Sebuah pertanyaan masuk ke inbox facebook-ku. Pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang teman setelah dia membaca postinganku yang berjudul Till Death Do Us Part.
"Bunda, bagaimana melewati 18 tahun itu? Aku baru 5 tahun, tapi kok kayaknya udah bikin pusing tujuh keliling."Sejujurnya aku menarik nafas panjang ketika membaca pertanyaan itu. Membuatku jadi mengingat perjalanan rumah tanggaku. Sebetulnya sama saja dengan rumah tangga orang lain. Kami juga melewati masa-masa penyesuaian yang sulit. Bahkan sampai detik ini pun, tetap saja penyesuaian harus dilakukan. Hidup begitu dinamis. Proses pendewasaan diri kadang membuat pergesekan yang kemudian menemukan titik temu.
Tulisan ini bukan bermaksud menggurui. Sekedar berbagi atas apa yang sudah aku lalui. Berbagi pengalaman dalam membina rumah tangga yang Alhamdulillah sampai saat ini masih diliputi rasa cinta dan sayang satu sama lain. Mungkin buat sebagian orang tidak sependapat, tak apa, karena ini hanya pengalamanku yang biasa saja. Keseharian saja.
Tentu saja yang paling utama adalah menjalani tugas dan kewajiban kita atas dasar sunatullah yang sudah ditetapkan Allah Subhanahuwata'ala. Karena rumah tangga yang di dalamnya selalu bertasbih kepada Allah pastinya akan selalu diliputi rasa tentram dan damai. Segalanya akan lebih mudah kita jalani kalau kita yakin dan percaya bahwa apa yang kita jalani ini adalah sudah menjadi ketetapanNya.
google image
Disamping kesadaran akan sunatullah kita itu ada "kerja-kerja" yang harus menjadi perhatian kita dalam membina rumah tangga. Kalau bisa dibilang sebagai tips dalam menjaga cinta dalam rumah tangga, maka hal-hal yang harus diperhatikan itu adalah:
1. Sentuhan fisik
Usahakan tiap hari selalu ada sentuhan fisik kepada pasangan. Sentuhan sederhana, namun tulus dan ikhlas. Misalnya istri mencium tangan suami dengan hormat saat suami berangkat kerja. Suami membelai bahu istri atas perhatian yang diberikannya. Memberikan belaian kepada pasangan ini penting, selain sebagai ungkapan sayang juga menunjukkan bahwa, "Hey... aku ada lho...!"
Berapa banyak rumah tangga yang terasa hambar karena hilangnya hal-hal sederhana. Menganggap biasa hari-hari yang dilalui bersama pasangan. Mereka nonton tv bersama, tapi pikiran berjalan sendiri-sendiri, mereka makan bersama tapi sekedar ritual sehari-hari, mereka ke mall bersama tapi untuk kesenangan sendiri-sendiri. Hanya tubuh mereka yang bersama, namun jiwa mereka tidak menyatu. Kebersamaan jadi terasa hambar.
Cobalah kalau sedang nonton tv, istri bergelayut manja kepada suami. Sambil sesekali saling membelai. Pasti lebih terasa kebersamaannya. Coba seandainya sedang makan bersama, suami mengusap bahu istri mengucapkan terima kasih atas makanan yang disiapkan. Coba kalau sedang berjalan-jalan di mall, tangan bergandengan bergantian posisi dengan anak yang memang masih memerlukan pengawasan.
2. Kata-kata pendukung
Kata-kata pendukung ini banyak sekali bentuknya. Contoh sederhananya adalah kita sering lupa untuk sekedar mengucapkan terima kasih kepada pasangan atas segala hal yang sudah diberikannya. Tidak saja berupa materi, tapi juga atas kesediaannya mengerti kita, berada disamping kita, mencintai kita, bahkan menegur kita kalau kita salah.
