Kita mungkin pernah merasakan saat-saat keimanan kita turun. Banyak hal yang bisa mempengaruhinya. Tapi sebenarnya, keimanan itu turun tidak dengan tiba-tiba. Ada sebuah masa stagnan (diam) dalam keimanan kita. Masa itu adalah dimana kita merasa bahwa kita sudah merasa cukup dalam melakukan ibadah. Sudah melakukan sholat, puasa, zakat atau ibadah lainnya, kemudian kita merasa bahwa semua itu sudah cukup. Pada masa itulah kita stagnan dalam beribadah.
Atau ada keadaan lain, bukan karena kita sudah merasa cukup melakukan ibadah, namun justru kita merasa bahwa apa yang terdapat pada Alqur'an tidak mampu kita jalankan. Kita pesimis, merasa Alqur'an begitu tak terjangkau dalam melaksanakannya sebagai pedoman hidup kita. Pada saat itu kita kemudian menjadi stagnan dan keimanan kita menjadi turun.
Tentu saja hal ini tak boleh kita biarkan. Kita mempunyai standar dalam beribadah. Yaitu Rasulullah. Sudahkah kita menjalankan segala petunjuk Allah sebagaimana Rasul menjalankannya? Sudahkah kita menjadikan Rasul sebagai teladan kita? Kalau belum maka itu harus menjadi semangat kita untuk terus beribadah.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Asy Syarh 5-7)Ayat tersebut melarang kita berada dalam posisi stagnan. Bila kita telah selesai dengan ibadah yang satu, maka tingkatkan dengan ibadah yang lain. Dan Allah sudah menjanjikan bahwa sesudah kesulitan akan datang kemudahan. Kita sering terlalu memperhatikan pola kerja dalam beribadah. Baca Qur'an sebanyak-banyaknya hingga khatam berkali-kali, segala puasa sunah dikerjakan, dzikir ribuan kali, meniru cara berpakaian Rasul, penampilan Rasul, dan sebagainya. Yang demikian bukanlah sebuah kesalahan, tapi manakala hanya melakukan kerja-kerja itu tanpa keimanan dan keyakinan, maka kemudian akan terasa berat dalam melaksanakannya. Sebaiknya kita lebih melihat kepada pola keimanan. Kuatkan terlebih dahulu di dalam kalbu kita keyakinan kita pada Islam, maka pola kerja akan mengikuti dan tidak akan terasa berat. Kita yakin bahwa ibadah-ibadah yang kita kerjakan adalah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat kita.
Alqur'an diturunkan kepada umat manusia bukan untuk mempersulit namun justru sebagai petunjuk kepada kebenaran. Didalamnya sudah begitu terang penjelasan-penjelasan atas segala sesuatu (tibyaanan likulli sya'in) bagaimana menjalankan kehidupan. Segala pokok-pokok kehidupan telah diatur dalam Alqur'an. Kitab Suci ini juga merupakan rahmat dan merupakan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (wabusyra).
Sebagai mana telah disebutkan dalam firman Allah pada surat An Nahl ayat 89:
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.Rasa pesimis tidak dapat menjalankan apa yang ada di dalam Alqur'an adalah karena tidak yakin pada Alqur'an itu sendiri. Merasa Alqur'an tidak bisa menjawab persoalan-persoalan hidup mereka, sehingga merasa perlu untuk meyakini apa-apa yang tidak diatur dalam Alqur'an. Padahal, kurang apa lagi Alloh mengatur segala sesuatunya di dalam Alqur'an? Kurang bagaimana lagi? Contohnya adalah mengenai busana muslimah. Kaum wanita masih banyak yang mempermasalahkannya bahkan mengatakan bahwa busana muslimah hanya membatasi ruang gerak wanita. Pada saat terjadi gesekan di masyarakat, orang kemudian ribut membuat undang-undang antipornografi. Padahal Alqur'an secara jelas sudah mengatur mengenai busana untuk muslimah yang tujuannya bukan sebagai pembatas ruang gerak, namun justru untuk lebih menjaga kehormatan dan kemuliaan wanita sendiri.
Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 51
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
Keimanan memang abstrak, tapi pada saat diuji, dia menjadi tampak atau kongkrit.
Bahwa dengan iman,,,penerang jalan kehidupan...
BalasHapusInsya Alloh demikian.
HapusSetuju dengan tulisan ini..
BalasHapusjangan pernah merasa puas dalam beribadah, karena hakekatnya kita tidak pernah tau apakah ibadah kita diterima, yang penting jalani sesuai tuntunan yang ada dalam syariat Islam.
Alhamdulillah
Usaha kita mendekatkan pada ketetapan kita.
HapusIbadah kita deadlinenya adalah kematian.
Sebagai tolak ukur keimanan kita sering kali kita di tempatkan pada posisi ujian hidup ya Mba ? Terimakasih sudah mengingatkan.
