Inspektur Suzana lega sekali malam itu bisa duduk tenang menyaksikan pertunjukan wayang orang yang sudah menjadi hobinya. Lama dia tidak punya waktu karena kesibukannya. Maka hatinya amat senang ketika melewati gedung pertunjukan Wayang Orang Blogcam Budhoyo, melihat jadwal pertunjukan yang pas sekali dengan hari liburnya. Tak dilewatkannya kesempatan itu. Dan menikmati adegan demi adengan di atas panggung pertunjukan dengan seksama. Gerak lincah Cakil dan gemulainya Arjuno membuatnya bagai tak berkedip. Pertarungan indah dari keduanya amat layak dinikmati.
Tangannya ikut bertepuk kencang ketika layar ditutup tanda pertunjukan berakhir. Puas sekali hatinya. Menonton live wayang orang memang selalu mampu membuatnya terpukau. Tiba-tiba, ditengah hingar bingar tepuk tangan yang masih cethar membahana, terdengar teriakan yang sangat lantang namun nelangsa dari balik layar.
Rikmo Sadhepo pemeran Arjuno berteriak histeris begitu melihat Mudhoiso sang Cakil diam tak bergerak setelah layar ditutup. Biasanya Mudhoiso akan langsung bangkit menghampirinya dan memberi toss lima jari pertanda mereka sukses memerankan perang tanding Arjuno lawan Cakil.
Teriakan Rikmo membuat histeris orang-orang yang ada di balik layar pertunjukan Wayang Orang Blogcamp Budhoyo. Rikmo berlari menubruk tubuh Mudhoiso yang tak bergerak dan dengan cepat membiru itu. Tangisnya seketika meledak disertai terikan paniknya.
"Oalaaah Kangmas... Kok dhadhi koyo ngene to yooo...! Piye to iki....? Biasane kan ora koyo ngene...! Kok njenengan iso mati to kangmaaas..."
Rikmo meratapi tubuh laki-laki yang sudah puluhan kali menjadi pasangan tandingnya itu. Mereka sudah hapal semua gerak tubuh dan kompak satu sama lain. Perasaan Rikmo campur aduk tidak karuan. Mudhoiso sudah tak bernyawa. Meninggal seketika hanya dalam hitungan sekian detik saja.
Inspektur Suzana bergegas bangkit untuk melihat apa yang terjadi di balik layar. Naluri polisinya seketika muncul. Mencium ketidakberesan. Dihampirinya tubuh kaku yang tergolek itu. Kemudian diperiksanya denyut nadi Mudhosio. Tak berdenyut.
"Cakil sudah pergi...!"
" Bapak-bapak... ibu-ibu mohon jangan ada yang meningalkan ruangan. Saya minta pintu masuk dikunci saja supaya penonton juga tidak ada yang keluar ruangan. Kita harus mengadakan pemeriksaan kepada semua orang yang ada di sini."
"Ibu siapa? Mengapa ibu merasa bisa mengatur demikian?" Bagyo selaku ketua pertunjukan angkat bicara.
Inspektur Suzana mengeluarkan tanda pengenal yang ada di dompetnya.
"Saya Inspektur Suzana dari kepolisian daerah. Saya kemari untuk menyaksikan pertunjukan. Adalah tugas saya untuk menyelidiki peristiwa kematian ini."
"Kalau begitu, saya akan membantu ibu Inspektur. Saya akan menyuruh anak buah saya untuk menjaga pintu masuk," Bagyo menanggapi dengan positif.
Inspektur Suzana kemudian menelpon markas kepolisian minta dikirim ambulance dan bala bantuan untuk mengadakan investigasi. Dia juga meminta tim forensik untuk datang ke TKP. Tak membutuhkan waktu lama, semua yang dibutuhkan Inspektur Suzana tiba di gedung wayang orang itu. Segera keris sebagai tanda bukti diamankan, pertanyaan demi pertanyaan diajukan. Tiap orang berusaha menjawab dengan menceritakan alibinya masing-masing.