Sebuah kesalahan seringkali langsung mendapat respon negatif. Memicu kita untuk mengucapkan kalimat-kalimat menyalahkan dan meremehkan. Padahal hal itu makin membuat luka bagi yang membuat kesalahan. Pasangan justru membutuhkan dukungan pada posisi itu. Seharusnya rengkuh dan hadirlah kita di sisisnya. Besarkan hatinya. Bukan membuatnya harus mencari tempat lain untuk menenangkan diri. Kalau sudah begitu kan malah repot sendiri. Orang lain yang menggantikan tugas kita itu.
Pujian tetap perlu diberikan sekalipun kita sudah bertahun-tahun hidup bersama. Masing-masing kita membutuhkan penghargaan dari pasangan. Lihat selalu hal-hal positif yang dimiliki pasangan, maka akan ada banyak hal yang patut kita lontarkan pujian. Mulai dari pagi hingga malam, pasti banyak hal baik yang dikerjakan pasangan, jadi jangan fokus pada kekurangan-kekurangannya saja. Percayalah... dengan sering-sering memuji dan memberi kata-kata pendukung, pasangan akan makin baik memberikan respon. Dengan sendirinya kekurangan-kekurangan yang dimilikinya akan dia perbaiki.
3. Luangkan waktu untuk berdua
Bukan bermaksud mengajak untuk mengabaikan anak-anak. Tapi meluangkan waktu hanya berdua dengan pasangan adalah salah satu pupuk cinta. Tak perlu berpikir yang muluk-muluk. Sekedar makan bakso berdua, nonton berdua, bersepeda berdua, cukuplah. Bagi yang bisa melakukan lebih dari itu, bersyukurlah. Berarti makin banyak pupuk yang bisa ditebar untuk lebih menyuburkan cinta.
Saat sedang berdua itu bisa saling bercerita atau mengungkapkan perasaan, atau apa saja. Karena pada saat itu adalah waktunya kita sama-sama membuka diri memberikan waktu untuk pasangan. Bisa lebih mendekatkan diri dan saling memahami sedang dalam kondisi apa pasangan kita.
Buat para suami, sekalipun kami ibu rumah tangga tidak memahami pekerjaan kalian di kantor, tapi kami siap menjadi mendengarkan segala keluhan dan permasalahan yang dialami pada pekerjaan suami. Mungkin kami tidak bisa membantu menyelesaikannya, tapi setidaknya kami tahu bahwa kalian sedang membutuhkan suasana nyaman di rumah, sehingga kami bisa mengajak anak-anak untuk tidak bersikap rewel, menuntut dan lainnya. Sehingga kami bisa bersikap yang tidak menambah rumit pikiranmu. Betul begitu kan ibu-ibu...?
Buat ibu-ibu... Pernah berpikir untuk membuat candle light dinner ala rumahan? Sederhana saja menunya. Indomie rasa Ayam Spesial atau mie instan kesukaan lainnya. Bagaimana bisa mie instan kok serasa candle light dinner...?
Bisa dong... kreatif saja. Gelar tikar atau karpet di kamar, ambil meja gambar anak (meja lipat) letakkan diatas tikar atau karpet, beri taplak meja, siapkan lilin yang ditancapkan di gelas kecil souvenir perkawinan. Kalau punya tempat lilin lebih bagus lagi. Kalau punya persediaan sirup, bisa makin seru tuh. Kalau tidak ada es teh manis juga cukup. Jangan lupa siapkan saos dan kecapnya.
Supaya mie instan tidak lembek karena kelamaan menunggu, jangan diberi kuah dulu. Tapi air panas sudah disiapkan di termos. Cerdas kan...? Kalau punya bahan pelengkap seperti telur, bakso, sayuran, akan menambah kenikmatan rasanya. Selamat mencoba dan rasakan sensasinya. Candle light dinner dengan menu Indomie rasa Ayam Spesial. Hahahaha....
4. Keterbukaan
Menyebut kata keterbukaan sepertinya mudah. Namun banyak yang merasa sulit mempraktekkannya. Seterbuka apakah seharusnya? Terserah saja. Karena semua punya batasan sendiri-sendiri. Yang perlu diingat, kalau kita menuntut pasangan untuk terbuka maka kita juga harus melakukan hal yang sama.
