Bismillahirrahmannirrahiim...
Kematian bukan akhir segalanya,
Kita bukan daun yang bermula segar berseri, lalu layu, mati dan.... selesai.
Kita manusia.... dimana bagi kita kematian justru awal segalanya.
Seluruh rekaman dan potret kehidupan pun ditayangkan kembali.
Tersenyum atau menangis di alam kematian adalah pilihan ketika kita hidup di dunia.
Kali ini pengen ngomongin soal kematian. Gara-gara ketemu teman lama yang bercerita tentang adiknya yang ketahuan sudah meninggal ketika pagi hari dia bangun tidur. Padahal malam hari sebelum tidur, mereka masih berbincang sambil nonton tv. Karena subuh tidak keluar kamar, maka temanku itu berniat membangunkan adiknya. Dan didapati adiknya sudah tak bernyawa. Innalillahi wainnailaihi rojiuun...
google image
Dulu... aku masih salah menafsirkan apa itu kematian yang khusnul khotimah. Dalam penilaianku, mungkin juga penilaian banyak orang, kematian yang khusnul khotimah itu seperti kalau kita meninggal saat kita sedang sholat, sedang berbaring, dimesjid, atau tempat baik lainnya. Pokoknya pada saat mengucap do'a: Allahuma hawin alaina fisakaratul maut (Ya Allah mudahkanlah aku dalam menghadapi sakaratul maut), yang terbayang adalah sakaratul maut yang ada ditempat yang baik dan dengan cara yang baik.
Dengan banyaknya kejadian kecelakaan maut belakangan ini. Yang merenggut banyak jiwa. Pikiranku mulai banyak tanya... benarkah penafsiranku akan kematian yang khusnul khotimah dan sakaratul maut yang baik adalah sebagaimana penafsiranku selama ini. Sebab ada diantara korban kecelakaan itu juga orang-orang yang sudah kita kenal semua amalan ibadahnya selama hidupnya. Contohnya seperti almarhumah ustadzah Yoyoh Yusroh. Seorang juru dakwah yang mempunyai 13 orang putra putri yang semuanya hafidz Alqur'an, aktif di dunia politik, sosial kemasyarakatan dan keperempuanan.
Maka dalam sebuah halaqah, aku bertanya apa itu kematian yang khusnul khotimah? Dan dari muzakarrah itu mendapat pencerahan. Bahwa pemahamanku terhadap kematian yang khusnul khatimah adalah salah.
Kita sering menilai sesuatu itu baik atau buruk dengan memakai ukuran ukuran manusia. Yang indah berarti baik. Yang menenangkan berarti baik. Tetapi tidak demikian bila kita memakai ukuran Allah. Baik menurut Allah kadang terkesan tidak baik buat kita manusia. Manusia selalu berfikir tentang kebaikan dengan ukuran duniawi.
Bayangan indahnya sakratul maut yang baik seperti sedang sholat, tersenyum, berbaring.... itu semua adalah ukuran manusia. Banyak orang-orang yang meninggal dengan cara itu, semasa hidupnya tidak beriman kepada Allah. Tidak beribadah kepada Allah. Padahal khusnul khatimah, maknanya adalah mengakhiri hidup dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Lebih lanjut kita lihat contoh sahabat Rasul Muhammad Salallahu wassalam yang bernama Hamzah Bin Abdul Mutholib. Beliau meninggal dalam perang Uhud, dan jasadnya dirobek bagian dada, hatinya dikeluarkan oleh seorang budak bernama Wahsyi atas perintah seorang wanita bernama Hindun yang menyimpan dendam pada Hamzah karena membunuh ayahnya pada perang Badar.
Nah... kalau ukuran manusia yang dipakai, berarti meninggal dengan cara seperti itu bukan meninggal yang khusnul khotimah. Padahal Rasulullah sendiri yang mensholatkan jenazah sayidina Hamzah. Rasulullah menjulukinya dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan menamainya sebagai “Sayidus Syuhada”.
Ada 2 ayat dalam Alqur'an yang menerangkan perbedaan ucapan malaikat saat mencabut nyawa orang yang kafir dan orang beriman.
QS. Al An'am ayat 93Ayat ini menerangkan bagaimana malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir dengan kasarnya, dengan perkataan yang kasar juga.
......(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedangkan para malaikat memukul tangannya, (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu." pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
QS. Al Fajr ayat 27-30Sedangkan kepada orang-orang beriman, malaikat melakukannya dengan lemah lembut. Dan Allah menerima sebagai golongan hambanya.
Wahai jiwa yang telah mencapai ketenangan. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan di ridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.
Namun sebenarnya, yang lebih penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri menyambut kematian itu sendiri. Sudahkah cukup bekal yang akan kita bawa untuk menghadapinya. Bagaimana amal ibadah kita selama ini? Apakah sudah tersambung kepada Allah atau masih dengan tujuan-tujuan lain.
