Cerpen "Seribu Tanyaku" ini adalah karya anakku, Astri Khairana Wardhani. Usianya 14 tahun. Aku minta dia membuat sebuah cerpen untuk diposting di blog ini sebagai wujud supportku untuknya. Aku melihat Astri punya kemampuan untuk menulis fiksi, hanya saja semangatnya masih kurang. Masih harus banyak diberikan support dan masukan. Untuk itu mohon kesediaan teman-teman semua untuk memberikan nasehatnya kepada Astri, demi kemajuan tulisannya.
*****
Ku coba mengingat awal pertemuan kita. Ah, itu tidak sulit. Aku mengingatnya setiap malam. Lima detik tatapan mata yang sederhana namun begitu membekas di pikiranku. Awalnya aku berpikir kau hanyalah lelaki biasa, tidak istimewa. Tapi di detik ke tiga aku menyadari bahwa kau sosok yang sempurna. Hmm... Siapa namamu tadi? Fino? Perkenalan yang sempurna disertai candamu. Tak ada yang istimewa, semua mendapat perlakuan yang sama darimu. Akupun biasa saja, aku hanya merasa semua ini sempurna.
Tapi semua berubah sejak malam itu. Tanpa pernah aku meminta perhatianmu, kau memperhatikanku. Mulai dari yang kecil sampai yang semua orang bisa melihatnya dengan jelas tanpa perlu kacamata apapun. Dan mulai saat itu aku mencintaimu.
Namaku? Ah itu tidak penting. Disini aku akan bercerita tentang dia bukan aku. Apalah aku, kalau dia lebih indah untuk dijadikan sebuah cerita? Lupakan, kembali ke cerita. Apa dayaku saat cinta itu datang? Menolaknya? Mengusirnya? Apa aku bisa? Ya, aku harap aku bisa. Cinta itu datang dan menyusup kedalam, lalu membuka sebuah pintu tua yang sudah lama tak ku sentuh. Mengapa bisa? Entahlah cinta bisa melakukan apa saja kan?
Sudah berapa hari aku mengenalmu? Mungkin dihitung dengan jari pun rasanya tak bisa. Tapi mengapa semua terasa sangat cepat? Saat aku yakin dengan hubungan kita, saat itu pula kau memutuskan berhenti menghubungiku. Ku kira hanya beberapa hari kau melupakan ku dari rutinitas mu. Tapi terlintas tiga minggu tanpa sepucuk kabar darimu. Apa aku pantas marah? Apa aku pantas meminta kabarmu? Siapa aku di hidupmu? Rasa ku kah yang terlalu berlebihan menilai tentang kita? Omong kosong. Aku selalu berharap tentang kita.
Ah ya Fino, kau tau? Ternyata pengabaianmu tak juga cukup untuk membuatku menyerah. Bahkan pintu tua yang kau buka waktu itu tetap kubiarkan kosong dalam posisi terbuka agar kau leluasa masuk kedalamnya. Kau tak berubah, sama seperti dulu melakukan yang tidak ku minta, termasuk meninggalkan ku. Meminta? Apa aku pantas? Hahaha mengapa semua ini terlalu miris untuk ku ingat? Tenanglah aku tetap tidak bisa membencimu dengan semua yang sudah kau lakukan padaku. Mengapa? Bukankah sudah kubilang cinta bisa melakukan segalanya? Termasuk membutakan perasaan benciku.
Aku selalu mengingat apa yang sudah kau ucapkan dan lakukan kepadaku. Pesan yang selalu mengisi waktu malamku cukup menghibur disaat aku lelah dengan semua keadaan yang terlihat palsu, dan aku kira kau asli. Ternyata kau sama, palsu. Ingatkah kau akan pesan-pesan itu? Berapa banyak gadis yang kau luluhkan dengan pesan itu? Apa aku hanya akan jadi yang ke seribu dan tak pernah kau anggap?
gambar dari sini
Fino, lama tidak berjumpa. Aku tak kan pernah melupakan pertemuan kita setelah sekian lama berpisah. Hari itu minggu ke tiga di musim hujan. Di tengah hujan aku melihat kau dan sesosok yang aku kenal melangkah meninggalkan toko boneka. Kalian menuju halte yang sama dengan tempatku berteduh.
