Masih ada sebuah cerita yang tertinggal waktu ke Pulau Tidung weekend lalu. Sengaja aku buat sebagai cerita terpisah sebab aku amat berkesan dengan kegiatan ini.
Hari kedua pagi, awalnya anak-anak agak kecewa karena tidak bisa hunting Sun Rise di Jembatan Cinta. Luthfan dan teman-temannya sudah berencana ingin lompat dari atas jembatan dengan ketinggian kurang lebih 5 meter itu. Tapi kekecewaan itu terobati setelah kami di bawa ke pantai untuk menanam mangrove.
Awalnya kami memang tak bisa membayangkan seperti apa tanaman mangrove itu, bagaimana menanamnya, lahannya seperti apa, apa saja kegunaannya. Banyak tanya dalam hati kami masing-masing. Semua terjawab dengan uraian singkat yang diberikan sebelum kegiatan tanam menanam di mulai.
Adalah bapak Bahroni, seorang guru matematika di MtsN 26 yang ada di Pulau Tidung lah yang sekarang mengembangkan pelestarian tumbuhan mangrove ini. Pak Bahroni memulai menanam mangrove pada tahun 2009. Hutan mangrove ada di sebelah barat Pulau Tidung di area tak jauh dari MtsN 26. Semangat Pak Bahroni untuk melestarikan mangrove ini karena keprihatinannya akan pengikisan pesisir pantai oleh air laut. Dan juga berkurangnya habitat ikan-ikan kecil yang membutuhkan tempat untuk berkembang biak.
Banyak kendala yang dirasakan oleh Bahroni. Selain kesulitan dari kondisi alam sendiri, yaitu menanam mangrove di pasir pantai amat berbeda dengan menanamnya di daerah rawa/lumpur. Pulau Tidung menghadap langsung ke laut lepas, sehingga yang sering terjadi tumbuhan mangrove yang sudah ditanam terbawa oleh air laut. Untuk mengatasi masalah ini Bahroni mencoba memakai cara menanam 4-5 batang pohon dalam 1 lubang.
Kendala lain adalah kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat Tidung sendiri. Mungkin karena manfaat menanam mangrove ini baru bisa dirasakan bertahun-tahun ke depan, sehingga penduduk Pulau Tidung kurang memandang penting bahkan banyak yang menganggap hal ini adalah perbuatan sia-sia.
Karena kegigihannya melestarikan tanaman mangrove ini, Pak Bahroni berhasil mendapatkan Juara II Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Bidang Kebaharian pada tahun 2011. Barulah setelah itu masyarakat setempat mulai melihat positifnya usahanya. Pembiakan bibit mangrove ini kemudian mendapat perhatian dari SMA LABS SHCOOL yang bekerja sama dengan MtsN 26.
Di depan laboratorium bibit mangrove
masing-masing mengambil bibit mangrove
untuk dibawa ke lokasi tanam
Kami amat beruntung mengambil jasa wisata melalui Harumi Tour yang menghubungkan kami kepada mas Igoel, yang merupakan satu-satunya pemandu wisata yang bekerja sama dengan Pak Bahroni. Tamu-tamu wisata yang melalui mas Igoel diajak untuk ikut menanam mangrove ini sebagai salah satu jadwal acara dalam kunjungannya di Pulau Tidung.
Mas Igoel yang berambut gondrong itu mengatakan kepada kami," Kita mengambil banyak hal dari Pulau Tidung, masak tidak mau berbuat sesuatu untuk pulau ini."
Sungguh sebuah pernyataan yang membuat kami semua, bahkan anak-anak, menyetujuinya. Kami tak merasa keberatan sama sekali dengan kegiatan ini, bahkan merasa senang bisa ikut berbuat sesuatu bagi alam ini.
Inilah kesibukan kami menanam mangrove.
Bapak Bahroni sedang memberikan pengarahan singkat tentang mangrove,
juga mengajari cara menanam mangrove pada lahan pasir pantai
yang berbeda sifatnya dengan lahan lumpur/rawa,
supaya tanaman kokoh menancap pada pasir dan tidak mudah hanyut
Mas Teguh dan mas Prie (suami Rena) semangat menanam
Begini caranya, Hilman
Luthfan dan teman-temannya berlomba menanam
Lumayan banyak yang kami tanam
Yeeey, aku bisa juga menanamnya, Bunda
Hilman setelah menanam malah berlagak seperti ikan duyung
Seru bukan liburan kami kemaren. Sungguh sebuah perjalanan yang amat dalam kesannya. Tak hanya membuat segar jasmani kami, namun juga rohani kami. Betapa dekat kami dengan Keagungan, Kebesaran, Kesempurnaan Illahi. Allah selalu mengerti apa yang dibutuhkan oleh hambaNya. Atas ijin Allah kami berada di Pulau Tidung dengan rangkaian acara yang membuat kami semakin dekat pada Allah. Pakailah mata hati untuk melihat, maka akan kita temukan kedamaian itu.
Tetep aja photo Fanny sebagai best picture
BalasHapusJiaaah, jangan liat fotonya aja doong..