BalasHapusSalam wisata
Betul mas Indra, bagaimana reaksi dan tindakan kita menghadapi cobaan hidup itulah akan terlihat kadar keimanannya.
HapusTerima kasih juga buat mampirnya.
Salam kembali.
Ada kalanya juga sudah tahu ibadah kurang, sudah yakin, tapi motivasi dari dalam tetap saja kurang. Mungkin perlu dioprak-oprak orang lain. Kayanya saya perlu temen yang cerewet ngoprak-oprak buat rajin ibadah -_-
BalasHapusMemang kita harus lebih sering berkumpul dengan orang2 yang bisa mengingatkan kita kepada Alloh.
Hapusterutama bersabar disaat detik awal kita mendapatkan cobaan, apakah detik itu kita merasa berputus asa ataukah hati kita langsung tertambat pada Alloh Ta'ala.
BalasHapusSeringkali, kita baru menyadari menjadi sabar setelah melewati sekian menit sekian jam dan sekian hari atau karena orang lain mengingatkan. Bukan karena terlahir dari hati kita yang selalu merasa diawasi Alloh Ta'ala.
Semoga kita istiqomah menjalankan apa-apa yang dicontohkan Rasululloh bahwa yang benar itu jelas dan yang dilarang itu jelas. Kitalah yang membuatnya menjadi rumit dan sulit
Sabar adalah pada pukulan pertama (hadist).
HapusBagaimana reaksi pertama kita ketika menghadapi ujian hidup, itulah menunjukkan kadar kesabaran kita.
Betul mas Pakies, orang sering mempersulit diri dalam beribadah dengan menyebut kreatifitas beribadah. Padahal ibadah tidak membutuhkan kreatifitas, tapi membutuhkan keistiqomahan dan kekafahan.
Makasih bunda udah selalu mengingatkan lewat tulisan2 sangat menginspirasi dan penuh arti, semoga kita tetap istiqomah di jalan-Nya.. :D
BalasHapusAamiin.
HapusKita saling mengingatkan saja ya mas Furqon. Agar bisa menjadi inspirasi satu sama lain.
Kurang bacanya, Mbak. Kurang mentadabur-inya...
BalasHapusSehingga kurang melaksanakan isinya... :(
Mari sama-sama meningkatkannya, Kaka Akin :)
Hapusseringkali merasa begitu bun, keimanan yang menurun.. udah tahu solusinya tapi kok susah menjalaninya ya :(
BalasHapusTerlalu memperbesar kendala kadang menyebabkan kita susah menjalaninya.
HapusTerlalu luas, tak bakalan bisa kita jangkau semua, bu. Tapi asalkan bersungguh-sungguh, yang sedikit akan lebih berarti timbang yang banyak tapi ga sampe inti
BalasHapusKatanya sih begitu...
Yakin bahwa Alqur'an bisa menjangkau semuanya. Kalau kita manusia tentunya punya keterbatasan.
Hapuskadang manusia lebih mengedepankan akal dan pikiran. Yang kadang akal dan pikiran itu tidak selaras dengan ajaran al Qur an.
BalasHapusTapi memang manusia kadang ada saatnya mengalami stagnan, saat seperti itu sahabat wajib datang menghiburnya.
Kita tidak harus selalu menunggu sahabat datang pada kita, tapi kita yang harus selalu aktif mendatangi tempat/teman yang selalu mengingatkan kita pada Alloh. Kita harus tetap membuka diri untuk menerima ilmu.
HapusKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, kalimat ini aku tulis dan aku pajang di dinding. Sebagai penyemangat tatkala drop.
BalasHapusMeyakini hal itu membuat kita yakin bahwa semua masalah ada penyelesaiannya.
Hapusngaji dulu aah, ke emak ^_^
BalasHapusemang gitu sih.. sepertinya aq masih stagnan wah gawat nih, harus ditingkatkan semoga di mudahkan aamiin
Ngajinya udah pinter kok, nak ^_^
HapusYuk sama-sama meningkatkan.
ibadah itu asyik, ibadah itu kebutuhan, kapan merasa cukup?
BalasHapusSubahanllah... Rasa tak pernah cukup beribadah inilah yang selalu kurindukan.
HapusSubhanallah.. Tulisan yang sangat mengena di hati saya bund... Kadang ada masa dimana kita hanya melakukan kewajiban2 tanpa hati... Lakukan saja.. Semoga kita selalu menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Allah SWT^^aamiinn
BalasHapusTulisan ini juga sebagai pengingat diri saya pribadi kok, bunda Dzaky.
HapusAamiin Ya rabbal alamiin.