Kadang hanya sekedar memberi uang sekedarnya kepada orang tua atau saudara kita, bisa memicu pertengkaran karena tidak ada keterusterangan. Kebiasaan kami adalah silang tugas. Kalau ke keluarga suami, maka aku yang akan menyerahkannya. Kalau ke keluargaku, maka suamilah yang akan menyerahkannya. Jumlah juga akan kami sepakati bersama disesuaikan dengan kemampuan. Jadi selama ini tidak pernah ada masalah mengenai hal ini.
Terbuka berarti juga menghormati adanya batasan yang tidak perlu kita korek-korek tanpa sepengetahuannya. Setiap kita pasti ada hal yang lebih nyaman bila kita simpan sendiri. Bukan atas dasar hal negatif tentunya. Misalnya, suami memilih tidak menceritakan sebuah masalah karena kuatir istrinya jadi risau. Atau seperti aku yang hobi menulis, tapi suami tidak. Suamiku lebih mensupport dalam diamnya. Mendukung dengan menyediakan fasilitas, tapi memberikan keterbukaan untukku berproses.
5. Kenali bahasa kasih pasangan
Masing-masing kita ingin dibahagiakan dengan cara yang berbeda-beda. Cari tahu dengan apa pasangan ingin dibahagiakan. Karena kita bisa merasa serba salah kalau tidak pas. Merasa tidak dihargai atas apa yang sudah kita berikan. Sudah berbagai cara kita curahkan, tapi tetap saja pasangan mengeluh tidak bahagia. Ternyata karena kita tidak menyentuh apa-apa yang membuatnya bahagia.
Contohnya, istri ingin suaminya sekedar memberikan waktunya untuk mendengarnya bercerita tentang kesehariannya. Tentang apa yang dilaluinya dalam sehari, yang kadang membutuhkan pelukan suami untuk menenangkannya. Tapi suami tidak paham, baginya dengan membelikan materi sudah cukup. Memberikannya pun hanya karena merasa itu adalah kewajibanya. Yang ada malah jadi pertengkaran. Istri merasa diabaikan, suami merasa istri banyak menuntut. Padahal kalau dikomunikasikan, akan lebih kena sasaran.
Contoh lainnya, suami merasa lebih merasa bahagia kalau kebutuhan biologisnya terpenuhi baik. Tapi istri berpikir, suami akan bahagia kalau dia berdandan secantik mungkin. Hingga dia berupaya membenahi tampilan fisiknya semenarik mungkin tapi mengabaikan kebutuhan pokok suami. Yang ada, suami tidak puas terhadap istrinya dan istri merasa, "Kurang apa saya ini, udah maksimal berusaha tampil semenarik mungkin masih saja kurang."
Pentingnya mengenali dengan cara apa pasangan ingin dibahagiakan ini bisa kita komunikasikan baik dengan pasangan. "Kamu maunya aku bersikap bagaimana supaya kamu bahagia?" Jangan asal tebak sendiri, karena kita tak bisa memahami jalan pikir seseorang atau isi hati seseorang sekalipun itu pasangan kita sendiri.
*****
Lima saja cukup ya... Bisa panjang sekali nanti kalau semua ditulis. Sekali lagi, bukan bermaksud menggurui. Seandainya ada pengalaman lain dari teman-teman, mohon kesediaannya berbagi pada kolom komentar, agar bisa jadi tukar pikiran. Alangkah bahagianya kalau kita bisa saling menasehat demi kebaikan dan kebenaran.
wow, keterbukaan! saya suka tuh :)
BalasHapusYang terbuka apanya? :p
HapusSaya menikah dengan istri sejak tahun 2005. Kami menikah di Jogjakarta tanggal 11 Desember 2005 yang lalu, dan kini sudah dikaruniai oleh sepasang putra dan putri. Apa yang disampaikan di sini benar adanya, dan sesuai dengan yang terjadi.
HapusBeberapa lainnya adalah hal yang baru bagi kami, dan untuk itu kami sekeluarga sangat berterima kasih sudah mendapatkan tambahan ilmu. Salam kami sekeluarga di Pontianak
Selamat untuk 7 tahun kebersamaan pak Asep dan istri. Semoga selalu dalam lindungan Allah.