HapusAyo komen yang lainnya.
salah sendiri pasang photo Fanny, jadi ga bisa koment
HapusNggak komen lainnya, aku ganti nih fotonya.
Hapuskalo ganti photo lainnya, aku hapus nih komentnya.
Hapus#bales ngancam,....
halaaaahhhh! Ngotot.
Hapusbaca komen pertama aja sudah buat aku ketawa ngakak..... gagagagagagagagagagaga......
HapusEmang tuh mas Ridwan. Ngototnya banget banget.
HapusLoh Bunda gak ikut menanam juga ya, kok gak ada fotonya. .
BalasHapuslha ya itu Kang, giliran saya nanam ga ada yang moto.
Hapusfotone rak muat, wakakakaka
HapusWalaah, cari gara-gara ini orang.
Hapuscari jengkie rak nemu-nemu---lariiiiiiii :)
Hapussana lariii... nggak ada yg mau ngejar kok :P
HapusHahaha bener2 deh orang dua ini (Mas Insan dan Mas Belalang)
HapusSeruuuu ya Bun, mengenalkan alam kepada anak2 sejak dini :)
Wkwkwkwk... lumayan nih mbak Esti, jadi ketawa sendiri baca komen mereka.
HapusSeru banget. Anak2 juga menikmati acara ini :)
Anak-anak bermain ambil mencintai alam ya bunda... aku suka foto yg terakhir. ^^
BalasHapusBetul sekali mbak Haya. Anak2 memang punya cara sendiri menikmati alam.
Hapussenangnya yang liburan..
BalasHapusAlhamdulillah, senang.
HapusAda cerita di balik mangrove, indonesia mendatangkan salah satu pemain sepak bola yang sudah terkenal sekarang beliau bermain untuk real madrid tak lain beliau di tunjuk sebagai duta mangrove :)
BalasHapusOh ya...? Siapa sih namanya?
HapusWah hebat dong ya mas Irfan.
Betul sekali kata Om Gondrong, kita mestinya memberi kepada alam, tidak cuma mengeruk saja. Mananam pohon ah....
BalasHapusBtw, itu bayar lagi atau gimana mbak buat ikutan nanem bakau?
SElain bakau, mungkin ada pohon jengkie? ada tak ---kabuuur
Udah termasuk paket wisatanya mas. Udah ga bayar lagi.
HapusJengkie kita tanam di Telaga Jambu aja, gimana?
kasihan keluarga mas Andhi pas panen kengkie wahahahaha
HapusLha kok kasian, kan dia bisa ikutan panen.
Hapusasyiik dong... liburan sambil belajar..belajarnya juga berasa main aja..
BalasHapuspasti membekas di kenangan anak2
Anak2 masih di kapal aja udah minta kembali lagi. Seneng banget mereka.
Hapusasyiknya liburan ada acara beginian...
BalasHapusseru banget kayaknya....
kapan kapan boleh kok ajak aku....
dengan catatan gigi udah oprasi.
HapusMales ngajak orang sakit gigi kumat. hahaha
jangan ngajak RD makannya banyak dan suka molor..
HapusJadi ngajak siapa dong?
Hapuswah ada duyung ganteng hehehe
BalasHapusIya ya mbak Lidya, duyungnya ganteng.
HapusSalut banget ama Pak Bahroni, utk kepeduliannya, kegigihannya dan semangatnya yang tak pernah padam. :)
BalasHapusPak Bahroni perlu dukungan dari banyak pihak untuk mensukseskan programnya.
HapusHebat banget acara yang disusun oleh biro perjalanannya mbak. Kenapa biro perjalanan yang lain tidak melakukan hal yang sama ya? Bayangkan aja, dengan semakin populernya Pulau Tidung maka semakin banyak wisatawan datang kesana... dan apabila semua biro perjalanan wisata ada agenda menanam mangrove itu... alangkah bagusnya.
BalasHapusEntahlah tuh kenapa yang lain tidak ikut bekerja sama menanam mangrove ini. Mungkin karena Tidung begitu banyak pilihan yang lebih menarik untuk dikunjungi, jadi biro tour masih ragu apakah kegiatan ini disukai oleh wisatawan.
HapusAlhamdulillaah...., semakin klop seru dan seneng serta bahagianya ke Pulau Tidung dengan nanem rame-rame mangrove ini nggih, Bu :) Selama pohon itu tumbuh dan bermanfaat, semoga pahala kebaikan bagi yang menanamnya.
BalasHapusBetul pak Azzet, rasanya perjalanan kemaren lengkap. Ada senang2nya, tadabur alam, dan ikut melestarikan lingkungan.
HapusSemoga mangrove yang kami tanam tumbuh dengan subur. Aamiin.
bapak bahroni sosok inspiratif sekali ya mb :)
BalasHapusoya ikutan giveawayku yuk mb..kutunggu yaa ;)
Semangatnya oke banget.
HapusInsya Allah ikutan, mbak. Sudah dicatat.
pastinya meriah..
BalasHapusPerlu dicontoh nih usaha penyelamatan lingkungan pantainya.
BalasHapus