"Hey! Apa kabar? Tak menyangka aku akan bertemu denganmu disini" ucap Rina
"Hey! Apa kabar? Tak menyangka aku akan bertemu denganmu disini" ucap Rina
Ya, dialah yang berjalan bersama Fino. Siapa Rina di hidupku? Dia hanya teman sekolahku di sekolah menengah. Bagaimana dengan Fino? Fino adalah sosok yang membuat sebuah rasa yang bernama cinta merasuki hatiku. Lantas. apa dia menyapaku? Oh tidak! Dia berdiri di sisi lain halte dan menganggapku tak ada.
"Siapa lelaki beruntung yang bisa membawamu di tengah hujan seperti ini?" candaku pada Rina.
"Siapa lelaki beruntung yang bisa membawamu di tengah hujan seperti ini?" candaku pada Rina.
Pertanyaan bodoh.
"Dia hanya teman dekatku, lagipula dia tak istimewa. Apa mungkin aku menyimpan dua lelaki di hatiku ini?" ucap Rina sambil tertawa.
"Dia hanya teman dekatku, lagipula dia tak istimewa. Apa mungkin aku menyimpan dua lelaki di hatiku ini?" ucap Rina sambil tertawa.
Ah Rina sangat manis, rambutnya yang hitam terurai panjang, senyumnya yang selalu terukir menambah kesan ramah. Ada sedikit perasaan lega saat mengetahui Rina sudah mempunyai kekasih. Tapi seperti yang ku bilang sebelumnya, cinta bisa melakukan apa saja.
Berapa puluh anak panah lagi yang akan kau tancapkan kepadaku Fino? Bukankah ini cukup? Melihatmu yang acuh bertemu denganku, melihatmu menggandeng yang lainnya di depanku, bukankah ini cukup? Racun macam apa lagi yang akan kau tawarkan kepadaku? Mengapa aku masih tetap menyimpan banyak harap padamu?
Berapa puluh anak panah lagi yang akan kau tancapkan kepadaku Fino? Bukankah ini cukup? Melihatmu yang acuh bertemu denganku, melihatmu menggandeng yang lainnya di depanku, bukankah ini cukup? Racun macam apa lagi yang akan kau tawarkan kepadaku? Mengapa aku masih tetap menyimpan banyak harap padamu?
Aku tak mampu menjawab seribu tanya yang bermunculan di hatiku. Aku masih membutakan perasaan benciku padamu. Aku masih luluh dalam tikaman anak panahmu. Aku ingin kau yang menjawabnya, Fino.
Astri keren,.. Udah jago nulis fiksinya..
BalasHapusPilihan kata-katanya sangat dewasa tapi tidak berat..
Dewasa tapi tidak berat. Oke...
HapusTrima kasih bunda Dzaky, semoga menjadi penyemangat untuk Astri.
Persiss, suka banget sama kata-katanya Astri. Terurai dengan baik sekali. Seusia Astri dulu aku suka dengan surat menyurat.. #mengenang
HapusSemangat Astri...^^
HapusTrimakasih mas Qefy :) Semoga menjadi support utk Astri.
HapusSiaaap Bunda Dzaky :)
Paragraf pertama dan terakhir bak appetizer dan dessert dalam sebuah cerpen. Oleh karenanya harus dibuat semenarik mungkin.
BalasHapusIni sudah dicapai oleh nak Astri.
Maju terus dan asah kemampuan menulismu nduk. Insya Allah kelak akan lahir sebuah sinetron atau film dengan kredit title : Sinetron ini berdasarkan cerpen berjudul Seribu Panahmu karya Astri"
Salam sayang selalu
Terima kasih untuk support pakde. Sayang waktu di resepsi Bunda Lily tidak sempat ketemu dengan Astri. Padahal sudah niat ingin mengenalkan.
HapusAstri membaca komen ini, pakde. Terima kasih katanya :)
Woow ferfect ya bunda ^_^ Saluuuuutt (Y) sama karyanya dek astri :D
BalasHapusWah, jangan perfect dulu kali Ea. Nanti Astri jadi males belajar deh.. hehehe...
HapusAku diajak berkelana ketika membaca cerpen Astrie.