HapusTrimakasih kembali pak...
hadoooh itu yang pertama Bun..
BalasHapusrasanya berat banget, kita bdua pasangan yang kagak ada roamantis2nya, cueek..
dan rasanya aneh kalo gelayutan, malah pernah gitu suka ketawa2, di surakkin si olive pula..
kalo tips yang lainnya okde..
makasih ya Bun tipsnya !!
Ini berlaku jangka panjang lho Nchie...
HapusKalau tidak biasa justru sekali2 malah bisa jadi pupuk cinta.. :P
Makasih kembali Nchie..!
Bagian ke mall bersama itu memang hanya untuk kesenangan saya Mbak, biasnaya. Hahahahaaa. Suami saya mukanya lempeng gitu kalo saya ajak ke mall. Apa emang suami-suami kebanyakan kayak gitu ya? Gak terlalu suka diajak belanja-blenji sama istrinya?
BalasHapusAlhamdulillah, suamiku masuk pasar tradisional juga mau. Muter2 tanah abang juga sabar. Bangga rasanya kalau di mall dia menggandeng erat tangan saya atau bahkan kadang merangkul bahu saya sambil berjalan.... Ehmmm...
Hapuscuit-cuit, so sweet tipsnya , makasih bunda sharingnya
BalasHapusHihihi... cama-cama... semoga bisa dipraktekkan...
Hapuswau... suka bangeeetttt
BalasHapusbelajar ah sama pemilik blognya...
Saya Candle light gara2 mati lampu....
Hapuswkwkwkwkwk
Sini... duduk manis.. jangan nakal ya...
HapusKalau pas mati lampu justru makin syahdu mas...
Bisa improve dikit... :D
mantabs euy tipsnya, setuju dengan semua tipsnya mba karena semua sudah dipraktekkan. :) thanks for share mba Niken!
BalasHapusAlhamdulillah sudah dipraktekkan mbak... Bukan teori kayak di buku2... wkwkwk...
HapusYour welcome mbak Al..
Benul eh betul skali mba Niken. Semuanya sudah dipraktekkan dan memang terbukti sekali. Semoga ini menjadi semacam pelajaran hidup buat pasangan yang merencanakan untuk menikah. Beda loh dari penutur aseli, yang sudah berpengalaman dengan teori di buku
Hapushehehe...
Hapuskalau baca teori2 malah suka mumet sendiri pak...
Soalnya kalau ga bisa ngikutin malah jadi suka stress. :D
benar sekali mba Niken
HapusTepat sekali
You're right again
waahhh.. pak Asep masih disini... jadi terharu... hehehe...
HapusBun, tips nya memang sederhana, tapi maknyos dan sejauh aku melewati 10 tahun, kami pun melakukan hal yang sama, termasuk menjaga komunikasi dengan baik, salah satunya mampu mendengar, seperti di postinganku sebelumnya tentang "Aku Cinta, Aku Mendengar".
BalasHapusAlhamdulillah ya mak Mira... Betul tentang komunikasi dua arah itu penting juga. Bukan sekedar kita mau didengar, tapi kita juga mendengar.
HapusMakasih tambahannya mak Mira...:)
Kalau saya baru 8 tahun menikah. Dan rasa rasanya saya masih harus banyak belajar dari senior senior yang sudah puluhan tahun menikah.
HapusNamun satu hal yang pasti selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk pasangan. Seperti dalam Islam pernikahan itu "mitsaqan Ghaliza" atau Perjanjian Berat karena saksinya Allah SWT. Hanya maut yang akan memisahkan
Lamanya waktu pernikahan tidak menjamin kedewasaan sebuah hubungan.
HapusBanyak juga yg sdh lama menikah tapi masih sering berselisih.
Karena mereka tidak mau mengantongi ego masing2.
aduh kabur ah, saya belum bisa mempraktekannya.
