Foto koleksi pribadi
Dalam hati saya berkata dan berandai-andai. Yang akhirnya menjadi sebuah harapan besar, semoga tawuran tak lagi dianggap menjadi penyelesaian masalah. Sebab bukannya masalah akan selesai, tapi akan muncul masalah-masalah yang lebih besar lagi. Saya bukan ingin mengorek-ngorek kekurangan pemerintah dalam mengayomi rakyatnya secara lahir dan batin. Sebab...bila hanya saling menuding ini kesalaahn siapa, masalah tawuran tidak akan selesai. Malah hanya akan menjadi perdebatan panjang yang tak ada solusinya.
Menurut saya, ada dua hal yang harus dibenahi untuk mencegah dan menanggulangi tawuran ini. Yaitu:
1. Dari dalam rumah/keluarga
Sebagai seorang ibu yang mempunyai anak usia 16 tahun, saya sudah pasti amat resah dengan tradisi tawuran. Anak Sulung saya, Luthfan, yang kelas XI SMA (kelas 2 SMA), sering bercerita tentang teman-temannya baik yang satu sekolah ataupun yang tidak, bahwa mereka tawuran. Alasannya kadang sepele, seperti hanya karena ledek-ledekan di Twitter, serempetan motor di jalan, atau masalah sepele lainnya.
Pernah suatu hari, Luthfan pulang sekolah dengan beberapa temannya. Tumben, pikir saya kala itu. Biasanya teman-teman Luthfan main ke rumah pada hari Jum'at. Karena Sabtu libur, sering mereka main kerumah dulu sepulang sholat Jum'at. Kalau tidak salah itu hari Rabu. Terlihat buru-buru, Luthfan minta ijin mau main Futsal. Seperinya dia mengerti keheranan bundanya, Rabu bukan hari olahraganya. Lantas dia duduk menjelaskan,
"Bunda, aku futsal hari ini memang mendadak. Tidak ada rencana sebelumnya."
"Memangnya mau ada pertandingan?" tanyaku
"Bukan bunda, aku menghindar diajak tawuran. Tadi teman-teman di sekolah sudah pada panas mau membalas serangan SMA .... Aku ngga mau ah... Ngapain...! Rugi-rugi amat ikut yang begituan. Jadi aku tadi langsung ajak teman-teman yang lain buat futsal aja. Bilang kalau udah sewa lapangan." Luthfan menjelaskan dengan emosi yang naik-turun.
"Terus teman-teman yang mengajak tawuran itu ngatain apa sama kamu?" seraya yakin bahwa anakku sempat mengalami penekanan dari temannya
"Iya jelaslah dikata-katain bun... katanya aku ngga solid, cemen, ngga perduli sama masalah teman... pokoknya macam-macamlah... aahh...! Biarin aja dikatain apa juga... Aku ngga mau babak belur sia-sia, apalagi kalau sampai mati sia-sia. Mendingan futsal aja deh...!" Sahut Luthfan.
"Alhamdulillah, mas Luthfan bisa mengambil sikap yang baik dan benar. Bunda bangga. Pergialh futsal nak", kucium keningnya saat dia cium tanganku untuk berpamitan.
Lega sekali melihat sikap Luthfan itu. Prinsip, keimanan dan keyakinan. Itu yang ingin saya tekankan. Di rumah, anak-anak adalah tanggung jawab orang tua. Kita harus bisa menanamkan nilai-nilai agama dengan baik. Agama Islam itu tidak sekedar bisa baca Alqur'an, mengaji membaca dan menulis saja. Islam juga bukan agama sholat. Bisa ngaji, bisa sholat... berarti sudah baik. Sering anak-anak hanya melakukannya sebagai hal yang menggugurkan kewajiban saja. Tanpa memahami arti dan makna ibadah yang dikerjakannya.
Anak-anak sering tidak mempunyai filter yang bisa menyaring pengaruh buruk dari luar. Sekalipun mereka sholat, mengaji, tapi mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga yang kelihatan seru, yang kelihatan indah, yang sedang menjadi trend, diikuti tanpa bisa memilah ini baik ataupun ini buruk. Untuk bisa mempunyai filter itu, maka pendidikan agama harus kita perdalam dengan pemahaman isi Alqur'an dan meningkatkan akhlak. Tidak melulu dengan hukuman atas kesalahan. Kalau dasar keimanan kuat, pengaruh negatif bisa tersaring dengan sendirinya. Hati anak-anak akan menolak dengan sendirinya.
Maka menjadi sebuah keharusan, sebagai orang tua kita memberi contoh yang baik kepada anak. Selalu menyempatkan memberi belaian kepada anak, tidak bertengkar dengan pasangan di depan anak-anak, tidak sekedar melarang tapi kita sendiri melanggar. Suasana rumah yang tenang, tentu saja akan menimbulkan rasa tenang juga buat anak-anak. Membuat mereka betah dan memilih pulang ke rumah sepulang sekolah dari pada tongkrongan tidak jelas di luar rumah.