Malaikat maut hanya sekedar mengemban tugas dari Allah untuk menghantarkan kita ke sebuah "pintu" yang sangat besar dan didepannya ada jalan yang panjang, yang akan membawa kita kepada kehidupan baru, kehidupan abadi, yaitu kehidupan akhirat.
Adalah kuasa Allah apakah menerima atau tidak ibadah kita. Allah Maha Tahu kualitas ibadah hamba-hambanya. Dan untuk bisa masuk pada surga-Nya, maka kita upayakan untuk melakukan segala perbuatan kita untuk mencari ridha Allah.
Seorang mukmin yang bertakwa kepada Allah SWT tidak takut akan mati. Mereka akan selalu berusaha untuk berbuat kebaikan, memasrahkan hidup untuk mencari ridha Allah semata. Mempersiapkan kematian dengan beramal sholeh sesuai ajaran Nya. Insya Allah akan mencapai kematian yang khusnul khotimah.
QS. Ali Imran 185
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada Hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
Maka dari itulah kita semua berharap agar mendapatkan khusnul khatimah itu, dan juga kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat seperti yang sering dibaca baik dalam satu ceramah pengajian ataupun saat pemberangkatan jenazah.
BalasHapusAamiin...
HapusTentunya harapan itu harus diiringi dengan kerja-kerja yang mendekatkan kita kepada khusnul khotimah.
saya juga tidak yakin para ustad atau ustadah itu juga meninggal secara khusnul khotimah. juga tidak yakin jika ada seorang pelacur sekali pun meninggal dalam keadaan tidak khusnul khotimah. Parameternya adalah hati. Kalau soal hati, siapa lagi yang tahu kalau bukan Tuhan? saya kira syiir tanpo wathonnya Gus Dur juga mejadi penting untuk mempelajari sejatinya hidup, agama, dan Tuhan. Salam:)
BalasHapusItu semua memang rahasia dan kuasa Allah.
HapusYang penting bagaimana upaya kita supaya bisa diterima sebagai hamba-hamba-Nya yang masuk syurga.
Salam kembali. :)
Aku percaya bahwa hasil akhir adalah selaras dengan apa yang kita usahakan. Apa lagi saat kita percaya Tuhan Maha Adil, bunda. Saat kita mengharap akhir yang baik, tentu mulai dari saat ini kita harus mengusahakannya. Kunjungan malam untuk sebuah renungan malam yang menyentuh hati bund .... :)
BalasHapusThanks,
Betul mas Ridwan... bagaimana proses hidup kita lalui. Semua org tak luput dari sala dan dosa, namun bila kita mau berubah, insya Allah harapan selalu ada.
HapusTrimakasih mas Rd...
bunda.. makasih ya sudah mengingatkan tentang kematian.
BalasHapusliyan sungguh merinding membaca ayat-ayat tentang kematian ini, jadi merenung lebih lama... akan termasuk yang manakah diri ini kelak setelah kematian itu. mengingat kematian, adalah mengingat hakikat dari hidup ini, akan kemana sebenarnya perjalanan hidup liyan bertuju. Ah, harus sering berbenah lagi.. *
sekali lagi makasih bun.
Bunda juga deg-degan terus waktu nulis ini. Ada rasa takut. Bukan takut pada kematian itu sendiri. Namun merasa bekal belum cukup. Semoga Allah masih memberi umur cukup untuk muhasabah diri.
HapusSemoga jalan yang terbaik itu datangnya dari Alloh untuk kita semua. Amiiiin......
BalasHapusSukses selali
Salam
Ejawantah's Blog
Aamiin...
HapusTrimakasih mas Indra...
Salam sukses
Hidup untuk Mati, takut Mati jangan Hidup, Bosan Hidup Mati jak laaaah... hehehe :D
BalasHapushahaha... malah jadi galau...
Hapusseserong yg diakhir hayatnya mengucapkn 'lailaha illalloh' maka dia akn masuk surga.
BalasHapusmungkin inilah yg dimaksud husnulkhotimah, krn yg menentukn mampu dn tidaknya kita mengucpkn kalimt itu adlh tergntung amaln semasa hidup
Insya Allah Sun...
HapusPada saat sakratul maut ucapan Lailaha ilalloh itu tdk semudah ketika kita menghapalnya.
Wallahualam...
Yang harus selalu diingat adalah: kematian tak mempedulikan siapa kamu, sedang apa kamu dan berapa umurmu.
BalasHapusJika ada orang yang mengatakan " Naik haji nanti saja ach kalau sudah tua" itu kurang ijak. Jika memang sudah mampu ya berangkat saja karena kita tidak tahu umur kita.