BalasHapusini wilayah orang dewasa. :D
Hehehe... kan bisa dicatat untuk nanti dipraktekkan kalau sudah tiba masanya...
HapusWah..., hari ini kita ternyata sama menulis tentang tips ya, Bu. Cuma saya menulis tips mudah menulis buku.
BalasHapusHmmm..., berdesiran saya membaca 5 tips tersebut. Sungguh, itulah penting agar rumah tangga bahagiaaaaa selalu.
Ohya, Bu, hadiah buku GA Senangnya Hatiku telah saya kirim tadi pagi via Pos Indonesia. Bila sudah sampe, kabar2 ya... agar tak khawatir hati ini. Makasih....
Aiih.. sampai membuat desir segala... ada2 aja pak Azzet ini.
HapusTips menulis buku dari pak Azzet memang mantap... hehehe...
Makasih pak, saya tunggu di depan pintu deh hadiahnya... :)
Wah, tipsnya oke nih Bun, secara diriku baru 6 tahun. Jangka panjangnya kan harus bisa lebih baik lagi ya.
BalasHapusSalam kenal ya ^_^
Insya Allah saling berbagi ya mbak..
HapusSalam kenal kembali. Sudah berkunjung balik dan menemukan kebahagaiaan yg sederhana. :)
Tips-nya saya tampung, Mbak. Jadi bahan pelajaran banget nih buat saya.
BalasHapusTak jarang saya mendengar seorang suami yang berkata kasar pada istrinya, langsung saja saya berdo'a dalam hati semoga saya dikaruniai suami yang penyayang :)
Aamiin... Insya Allah ya mbak Akin.
HapusSemoga dipertemukan Allah dengan jodoh yang sholeh.
Walau belum tau bagaimana sebenarnya suasana dalam berumah tangga, saya membacanya saja menenangkan bunda..
BalasHapusTerima kasih Bunda...
Terimakasih kembali mas syafi'I... Semoga bisa menjadi masukan untk kelak.
HapusSangat bermanfaat tipsnya mba'.
BalasHapusSemoga semua keluarga muslim senantiasa dikaruniai Allah rasa cinta dan keharmonisan. Amiin!
Aamiin Ya Rabb...
HapusAlhamdulillah kalau bermanfaat. Senang bisa berbagi. :)
Makasih sharingnya ya mbaa..InsyaAllah dicontek, terutama bagian candle light dinner pake mie instan
BalasHapus*hahaha salah fokus
Makasih kembali mbak Ayu...
HapusHahaha... itu jos banget kalau dipraktekkan... ketawaaa terus kalau ingat...
selalu mantab dah kalau tips dari bunda. walau belum punya pasangan, bisa buat siap siap kalau nanti sidia sudah datang. makasih ya bund...
BalasHapusMakasih kembali mas Rd...
HapusSemoga segera ketemu yang sholehah :)
Hal sederhana yang sangat penting namun kadang disepelekan. Terima kasih sudah mengingatkan Mba, semoga berberkah AMIN.
BalasHapusMemang sebetulnya bahagia itu sederhana.
HapusYang buat rumit itu sinetron #pinjam kalimat om Nh :D
Trima kasih tipsnya Mbak :)
BalasHapusSaya suka yang nomer 2 ituh Mbak, kata-kata pendukung yang diimbangi dengan bahasa halus yang penuh kasih akan membuat suasana pernikahan menjadi harmonis :)
Saya suka semuanya mbak Yuni... hehehe..
HapusKalau mbak Yuni suka no 2 Berarti bahasa kasihnya itu.
matur nuwun tipsnya, berguna buat saya yang baru resmi. semoga selalu ingat dengan petua diatas :)
BalasHapusSelamat menempuh hidup baru mas Afan... semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah.
HapusInsya Allah sama-sama sharing pengalaman saja mas. Saya juga bisa belajar dari pasangan muda bagaimana membuat hub tetap berbunga-bunga... :D
tipsnya boleh juga hehe.. tp nomer 1 rada susah buat sy apalagi kl di mall.. :D
BalasHapusBanyak yang bilang no 1 yang paling sulit. Kalau saya malah itu yang paling gampang. Hehehe...