Berusahalah menjadi teman buat anak-anak, juga teman anak-anak kita. Kenali dengan siapa anak-anak bergaul akrab. Kalau mereka main ke rumah, ajari teman anak-anak mengikuti aturan yang berlaku di rumah kita. Jadi, main boleh, bercanda silahkan, rumah berantakan tak apa, menyediakan konsumsi tak masalah... asal ikut aturan yang ada dirumah. Seperti No Smoking Area (anak SMA kalau ngumpul kan seringanya saling mengenalkan sesuatu yang baru buat temannya), waktunya sholat ya sholat, berinternet sehat, main game/PS tidak dengan game yang saya dan ayahnya larang untuk dimainkan dan aturan lainnya. Jadi bukannya anak kita yang ikut-ikutan, tapi mereka yang ikut aturan. Alhamdulillah, sampai saat ini rumah saya selalu ramai dengan remaja-remaja putih abu-abu dan putih biru. Walau ada aturan-aturan itu. Bukti bahwa anak-anak itu tergantung bagaimana kita mengarahkannya.
2. Dari luar rumah
Dari pihak sekolah juga harus melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap maraknya tawuran ini. Seperti lebih mengoptimalkan kegiatan ekstra kulikuler. Jadi kegiatan-kegiatan itu tidak sekedar diikuti anak-anak pelajar sebagai rutinitas yang membosankan. Tetapi bisa menambah prestasi yang bisa membanggakan bagi pelajar.
Keakraban guru dan murid lebih ditingkatkan. Guru adalah orang tua murid di sekolah. Maka sudah sepantasnya sebagai orang tua guru-guru mendekat kepada murid-muridnya dalam arti membuat murid-murid nyaman dengan gurunya. Sama seperti di rumah, suasana nyaman di sekolah, membuat murid-murid mencintai lingkungan sekolahnya dengan tenang.
Mengadakan pembahasan mengenai hukum dan sanksi dari tawuran itu. Sekolah bisa bekerja sama dengan jajaran terkait untuk melakukannya. Dengan mengetahui hukum dan sanksi tawuran itu, diharapkan pelajar akan berpikir lebih jauh jika ada hasutan untuk tawuran.
Bisa juga dengan mengadakan kegiatan bersama antar sekolah, atau kegiatan persahabatan. Sehingga akan terjalin hubungan baik antar sesama pelajar dari sekolah-sekolah yang tergabung di dalamnya. Tak kenal maka tak sayang. Dengan mengenal teman-teman dari sekolah lain dalam sebuah kegiatan persahabatan, diharapkan akan menumbuhkan keakraban sesama mereka.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu:
Terima kasih atas partisipasi sahabat.
BalasHapusSalam hangat dari Surabaya
Trimakasih kembali pakde...
HapusKeren posting nya mba :)
BalasHapusKan kusimpan dalam hati, dan diingat2 kembali kalo Kayla dan Fathir nanti beranjak remaja :)
Semoga sukses ngontes di perhelatan Pakde ya mba :)
Makasih di bilang keren... sekeren yang komen kayaknya..hehehehe....
HapusAamiin... pengen sukses aahh...
Wah cepat sekali...
BalasHapussaya masih nyari ide malah ini sudah jadi
cepat sekali
moga sukses jadi juara deh...
hehehehe... idenya nemu di kolgn tempat tidur tadi mas...
HapusKalau ngga cepet2 bikin, kuatir nanti bingung malah.
kalau calon besan mah dibela2in komentar buru2 xixixixi...kabuuuur
HapusIdiiihhh... emangnya masalah yaaa... wkwkwkwk...
Hapuswaaaaaaaaaaaah, bunda.....
BalasHapussukses Kontesnya ya Bun.....
waaahhhhh... kiki....
Hapusmakasih yaaa...
Aku juga punya dua remaja yang alhamdulillah dari kecil sekolah di sekolahan dari pagi sampai sore. Jadinya gak punya waktu main di luar, kecuali pada akhir pekan..Tapi itu tak mengurangi kewaspadaan saya Mbak Niken, jadi dari rumah saya inoktrinasi juga bahwa tawuran hanya dilakukan orang yang gak jelas masa depannya. Sarkas memang. Tapi apa boleh buat, saya harus memperlihatkan realita, bahwa orang yg suka tawuran itu biasanya datang dari anak2 yang frustrasi...Dan saya juga mengajarkan agar mereka menjauh dari hal2 yang akan melibatkan mereka secara sengaja maupun tidak dari orang2 tersebut. Cuman belum tahu nih gimana ngajarin mereka jika secara tak sengaja terperangkap dalam situasi orang tawuran..:(
BalasHapusKita memang harus melakukan cara-cara yang bisa kita terapkan dalam keluarga kita mbak Evi... Masing2 keluarga akan mempunyai cara yang berbeda2 sesuai dengan aturan yg berlaku dalam keluarga.
