allah, maka kita akan sampai pada porsi yang seharusnya.... Sukses selalu ya buat Naya...
Terkadang rindu selalu menyiksa walau itu indah ketika bertemu. Menahan dinginnya hati yg tak menentu.
BalasHapusRindu inilah yg membuat kita semakin sayang kpd mereka orang tua kita tercinta :)
Inginnya sih selalu ada disamping orang tua. Tapi mereka tidak mau diajak berkumpul, lebih suka mandiri, katanya tidak mau merepotkan anak-anak. Padahal apa salahnya anak-anak direpotkan oleh orang tuanya. Bukankah mereka dulu juga kerepotan merawat kita.
HapusLha kok malah jadi curhat... qiqiqi...
nangis nih nangis deh..uhuhuhu
BalasHapusga bs apa apa llo dah ingat mereka.
niiihh iniii ada tisuue...
HapusSedih ya Mi kalau ingat mereka. Makanya tak putus deh mendoakan untuk kebaikan mereka.
wah bahasanya teralalu puitis suasah untuk di renungkan mbak
BalasHapusWaktu baca puisinya mbak Ririe juga saya harus berkali2 membacanya. Tapi karena tertangkap bahwa isinya adalah tentang kerinduan pada bapak ibu, akhirnya ketemu juga kalimat2nya...
Hapuspuisinya.. sulit untuk ana maknai, tapi terasa maksudnya :)
BalasHapussemoga menang kontesnya ya bunda.. alhamdulillah, blognya sudah tidak ada gangguan lagi ^_^
Iya Anna... bahasa mbak Rie memang kelas tinggi deh... lumayan berpikir untuk membuat tanggapannya.
HapusAlhamdulillah sudah bisa masuk ke taman bunda. Trimakasih ya Anna...
Puisi jempolan, sulit cari tandingan.
HapusTitip sajak kamar sedikit:
Rendez-vous
Sebuah rendez vous buat kamu.
Ketika jarum jam bergerak mundur.
Kembali kamu memberiku wajah.
Seutas bayangan mata hati:
Bayangan cinta.
Wassalammu'alaikum, taman yang indah di sini.
Yang komen juga jempolan. Hehehe...
HapusRendezvous nya kenangan masa lalu ya.. :)
Semoga suka main-main di taman ini.
whehehehe, tersanjung tingkat dewa neh oleh sanjungan Mbak NIken lho? Lha ini nyatanya saya belum bisa produktif dalam menulis puisi...#maluu
HapusKeren2 kok mbak puisinya. Bahasanya menggabungkan beberapa gaya bahasa. Walau utk memahami isinya scr detail hrs baca bbrp kali. Hehehe... kalau itu sih tergantung kemampuan yaa...
Hapussaya jagokan posting ini jadi pemenangnya dah...
BalasHapusdah saya mau mereferensikan ke Ririe...
Alhamdulillah...
HapusTrimakasih kalau mas Insan menyukai posting ini.
Tapi ngga perlu juga kali sampai mereferensikan begitu.
Biarlah mbak Ririe yang menentukan sendiri.
Seperti sebuah kalimat, spasi/jarak yg tepat akan membuatnya tuk indah dibaca dan dilihat. Mungkin rindu juga seperti itu. Jaraklah yang membuatku untuk terus merindukan mereka seraya melantunkan doa-doaku untuknya. Hingga kami bertemu dan kutumpahkan tiap keping kerinduanku dalam pelukannya. Memberikan rajutan kepingan2 rinduku yang telah tertata rapi dalam hatiku untuknya, agar mereka tahu betapa ku sangat mencintai mereka. #kangen ayah dan bunda ^_=
BalasHapusSmoga menang kontes bunda.. :)
Iya ya Mas.... bayangkan kalau dalam kalimat tidak ada spasi, tentu kita sulit membacanya. Jadi jarak tak selalu harus diputus ya... Tapi bagaimana kita bisa mengelola hati dan kehadiran untuk membuat luapan rindu kita menjadi indah.
HapusTrimakasih supportnya Mas Erlangga.
mba itu yang teks biru pusinya dan yang hitam, renungannya mba gitu?
BalasHapusterasa meenyentuh sekali
Iya betul mas Adang. Yang biru itu puisi mbak Ririe dan yang hitan adalah renungan saya. Kebetulan karena sedang merasakan hal yang senada dengan isi puisi itu, jadi seperti mengungkapkan isi hati saja.
Hapusibu, ayah jadi pingin peluk deh, masih bisa merasakan bahagia di samping orang terkasih... #elap air mata,,,,,
BalasHapusIni tissue buat seka air matanya mbak Niar...
HapusBersyukur mbak Niar ada didekat ayah ibunya. Pokoknya jangan sia-siakan waktu dan kesempatan itu.
semoga sukses kontesnya....:)
BalasHapusTrimakasih mbak Rina... :)
Hapuswisss kalah akuuuuu
BalasHapusArtikelnya bagus bangeeeeeet
Semoga berjaya jeng
Salam hangat dari Surabaya
Aaahhh...jangan gitu thoo pakde...
HapusAlhamdulillah kalau menurut pakde artikel ini bagus (semoga mbak Rie juga berpendapat sama).
Makasih ya De...
Dari 'aisyah radhiyallaahu 'anha, Rasulullah shalallaahu 'alayhi wasallam b'sabda :
BalasHapus"Barangsiapa diuji dengan memiliki anak-anak perempuan, lalu dia bisa mengasuh mereka dengan baik, maka anak perempuannya itu akan menjadi penghalang baginya dari api neraka kelak"
Berbahagialah bunda, bisa jadi bakti bunda kepada suami bisa menghalangi orangtua bunda dari api neraka. Karna tolak ukur wanita shalihah adalah dilihat dari ketaatannya kepada suami, jika dia taat kepada suami maka secara tidak langsung orangtua si istri telah berhasil mengasuhnya
Subhanallah... bahagia rasanya diingatkan pada hadist itu.
HapusAamiin...semoga kebaikan-kebaikan yang ditanamkan oang tua bisa menjadi penolong buat orang tua memasuki syurganya Allah...
wah sedang berjuang untuk GA.. :)
BalasHapussemoga sukses bu.. :)
Iya nih mas... makasih kunjungannya...
HapusBunda Niken emang pinter merangkai kata. Sukses ya Bun. Saya cuma bagian keplok-keplok aja deh sekarang. Hihihi ora iso mencerna dengan baik puisi soale
BalasHapusMakin rame dikeploki sama mas Lozz...
Hapusngga apa-apa ga bisa mencerna puisi... yang penting bakso semangkok habis dicerna.... qiqiqi...
Tengkiu mas...