"Mudhoiso sudah 5 tahun menjadi penari di sini. Beberapa peran sudah dia mainkan, tapi peran cakil lah yang paling pas diperankannya. Sedangkan Rikmo Sadhepo sudah 3 tahun yang lalu bergabung. Mereka berdua sudah menjadi pasangan yang cocok dalam peran tanding Arjuno lawan Cakil. Bagaikan sejiwa," Bagyo menjawab pertanyaan Inspektur Suzana seputar pasangan perang tanding itu.
"Sudah berapa lama gedung ini dipakai sebagai gedung pertunjukan Wayang Orang Blogcam Budhoyo?" Inspektur cantik itu melanjutkan pertanyaannya.
"Sudah lama, ada 8 tahunan. Dulu saya juga pemain, tapi sekarang saya fokus pada manajemennya saja. Sulit buat saya kalau double job," Bagyo menjawab.
"Apakah Mudhoiso mempunyai musuh atau ada yang tidak suka dengan dirinya?"
"Sepengetahuan saya sih tidak ada bu Inspektur. Mudhoiso itu orangnya suka bercanda dengan siapa saja."
"Apakah Mudhoiso mempunyai musuh atau ada yang tidak suka dengan dirinya?"
"Sepengetahuan saya sih tidak ada bu Inspektur. Mudhoiso itu orangnya suka bercanda dengan siapa saja."
Rikmo Sadhepo masih saja terlihat panik ketika investigasi tiba padanya. Terlihat masih syok dan cemas.
"Saya ndak ngerti bu polisi. Saya ndak tau kenapa kangmas Mudhoiso bisa mati. Biasane kan kerisnya ngga apa-apa walaupun kena badannya. Saya wis biasa kok bu Polisi nyabetke keris ke leher kangmas Mudhoiso. Saya ndak ngerti. Bener bu polisi...," Rikmo tampak ketakutan dan bingung.
Tiba-tiba dari arah belakang Inspektur Suzana, terdengar suara lantang. Suara perempuan.
"Mbak Rikmo ngapusi...! Dia cuma pura-pura itu bu polisi...!" Sekararum menyeruak dibalik kerumunan orang-orang.
"Opo maksudmu Sekararum...?" Rikmo Sadhepo terkejut
"Wis ngaku wae to mbak Rikmo. Pancen mbak Rikmo to sing mateni mas Mudhoiso? Mbak Rikmo duwe loro ati to...!" Sekararum menyerang Rikmo dengan pernyataan yang cukup mengejutkan orang-orang yang ada disana.
Inspektur Suzana menengahi mereka.
"Anda siapa?"
"Saya Sekararum, anak pak Bagyo."
"Apa yang anda ketahui dari Rikmo Sadhepo?"
"Mbakyu Rikmo ini sebetulnya sahabat saya. Sering curhat sama saya, bu polisi... Saya sayang banget sama mbakyu Rikmo. Dia sudah seperti kakak saya sendiri. Ada hal yang amat menyiksanya selama ini. Mbakyu hanya menceritakan hal itu pada saya. Dia itu punya sakit hati bahkan dendam sama mas Mudhoiso."
"Sekar...! Ojo asal ngomong kowe...!" Rikmo berteriak kepada Sekararum.
"Aku wis ora tahan mbakyu. Mbakyu kebangetan nek sampai koyo ngene. Sakit hatimu sudah bukan ukuran manusia. Tego mateni koncone dhewe," Sekararum membalas teriakan Rikmo dengan suara lantang juga.
"Saudari Rikmo saya minta diam! Saya hendak mendengar keterangan dari saudarai Sekararum," dengan tegas Inspektur Suzana berkata kepada Rikmo.
"Silahkan saudari Sekararum, ceritakan yang anda ketahui."