HapusSelama cara2 kita sudah kita sepakati bersama anak-anak, rasanya bisa2 saja kita pakai.
Tawuran bisa dihindari.. semua pihak harus mengambil sikap. Anak apalagi masa remaja butuh perhatian dari semua pihak
BalasHapusKita memang harus bekerja sama dengan banyak pihak. Tapi sebelumnya tetap saja suasana rumah harus terkendali.
Hapuswah.. pertamax mbak..
BalasHapusnice posting, pengen bgt ga ada tawuran lagi..
Makasih mbak Binta...
Hapussama mbak... ngeri banget liat anak2 muda pada ngga punya hati..
Mbak Niken, nice posting nih. Aku harus nulis apa ya lha koq semua topik udah diborong nih, hehehehehe.....Moga memenangkan Kontes ya.
BalasHapusaahh... masak sih bunda... pasti masih banyak ide yg bisa dituangakan...
Hapusmakasih ya bunda....
wow.... keren! responsif (begitu digelar langsung tangkap ah!), informatif dan mengena tips nya mba.
BalasHapussukses ya untuk kontesnya... good luck!
hehehehe.. khan mumpung sempat mbak Al...
Hapusyuukk ikutan...
makasih ya...
Ternyata anak kita usianya hampir sama ya Mbak Niken..
BalasHapusMemang memiliki anak dengan usia segitu, penuh dengan kecemasan..
Kita memang patut waspada agar jangan sampai anak-anak kita terlibat dalam tindakan semacam itu.. :)
oohh ya... sudah remaja juga ya uda...
Hapusmemang uda... anak ke 2 saya kelas 3 smp, perempuan.
Waduuhh... ngawasinnya mesti tarik ulur deh pokoknya...
semoga menang yah bund kontesnya mantab sih tulisannya
BalasHapusAamiin...
Hapusmakasih ya opick
Siip... nice post ! :)
BalasHapusSemoga sukses di kontesnya Pakdhe ya.. :)
Makasih mbak Mechta...
HapusAaamiin...
keren mbak
BalasHapushari pertama dah ikutan
semoga sukses
saya pun pengen ikutan ah :)
trimakasih kang Haris...
HapusAamiin...
Dan ayooo segera ikutan...
hehehe...
siap mbak
Hapushehe, lucu kali dua buah hatinya seneng baget batikan di hari ini :D
Bukan lucu Kang... Tapi ganteng dan cantik. Walau sebelumnya heboh dulu gituuu...
HapusSemoga menang ya mabak ;D
BalasHapusTerima kasih yaaa...
Hapuscakepppp...tulisan dadakan plus pengalaman pribadi lgsg pantas rasanya jd juara heeeee
BalasHapuscakeppp... kayak mimi yaa...
Hapusmakasih ya Miiiii...
Aamiin...
luthfan udah gede yaa bunda, kalau usianya 25an gitu sekarang mau deh sama luthfan #eeh
BalasHapusEeh bener juga lho bund kalau dari rumah itu bener2 berpengaruh besar buat anak yaa bund :D
Sukses kontesnya bund :D
Kakak Niar, ngga apa2 deh Luthfan lbh muda... Yang penting bisa jagain kakak Niar... Wkwkwkwk...
HapusNiar bisa aja deeehh...
Iya bener banget Niar... Suasana rumah/keluarga itu besar artinya buat anak2.
Makasih ya Niar...
dari dalam rumah itu kudu. tanamkan kuat-kuat nilai agama ya bu... kalo diluar biar nggak gampang terpengaruh :D
BalasHapussukses ya :D
Betul mas Ari... Jadi agama tdk sekedar menjadi ritual tanpa makna. Lafal tanpa sikap. Tapi lebih dr itu, agama adalah dasar kita bersikap dan beriman.
HapusMakasih mas Ari...
tipsnya bagus ... sepertinya memang anak yang suka tawuran itu tidak terlalu 'tenang' di dalam rumahnya ...
BalasHapusSemoga sukses ngontesnya ...
Aamin...
Hapustrimakasih ya buat supportnya...
setuju untuk menceghnya harus dari dua sisi baik dari dalm maupun dari luar smoga sukses
BalasHapusTidak bisa hanya mengharapkan dari orang lain. Kita harus ikut andil
HapusTrimakasih ya...
lha kalau sudah lengkap begini usulnya, saya kebagian apa coba Bun? :( Anak belum pada remaja--tar dikira menggurui lagi hehe...tulisannya makjleb tenan, semoga menang ya Bun. bagi2 hadiahnya hehe :)
BalasHapusMas Belalang sih gituuu...