Khusnul khotimah memang tidak diartikan posisi atau keadaan kita saat ajal tiba. Tetapi riwayat amal ibadahnya yang baik sampai dia mati.Tentu,bukan hanya baik di mata manusia tetapi utamanya baik di mata Allah Swt.
Mengingat kematian sangat bagus agar kita bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menghadap kepadaNYA.
Terima kasih pencerahannya jeng.
Salam hangat dari Surabaya
Trimakasih pakde...
HapusItulah kesalahan saya dalam memahami konsep khusnul khotimah. Begitu dangkalnya ilmu yg saya punya. :)
Insya Allah dengan selalu mengingat kematian, kita jadi semakin membuat persiapan2 yang baik.
Satu yang sangat dipilukan, bagi masyarakat kita, membahas kematian itu adalah hal yang tabu. Padahal, yang membahas kematian itulah yang paling cedas.
BalasHapusMemang ada yang berpikiran kalau membicarakan kematian itu seperti menakut2i atau seperti ingin mendahului kehendak Allah. Padahal dgn mengingat kematian akan membuat kita bermuhasabah diri dan meningkatkan ibadah kita.
HapusAlhamdulillah dapat pencerahan, Khusnul Khotimah
BalasHapusPenafsiran Bunda tentang Husnul Khotimah itu sudah benar Bun, dan mati dalam berperang fisabillah itu juga Husnul Khotimah,
"Allahummakhtimlanaa bi Husnul Khotimah"
Aamiin...
HapusMakasih Kang Sofyan... Smg kejutan hari ibunya membahagiakan aah... Hehehe...
Bagus sekali mba, sangat inspiratif.
BalasHapusKematian adalah satu2nya kepastian didunia ini, bahwa kita sebagai mahluk memang PASTI mati atau berpulang ke Rahmatullah.
semoga kelak, saat malaikat penjemput dan mencabut roh yg ada dlm diri kita...kita dlm keadaan yg baik sprti yg mba tulis diatas, amin.
Sebuah kepastian yg sering kita lupakan.
HapusAamiin.. semoga demikian. Insya Allah.
Trimakasih mbak Irma.
Dalam sebuah pengajian, saya juga pernah ditanya hal yang sama saat ada sebuah peristiwa kecelakaan di sebuah jalan raya. Dan, jawaban sebagaimana Bu Niken dapatkan lalu tertuang dalam artikel yang penting ini sungguh saya setuju. Terima kasih banyak nggih, Bu, telah membahas dan mengingatkan kembali hal yang penting ini. Semoga kita bersama keluarga serta para sahabat dapat kembali dengan husnul khatimah.
BalasHapusSubhanallah, saya tidak menyangka, tulisan sederhana yg berawal dari kedangkalan ilmu saya tentang khusnul khatimah ternyata bisa diterima baik.
HapusAlhamdulillah...
Trimakasih kembali ya pak Azzet....
mbakku
BalasHapuskita saling doakan agar bisa khusnul khatimah ya
Baiklah adikku...:)
HapusInsya Allah....
Salam Takzim
BalasHapusTak ada satupun manusia yang kuat dalam menghadapi sakaratul maut, Rosululloh yang dijamin jiwanya oleh Alloh saja masih mengeluarkan peluh saat menghadapi sakaratul maut.
Semoga kita mampu menghadapi sakaratul maut dan mati dalam keadaan khusnul khotimah
merinding bu bacanya
Salam Takzim Batavusqu
Met siang bang Isro...
HapusBetul bang... begitulah kisah tentang sakratul mautnya Rasulullah.
Aamiin... insya Allah ya bang...
Salam Takzim kembali.
Jazakillah udah diingatkan Bun.. Allahumma hawin 'alaina fii sakaratul maut, wa maghfirotan ba'dal maut.
BalasHapusAamiin...Waiyaki... :)
HapusAssalamualaikum ..
BalasHapusSyukron, Ana' sangat suka artikel ini ..
Syukron juga informasinya ...
Wa'alaikumsalam...
HapusAfwan...
Semoga bermanfaat.
Selalu mengingat kematian, dan memperbaiki ibadah kepada Allah SWT. Terima kasih atas postingannya.
BalasHapusTrimakasih kembali mbak Santi.. insya Allah kita selalu diingatkan akan kematian itu.
HapusPenafsiran dari mbak Niken tidak salah jika melihat dari sisi idealnya, tetapi kita tidak pernah tahu kapan dimana kita meregang nyawa, hal yang terpenting yang harus kita jaga adalah faktor keimanan dan keteguhan tauhid. tentunya keimanan dan tauhid versi Alloh bukan versi manusia. Alhamdulillah
BalasHapusYuk aah siap-siap aja menghadapi kematian itu mas... Insya Allah khusnul khotimah.
Hapus