Sekar melanjutkan,"Begini bu polisi, mbakyu Rikmo ini punya masa lalu yang kelam. Pernah mengalami peristiwa yang amat menyakitkan dirinya dan tak mampu dilupakannya. Dia bawa sakit hati itu dalam kesehariannya. Bertahun-tahun dia menyimpannya. Pada saya dia selalu bercerita sambil menangis. Sudah saya nasehati agar tidak menyimpan dendam begitu dalam. Tapi rupanya peristiwa itu amat membekas dalam ingatannya. Saya sedih juga."
Rikmo yang terkulai lemas. Kepalanya tertunduk. Tapi bibirnya tetap mengucap kata-kata bantahan, "Bukan aku Sekar... Aku nggak membunuh kangmas Mudhoiso."
Namun Sekararum tetap melanjutkan keterangannya, "Saya sebetulnya kasihan sekali dengan mbakyu Rikmo, tapi saya juga tidak suka dengan rasa dendam yang mengotori hatinya. Sepuluh tahun yang lalu, waktu mbakyu Rikmo berumur 13 tahun, dia diperkosa oleh seorang laki-laki yang diingatnya punya tanda lingkaran merah pada kulit lengannya. Tanda itu begitu khas dan tak mungkin ada yang menyamainya. Ketika mbakyu Rikmo bergabung disini, dia amat terkejut dengan keberadaan mas Mudhoiso yang mempunyai tanda sama dengan pemerkosanya. Setelah mengenal mas Mudhoisho lebih dekat, mbakyu yakin kalau mas Mudhoiso lah yang dulu memperkosanya."
Rikmo tak tahan dengan diamnya. Akhirnya dia ikut angkat bicara, "Saya simpan sakit hati saya, saya hidup berdampingan dengan orang yang amat saya benci. Saya telan semua kepahitan ketika Mudhoiso keparat itu bisa berlenggang bahagia atas perbuatannya pada saya dulu. Bertahun-tahun saya merasa tak punya masa depan, hancur rasanya hidup saya. Malu, sakit hati, merasa tak berdaya. Saya baru 13 tahun kala itu. Tapi saya sudah ingin bunuh diri. "
"Saya bertahan di paguyuban ini karena menari adalah hal yang membuat saya merasa hidup. Menari adalah panggilan jiwa saya. Walau itu berarti harus berdampingan dengan laki-laki keparat itu. Tapi meskipun begitu. Saya tak pernah terpikir untuk membunuhnya. Karena diam-diam saya mulai menyukai kangmas Mudhoiso. Mungkin karena kami selalu bermain bersama dalam peran Arjuno - Cakil itu."
Inspektur Suzana melihat kejujuran dari mata Rikmo Sadhepo saat berbicara. "Dendam dan cinta tumbuh bersama dalam jiwa Rikmo," gumamnya.
Rikmo mengangkat kepalanya. Tak lagi menunduk, "Sekar adikku, sebetulnya aku menyaksikan ketika kau mengambil keris luk 9 itu dari otak peralatan. Aku heran mengapa kau harus mengendap-endap waktu itu. Ora biasane kowe koyo ngono. Sebetulnya apa yang kau lakukan waktu itu?"
"Aku cuma membersihkan keris itu aja kok mbakyu."
"Bukan tugasmu membersihkan peralatan, bukan? Kowe kan sing gawe racun nang keris iku?"
"Ojo asal nuduh mbakyu...!"
Inspektur Suzana melihat ada celah disini. Mencoba menganalisa kedekatan Rikmo dan Sekararum. Sepertinya ada sebuah benang merah yang perlu diyakinkan kebenarannya. Diajukannya pertanyaan pada Sekararum.
"Apa maksud saudari Sekar memfitnah saudari Rikmo dengan mengatakan bahwa Rikmo lah yang membunuh Mudhoiso? Bukankah tadi saudari mengatakan menyayangi saudari Rikmo seperti kakak sendiri?"
"Saya tidak memfitnah...! Saya memang sayang sama mbakyu Rikmo." Sekararum menghamburkan diri memeluk Rikmo.