BalasHapustak ada yang kurang dalam Al-Qur'an, namun bagaimanakah kesiapan kita untuk mengikutinya.. kadang kita lebih dulu memikirkan permasalahan hidup, hingga Al-Quran terasa menjadi berat.. andai pun menalaah Al-Qur'an, kadang yang di cari adakah hak kita?, adakah keringan buat kita?, menelaah bukan untuk tunduk dan patuh, sehingga hidup menjadi rumit..
mudahan Allah selalu membimbing kita agar tetap di jalam redha-Nya..
Itu berarti masih memikirkan untung rugi dalam beribadah. Ukuran yang dipakai masih duniawi.
HapusAamiin, terima kasih untuk doanya Ummu
Wah mantab sekali nih kakak informasinya, bagus dijadikan referensi
BalasHapussemoga bermanfaat
HapusWalaupun udah tau teorinya, tetep aja kadang mengeluh saat keimanan kita diuji ya Bun *Orin sih itu mah* :(
BalasHapusMengeluh itu manusiawi kok Orin, tapi jangan larut dan segera bangkit.
HapusSemoga ujian dan cobaan tidak menghilangkan iman kita sama sekali..
BalasHapusbahasanya tingkat tinggi nih Bu, stagnan ^^
Stagnan itu saya ambil dari QS, Al-Alaq ayat 7: An raaahu istaghnaa (karena dia melihat dirinya serba cukup).
HapusDari kata istaghnaa. (baca dari ayat sebelumnya).
Bahasa Alqur'an memang tinggi maknanya. Kurang apa lagi?
saya nyimak aja dulu ya...hehe
BalasHapusSilahkan, mas Kstiawan :)
Hapuskadar keimanan memang kadang naik turun. Yang terpenting bagaimana menaikkan lagi saat turun. Jangan sampai turun terus.
BalasHapusMengerikan sekali kalau sampai turun terus. Sebagai saudara seiman, harus saling menasehati kepada kebaikan. Semoga kita dijauhkan dari hal demikian.
Hapushmm,, makasih postingannya, membuka mata hati banget..
BalasHapusTerima kasih juga untuk kunjungannya. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.
Hapusmaksudnya menunggu sahabat datang menghibur dan ikut membayarkan hutangnya :D
BalasHapusSaya menunggu mas Djangkaru buat bayar utang saya deh. Hehehehe...
Hapussaya juga pernah merasakan nggak mampu menjangkau, tapi ntah kenapa saat rasa itu datang, bertentangan dengan kata hati saya, saya merasa hati saya selalu bicara untuk menyemangati saya, lama kelamaan benar apa yang dikatakan oleh hati saya, saya nggak boleh diam atau cuma begini begini saja, masih banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk beribadah
BalasHapusSubhanallah, Allaoh menjaga kalbu Rizky hingga tetap berada pada sebuah keyakinan. Ini yang akan memudahkan kita untuk tidak stagnan berkepanjangan.
Hapusmari selalu bergerak untuk menjadi lebih baik dari hari kehari . makasih motifasinya bund...
BalasHapusMari saling mengingatkan, mas Ridwan.
HapusMakasih kembali.
Setuju, Mbak. Pada saat musibahlah keimanan kita diuji. Saya teringat kisah seorang sahabat yang usahanya diuji sepi padahal dihadang kewajiban membayar gaji beberapa orang karyawan. Kalang kabut tentu saja, galau sudah pasti, sedih mana mungkin tidak, sebab mereka hanya manusia biasa. Lalu pertolongan datang, sehingga gaji dan THR karyawan bisa dibayar dengan lunas dan bahkan lebih. Saat saya tanya rahasianya, sang suami menjawab, "Benahi dulu tauhid kita, insyaAllah selalu ada jalan."
BalasHapusSaling mengingatkan seperti ini amat penting untuk menjaga iman agar tetap tertancap di dalam kalbu. Karena ujian memang selalu datang, namun pertolongan juga tak pernah absen menghampiri kita--sejauh kita mencoba, berusaha, dan bekerja sama. Bismillah....
Pertolongan Allahlah yang selalu bisa kita andalkan, tapi memang syaratnya adalah memperbaiki tauhid kita, barulah kita bisa yakin bergantung padaNya.
HapusBismillah... saling mengingatkan kebaikan dan kebenaran ya mas Belalang. ^_^
Oh iya, ibadah juga akan semakin khusyuk tatkala perut tak didera kelaparan. Maka jangan lupakan rendang J yang nikkmaaaat itcuhhhh :)
BalasHapusHahaha... mas Belalang masih terkenang saja dengan masakan itu.
HapusKapan ke rumah lagi, nanti aku siapkan masakan kesayanganmu itu.
Baru berkunjung lagi ke Lapak bunda,,,, artikel ini mengingatkanku untuk membeli sebuah Kitab Suci,,,,,, soalnya kalau lagi ada di tempat kost aku jarang mengaji -__-
BalasHapusHalo Irfan, iya nih lama nggak main ke taman bunda.
HapusWah, beli dong Alqur'annya, segera saja ya.