BalasHapusWuih..wuih.. berkelana? Naik apa mbak Astin :D
HapusNaik motor merk Fino Bunda.... Aseli ruangnya begitu indah, salam buat Astri
HapusAku adanya Vario nih mbak Astin :D
Hapusneni ngak mampu koment dalam bentuk kritikan ataupun saran, karna buta dalam penulisan yng baik dan bener , nenipun menulis seadanya aja :D, hanya mampu memberi support kepada astrie, semoga semakin pandai melebihi kepandaian bunda, terus berkarya, jngn berhenti, karna dengan sebuah karya, kita mampu dikenang, dan buatlah karya yang mampu mengubah dunia menjadi lebih baik :D (waaahh, panjang yach koment aku, ) bentuk kangen ke bunda, lama tak jumpe :D
BalasHapusHai Neni, akhirnya muncul kembali komen Neni.
HapusTerima kasih supportnya kak Neni buat adek Astri. Astri harus lebih dari bundanya. Semoga dengan karya0karyanya Astri bisa memberikan pesan kebaikan.
#peluk Neni
Amin ya Robb, jaya terus buat adik astrid, harus melebihi dari kaka jg yach :D
Hapus#peluk bunda jg #
Syukron Neni.
HapusSaya menikmati, tapi sayang tidak bisa memberikan advise, biarlah ahlinya yang berbicara tentang kelebihan dan kekurangannya (sambil celingak-celinguk nyariin RD sama si Jengkie Mania)
BalasHapusSaya melihat Astri persis sama bundanya ketita pertama kali saya tawari ikut lomba menulis cerpen... yang dulu katanya tidak BISA menjelma menjadi luar BIaSA...
Di lomba itu tulisanku kalah. Itu kali pertama aku buat cerpen. Bener2 nekat pertama buat langsung buat lomba. Tapi berhubung aku punya guru-guru yang hebat, jadi bisa memperbaiki tulisan. Trima kasih ya mas Insan, bersedia memberi motivasi selama ini.
HapusNamanya juga Motivator, kerjaannya ngomporin...
HapusBaru tau kalau kerja motivator itu jualan kompor. hahaha
HapusSpeechless, hebat bener sih Mak.... aku aja nggak sanggup merangkai kata-kata menjadi cerita seindah ini. Salam Buat Astri ya...
BalasHapusTrima kasih mak, semoga Astri makin bersemangat dengan supportnya. :)
HapusAstri umur berapa ya mbak?? penasaran, soalnya cerpennya kan mengarah ke dewasa gitu, tapi beneran menarik yang seakan-akan astri mengalami hal ini sendiri
BalasHapusAstri sedang nunggu pengumuman SMP. Ini bukan kisah Astri. Ada sedikit terpengaruh kisah temannya, tapi hanya sebagian kecil saja.
Hapusbund,blognya yg mana yg aktif??taunya yg blog LLG tulisan mission complte itu..maaf g pernah kesini :D
BalasHapuswah,keren ceritanya :D
Blog LLG ganti URL, mbak Hana. Ada kerusakan ga tau dimananya. Yang aktif sementara ini ada 2. LLG dan Pena Bunda.
HapusMakasih ya..
Wow. baru nunggu pengumuman SMP udah bisa nulis sampe begini?? Terus menulis ya Astri. Practice makes perfect. Banyak-banyak baca juga :D
BalasHapusPractise... itu yang masih kurang dilakukannya. Semoga Astri makin bersemangat. Makasih mak :)
Hapusapa yang di kasi kripik? aq juga msih belajar bun,,, :D
BalasHapusmembacanya sudah menikmati alur ceritanya.. dan sudah banyak komentar2 di atas ku yang keren2 masukannya dan memang lebih berpengalaman daripada aku :D
terus semangat dan bebaskan imajinasimu.. hihihihi
Jagung manis aja deh Sari. Biar ketularan manis kayak dirimu. wkwkwk...
HapusMakasih kakak Sari.
keren bunda cerpennya, untuk usia anak 14 tahun, titip salam semoga terus smngat :)
BalasHapusAlhamdulillah. Makasih kakak Meutia Rahmah. Salam kembali dari Astri.
HapusSaya gemes bacanya BUnd'.. temanya pas, remaja banget, cukup mengalir tapi ada hal yang kurang, #entah... masih terasa muter2. Hihiii... #abaikan -____- #juriamatir wkwkwk
BalasHapussalam buat Astri ya Bund, seusia dia saya baru bisa bikin puisi bukan fiksi... #envy >.<
Jangan diabaikan.. muter2 dimananya ya teh? Jangan2 karena pakai skateboard nih.. wkwkwk..
HapusSalam kembali, makasih ya.
Amazing....... tag line nya oke.