Hapusdicatet ntar pas udah nikah tak buka lagi yaa bunda,hehehehe dipegang2 dan manja seneng bagnet deh, apah lagi di elus2 rambutnya suka :D
BalasHapusCatet trus masukin dompet ya Niar... hehehe...
HapusSama dong kesukaan kita... wkwkwk...
catet catet....
BalasHapusbrarti ungkapan cintailah orang seperti orang itu mencintai kita kurang tepat ya,, harusnya cintailah orang dengan cara bagaimana ia ingin di cintai.
Siiiip... betul...!
HapusCari tau bagaimana dia ingin dicintai.
cukup kok mbak 5 :) asal dijalani Insya Allah bisa ya. besok aku anniversary loh :)
BalasHapusSelamat ya mbak Lidya...
HapusSemoga selalu dalam lindungan Allah
Salam kenal sebelumnya bu, :) Bermanfaat sekali untuk saya yang segera melangsungkan pernikahan mbak, ujian pernikahan pasti berat sekali, sebelum menikah saja sudah terasa ujian perbedaan pemikiran dalam mengatasi suatu masalah bersama.
BalasHapusSalam kenal kembali.
HapusAlhamdulillah kalau bisa bermanfaat.
Semoga rencana pernikahannya lancar. Sebelum menikah itu biasanya yg jadi persoalan adalah pada saat kita bicara mewakili keluarga kita.
Wah..... resep jitu dalam membangun kemesraan dengan pola sederhana dan juga yang terpenting tanpa kemunafikan ya Mba ?!
BalasHapusSukses selalu
Salam Wisata
Hahaha... mas Indra bisa aja. Resep jitu?? Just do it aja mas. Ikuti naluri tanpa berego-ego...
HapusSukses selalu
Alhamdulillah tips yang sangat menarik, terutama bagi pasangan muda dan yang belum menikah.
BalasHapusOhya, berarti usia perkawinan saya kurang lebih sama loh Mbak Niken, saya menikah tahun 94 dan alhamdulillah telah ada 3 amanah mujahid yang menyertai perjalanan kami.
Saya sedikit menambahkan dari tulisan bagus di atas. Bahwa yang perlu disadari oleh setiap pasangan dan calon pasangan suami istri, bahwa rumah tangga itu terbangun dari 2 individu dengan karakteristik yang berbeda. Mungkin ketika sebelum menikah, kedua pasangan sepakat menyatukan diri membentuk rumah tangga karena menganggap ada banyak kesamaan pikiran, pandangan dan seterusnya yang kebanyakan berubungan dengan hal-hal romantisme. Dan ketika rumah tangga itu sudah terbentuk dan hari demi hari terlewati, maka 'sifat asli' dari keduanya mulai nampak. Ternyata setiap individu cenderung membawa kepribadian masing-masing. Jika ini tidak disadari, seringkali hal ini menjadi pemicu terjadinya hal-hal yang diluar pemikiran ketika keduanya berada pada wilayah perselisihan. Maka sebagian menjadi perkara yang runcing ketiga egoisme diri saling menonjolkan diri. Dan berujung pada sebuah kesimpulan yang seharusnya terhindari, sebuah perceraian. Karena mereka menganggap ada banyak perbedaan diantara keduanya.
Padahal, tidak ada dua insan didunia ini yang yang sama persis tabiat dan pemikirannya, pun pada dua orang kembar siam. Maka pasangan suami istri perlu menyadari bahwa rumah tangga itu dibangun dari dua pribadi yang berbeda, laki-laki dan perempuan. Karena perbedaan inilah maka terlahir banyak hal dan kebaikan di dalamnya. Setiap diri memiliki kekurangan, maka peran pasangan inilah sebagai pelengkap. Saya rasa, semakin banyak perbedaan pandangan dan pemikiran maka semakin banyak perbendaharaan pikiran yang bisa dibangun oleh keduanya dalam membentuk rumah tangga samara. Karena adanya prinsip saling melengkapi dan saling mengingatkan dalam kebaikan.