"Mbakyu... aku tidak tahan dengan cerita-ceritamu. Hatiku ikut sakit mendengarnya. Seakan aku bisa merasakan penderitaanmu. Dendammu adalah dendamku juga mbakyu. Aku membenci Mudhoiso seperti dirimu. Tapi aku tak mengerti mengapa mbakyu rela menyakiti diri sendiri dengan selalu bermain baik dengan mas Mudhoiso. Aku melihat mbakyu begitu lemah. Aku tidak suka."
Sekararum mulai menangis saat mengatakan hal itu. Lalu dengan lantang berteriak, "AKU BAYARKAN DENDAMMU MBAKYU....!!" Pemerkosamu sudah mati sekarang. Takkan ada lagi cerita menyesakkan yang akan keluar dari mulutmu mbakyu ku sayang."
"Oalah cah ayu.... Mbakyumu sing salah. Penderitaanku terlalu aku buka padamu. Semua tentang peristiwa itu aku ceritakan padamu. Aku ndak mengira kalau semua itu menjadi menyimpan dendam pada kangmas Mudhoisho," Rikmo memeluk Sekar dengan erat.
Keduanya bertangisan. Keduanya merasakan kesedihan yang sama. Rikmo amat menyesali kerapuhan yang dimilikinya menorehkan sakit pada hati Sekararum. Rikmo Sadhepo makin tergugu ketika menyaksikan kedua tangan Sekararum diborgol oleh Inspektur Suzana.
"Maafkan mbakyu mu ini Sekar.... Maafkan...," airmata tak mengembalikan Mudhoiso. Air mata tak bisa membuat Sekararum kembali padanya.
Inspektur Suzana melihat kejujuran dari mata Rikmo Sadhepo saat berbicara. "Dendam dan cinta tumbuh bersama dalam jiwa Rikmo," gumamnya.
Rikmo mengangkat kepalanya. Tak lagi menunduk, "Sekar adikku, sebetulnya aku menyaksikan ketika kau mengambil keris luk 9 itu dari otak peralatan. Aku heran mengapa kau harus mengendap-endap waktu itu. Ora biasane kowe koyo ngono. Sebetulnya apa yang kau lakukan waktu itu?"
"Aku cuma membersihkan keris itu aja kok mbakyu."
"Bukan tugasmu membersihkan peralatan, bukan? Kowe kan sing gawe racun nang keris iku?"
"Ojo asal nuduh mbakyu...!"
Inspektur Suzana melihat ada celah disini. Mencoba menganalisa kedekatan Rikmo dan Sekararum. Sepertinya ada sebuah benang merah yang perlu diyakinkan kebenarannya. Diajukannya pertanyaan pada Sekararum.
"Apa maksud saudari Sekar memfitnah saudari Rikmo dengan mengatakan bahwa Rikmo lah yang membunuh Mudhoiso? Bukankah tadi saudari mengatakan menyayangi saudari Rikmo seperti kakak sendiri?"
"Saya tidak memfitnah...! Saya memang sayang sama mbakyu Rikmo." Sekararum menghamburkan diri memeluk Rikmo.
"Mbakyu... aku tidak tahan dengan cerita-ceritamu. Hatiku ikut sakit mendengarnya. Seakan aku bisa merasakan penderitaanmu. Dendammu adalah dendamku juga mbakyu. Aku membenci Mudhoiso seperti dirimu. Tapi aku tak mengerti mengapa mbakyu rela menyakiti diri sendiri dengan selalu bermain baik dengan mas Mudhoiso. Aku melihat mbakyu begitu lemah. Aku tidak suka."
Sekararum mulai menangis saat mengatakan hal itu. Lalu dengan lantang berteriak, "AKU BAYARKAN DENDAMMU MBAKYU....!!" Pemerkosamu sudah mati sekarang. Takkan ada lagi cerita menyesakkan yang akan keluar dari mulutmu mbakyu ku sayang."
"Oalah cah ayu.... Mbakyumu sing salah. Penderitaanku terlalu aku buka padamu. Semua tentang peristiwa itu aku ceritakan padamu. Aku ndak mengira kalau semua itu menjadi menyimpan dendam pada kangmas Mudhoisho," Rikmo memeluk Sekar dengan erat.