HapusMosok udah mrs kalah sblm tanding...
Bukan dirimu banget deeh..
Bersyukur ananda ada di lingk sekolah yg begitu. Sklh luthfan sebetulnya sdh cukup baik membina siswanya. Tapi ya biasalah... Selalu saja ada anak2 yang berbeda sikapnya.
BalasHapusInsya Allah, semoga Allah senantiasa memberi perlindungan buat anak2 kita semua.
semua di awali dr rumah & diperkuat dari lingkungan ya termasuk sklh :)
BalasHapusbanyak pihak harus terlibat, jangan hanya saling menudingkan kesalahan.
HapusTerharu membaca kisah Luthfan mbak. Semoga Luthfan tumbuh menjadi pribadi yang istiqamah dan kuat. Barakallah, Nak.
BalasHapusAamiin...
HapusSemoga anak-anak kita tumbuh kuat menghadapi tantangan yg ada...
Makasih ya mbak Mugniar...
Sebelumna doni pernah bahas tentang Topik Tren "Tawuran" di beberapa tweet @mchromdhonie, :D
BalasHapusMerakup segalanya cuma singkat hanya 7 Tweet kalau gak salh :D
Tulis lagi buat ikutan kontes pakde ini Dhon...
HapusSelamat ngontes Bun,
BalasHapusSemua harus berawal dari diri sendiri (dirumah dan lingkungan kita) ...
makasih mas Misbach...
Hapuswah ternyata bunda sering ikutan kontes beginian yah semoga dengan tulisan ini masih adayang memperhatikan ttg pendidikan di masa keluarga karena berawal; dari keluarga
BalasHapushehehehe... khan biar ngeblognya makin seru...
Hapussemua saran untuk tawuran udah diborong sama bapak bapak dan emak emak yang udah daftar
BalasHapussaya mesty perlu berpikir lebih keras utk meramaikan kontesnya pak dhe
sukses ngontesnya bunda ^^
Makany jangan kelamaan mikir ide mas Imam... kalau udah gini malah bingung khan mau nulis apa... hehehehe....
Hapusjadi saingan nih kita mbak hehehe smeoga menang ya
BalasHapusBagus-bagus yang nulis tentang tawuran ini.
HapusYg penting partisipasi aja deh mbak...
Dari dalam dan luar rumah harus dilakukan secara sinergi nggih, Bu. Dengan demikian, semoga di negeri tercinta ini sudah tidak ada lagi tawuran. Malu. Katanya beragama, berbudaya, dan beradab. Bukankan begitu, Bu...
BalasHapusSemoga sukses nggih ngontesnya...
Iya begitulah pak Azzet... entah apa yg ada dalam hati mereka saat mengacungkan senjata pada temannya...
HapusMakasih pak... sama-sama yaa..
mau tawuran ahhh,,, lho??
BalasHapushahah ya ndak tho, ngapain juga mau tawuran, ikutan lomba blog aja kan enak hehehe.
sukses ya bunda buat kontesnya, wah peserta nomer dua nih
Tawuran di sawah aja pak... matiin hama... eehh sekarang sdg pada fuso ding sawahnya...
HapusMakasih ya pak Kusir...
Ngomong-ngomong, peran orang tua sangat lah penting tapi ada lagi yang penting yaitu diri sendiri, karena kan yang mengerti kondisi diri sendiri adalah orang yang mengalaminya hehehe
BalasHapusHarus bisa menjaga diri sendiri. Mempunyai prinsip yang kuat dan positif.
HapusMantap bunda artikelnya:)
BalasHapusSemua memang berasal dari rumah. Rumah jadi jaminan utama bagaimana karakter anak itu nantinya. Tak lupa juga pihak sekolah yang punya peran penting dalam menambahkan mindset anak.Semuanya butuh kerja sama untuk saling melengkapi:)
iya betul mbak... kerja sama itu harus dan tidak boleh saling menyalahkan> sinergi saja dgn niat mengadakan perbaikan.
Hapussalam kenal yah mbak...:)
BalasHapusbaru sempat mampir dan berkenalan dengan bunda lahfy..
artikelnya menarik bun, dan bener2 daripengalaman pribadi dengan putra tercinta..
sukses kontesnya :)
Salam kenal kembali mama Kinan...
HapusKebetulan anak sudah remaja... jadi agak kuatir juga dgn yg marak terjadi belakangan ini.
Trimakasih mbak...
saya kunjun kembali deh...
Selamat ya, telah menjadi Juara VI.
BalasHapusSalam kenal dari Blogger Semarang.
trimakasih...
Hapussalam kembali dari Jakarta :)