Dan Insya Alloh, semua itu terbentuk dimulai dari pembentukan akhlak dari sholat yang baik dan benar diantara anggota keluarga. Karena di dalam shalat yang dijalankan dirumah (terutama shalat sunah) akan terbentuk banyak kebaikan, termasuk komunikasi yang indah diantara keduanya.
Wallohu Ta'ala a'lam bish-showab. Mohon maaf jika terlalu panjang komengnya
Subhanallah...
HapusSebuah tambahan yang amat bagus mas Pakies...
Memang demikian, menyadari adanya perbedaan sifat yang tidak perlu harus kita paksakan untuk menjadi sama. Disitulah apa yang dikatakan bahwa cinta itu take and give. Namun kadang sebagian menyebut sebagai pengorbanan. Sebaiknya jangan mengatakan sebagai pengorbanan, sebab itu sifatnya negatif. Cinta itu indah, bukan pengorbanan. Take and give lebih tepat untuk menyatakan penyesuaian yang diperlukan.
Semua memang akan kembali kepada sunatullah kita. Akhlakul karimah yang baik akan membuat proses adaptasi menjadi indah.
Terima kasih mas Pakies... Semoga Allah selalu memberikan rahmatNya bagi kita semua.
Aamiin Ya Rabb...
HapusAlhamdulillah. Terima kasih ilmunya, Mbak Niken.
BalasHapusSalam hangat untuk keluarga tercinta.
Terima kasih kembali Abi...
HapusSalam kembali buat keluarganya
Subhanallah, Mbak Niken sudah 18 tahun menjalani pernikahan. berarti ada yg sepantaran dengan salah satu kakak saya..
BalasHapusUtk point keterbukaan ni yg menurut pengamatan saya rawan terjadi 'ketidakterbukaan'...beberapa hal sy lht terjadi pd teman-teamn saya.
#Hem, semoga saya dan suami [nti klo sdh mnikah] bisa menerapkan 5 tips mbak Niken plus advise dari Pak Ies
Memang itulah yang paling sulit mbak Rie... (Bukan nomor 1 kan ya... ). Sebab memang kadang batasan terbuka inilah yang berbeda2.
HapusSemoga prosesnya lancar ya mbak Rie...
Berarti nikah itu berat yah mbak? Harus ikuti langkah diatas suatu hari nanti
BalasHapusLebih berat lagi kalau tidak menikah lho Reza... :D
HapusMenikah itu menyempurnakan ibadah. Ibadah itu tidak ada yang berat kecuali kita yang memberat-beratkannya.
Makasih tipsnya mb Niken :) yg belum aku coba yg candle light menu mie instan itu hehe kapan2 aku praktekin ahh.. :D
BalasHapusTrimakasih kembali mbak Vanda....
HapusSilahkan dicoba... bisa diganti menu2 sederhana lainnya.
Intinya buat kejutan sederhana saja. ::)
ilmu yang bagus, untuk ku pegang dan di jalani jika sudah menikah nanti :)
BalasHapusSemoga segera menemukan tambatan hati yang seiman dan sholeh.
HapusTips-tips yg mba Niken ini benar adanya. Saya pribadi mungkin secara tidak langsung menjalankan apa yg ditulis disini.
BalasHapusUsia pernikahan saya sudah tua. Saya nikah thn 90. Sekarang anak saya sudah tiga. Yg paling besar hampir menamatkan pendidikan S1-nya di Bandung. Alhamdulillah tetap harmonis sampai detik ini.
Sharing untuk yg hendak membangun mahligai keluarga, atau keluarga muda, atau siapapun yg ingin memperbaiki keharmonisan rumah tangganya.
Salam blogger, salam persahabatan selalu...
-Titik Asa-
Subahanallah... 23 tahun bersama... tetap harmonis... Sungguh sebuah kenikmatan yang luar biasa. Semoga selalu dalamlindungan Allah ya Kang....
HapusSalam blogger dan persahabatan selalu.
Terima kasih perkongsian ilmunya...
BalasHapus