BalasHapusTetap semanat ya. Dan jangan pernah berhenti menahan setiap goresan pena yang menempel si atas kertas dalam menuangkan ide yang sedang mengalir.
Salam wisata
Alhamdulillah diberi kesan amazing sama mas Indra. Trimakasih ya.
HapusSaran dan nasehatnya, disampaikan ke Astri.
Salam kembali
Buset mak, beneran tuh Astri baru 14 tahun ? sangat indah pilihan kata2nya, jempol sekelurahan buat Astri.
BalasHapusBtw...ini kembang sepatu gimana bikinnya *mupeng* xixixi
Alhamdulillah bener kok Astri 14 tahun. Kelas 3 SMP, sdg nunggu pengumuman UN. Banyak amat jempolnya mak... :D
HapusKembang2 di sini semua hasil karya mas Insan Robbani.
waduuhh, kena banget di hati ceritanya..
BalasHapusKena panah juga mas? :D
Hapusiya kakak, untung panahnya panah maenan, jadi kagak terlalu sakit hihihi ^_^
HapusTapi kalau mencintai jangan main-main ya :)
Hapusngga ngasih kritik, wong saya aja ngga bisa nulis fiksi :)
BalasHapusSemoga bisa dinikmati, bu Dey. Makasih sdh mampir :)
HapusDi FLP Samarinda saya kenal anak aliyah yang sudah menulis sejak SMP, dan saya pernah membaca karya-karyanya yang lama. Sepertinya Astri sama dengan anak itu, Mbak. Tulisan mereka sudah punya nyawa. Meskipun ada yang dicuplik dari kisah temannya, namun mereka pandai menuangkannya dalam sebuah cerita. Kini anak itu sedang menunggu kelulusan aliyah dan ia sedang mengerjakan draf novel pertamanya. Saya pun membayangkan Astri bisa demikian. Aaggh, jadi iri dengan semangat anak-anak muda ini... :D
BalasHapusAstri membaca komen ini, semoga dia semakin tergerak untuk menulis sehingga bisa menambah kemampuannya.
HapusMakanya aku gemes banget sama Astri, punya kebisaan kok malu-malu bgtu.
Makasih Kaka Akin.
14 tahun, ternyata bisa membuat cerpen dengan kalimat yang matang,
BalasHapusluarbiasa...fino benar-benar membuatnya luluh dalam tikaman anak panahnya :-)
Makasih mas Hari. Ini juga masih perlu diasah lagi supaya bisa lebih luas dalam mengambil tema.
HapusLebih nikmat untuk menikmati alur ceritanya daripada mencermati gaya bahasa atau apapun itu. Saya bukan ahlinya,tapi acung jempol nak Astri,kereeen
BalasHapusAlhamdulillah dapat jempol dari tante Enny. Makasih ya :D
Hapusklepek....
BalasHapusklepek...
tolong....
aku terkapar, sesak napas.... hah.. hah... hah....
Jiaaah, pak guru komennya kok gitu. Dicubit kek atau diapain gitu. Malah gelagepan gitu :D
HapusDengan tulisan-tulisan Astri, semakin penasaran umurnya berapa :D
BalasHapusKan sudah disebutkan, Astri 14 tahun :)
HapusDono ga percaya?
dik Astri, Lanjutkan!!!!
BalasHapuswah, kok jadi kampanye disini ya, hihii....
tapi ini benar. Astri punya bakat seperti yang bunda bilang, dan dari gaya penulisannya cukup mengalir dan mudah dipahami.
masukannya tidak banyak, tidak karena kakak lebih mengerti atau merasa lebih bagus dan mungkin juga tidak akan mempengaruhi kualitas tulisan astri yang memang sudah keren. Hanya saja, coba lebih lagi untuk menggali makna dalam kisahnya.... simpulkan dengan manis pada setiap alirannya, karena menulis bukan hanya soal "keren" tapi soal "memberi dengan hati" ^__^
Nah, sekarang kak Liyan mo tantang Astri untuk membuat karya lagi dengan tema yang lebih "jleb" ditunggu ya... klo sudah jadi mention ok. :D
Wah, kak Liyan komennya mantep banget nih. Astri baca sendiri komen ini. Dia mau coba buat cerpen lagi.
HapusBener sekali kak cerpen bukan sekedar keren, tapi "hidup", Punya nyawa.
Semoga Astri semakin terasah membuat fiksi.
makasih Liyan.