Keduanya bertangisan. Keduanya merasakan kesedihan yang sama. Rikmo amat menyesali kerapuhan yang dimilikinya menorehkan sakit pada hati Sekararum. Rikmo Sadhepo makin tergugu ketika menyaksikan kedua tangan Sekararum diborgol oleh Inspektur Suzana.
"Maafkan mbakyu mu ini Sekar.... Maafkan...," airmata tak mengembalikan Mudhoiso. Air mata tak bisa membuat Sekararum kembali padanya.
Kisah ini diikut sertakankan dalam Misteri di Balik Layar BlogCamp.
Terima kasih atas partisipasi sahabat
BalasHapusAkan dicatat sebagai peserta
Salam hangat dari Surabaya
Alhamdulillah sempet terdaftar...
Hapusayeemm...
Keren sekali tulisannya mba :D
BalasHapussemoga menang ya
Aamiin... maunya sih gitu mak Hana... :)
HapusMantab,
BalasHapusTop dah, sampe terbawa suasana. Moga menang ...
Dibilang Top sama pak guru... Alhamdulillah...
HapusSukses ya Bunda, udah ikutan GA unik dari Pak Dhe ...
BalasHapusBalas dendam memang manusiawi ya Bun, tapi kalo tidak segera diotopsi akan merembet kemana2 seperti cerita diatas.
Dendam memang penyakit hati yang berbahaya....
HapusSemoga hikmah bisa ditangkap dari kisah diatas...
Makasih mampirnya ya mas Misbach...
Waduuh... uapiik iki, mbak... alhamdulillah bisa mendaftar di saat2 terakhir ya mbak... semoga sukses :)
BalasHapuswaahh... mosok thoo....
HapusAamiin... mau aah menang... hehehe...
Balas dendam gak ada gunanya kan bund,,,,,
BalasHapusBetl sekali Irfan... Tak akan menyelesaikan masalah...
HapusDramatis bangeeet.... Tapi jowone medhok juga yo? :D
BalasHapusKepengen agak ngetril tapi ga bisa... malah jadi medhok.... :D
HapusKeren mbak. SUkses ya :)
BalasHapusAamiin...
HapusMakasih mbak Niar...:)
Sekararum jan apikan tenan ya solidaritas demi orang yang sudah dianggap kakaknya sendiri....Sayangnya terlalu ekstrem. Moga cepat pindah ke sawangan Mbak. Hehehe ga nyambung doanya. Moga berjaya di kontes Pakdhe! :)
BalasHapusHo ooh... apik'an yo mas...
HapusYang ngirim mie ayam juga apik'an to..? :p
Mau aah berjaya di kontes pakde....:D
Iya...ya, si Sekararum kok rela berkorban demi Rikmo Sadhepo Kusumojoyo sampai ektrem begitu, apa sekararum naksir si Rikmo ya ?
Hapuslhaaa ya itu... saya aja heran... kok bisa yaaa...?
Hapussamg juara munculnya selalu belakangan...
HapusAamiin...
HapusNgalem yo pak...?
seneng wayangan ya mbak.. atau emang aktris pewyangan sampean? hehe
BalasHapusSebenernya malah ga ngerti wayang. Ini GA tantangan buat saya mas... :)
HapusSolidaritas tingkat tinggi :D
BalasHapusSemoga berjaya bersama saya ya, Mbak... ;)
Hiyaaaa... ayo kita berjaya bersama...:)
HapusBunda sengaja baru posting sekarang kn? #Nuduhsakenakudele
BalasHapusBunda bisa aja buat cerita yang mbolak-mbalik.
sukses GAnepun geh Bun.
hahaha....
Hapuskiki pendaftar pertama, saya terakhir....:D
Lho ada namaku, bun ? Hehehe
BalasHapusSudah pasti menang, ceritanya ringan tapi unik. Hehehe
Semangat bunda
Lhooo.... lha kok iyaaa...
HapusMikir cari nama kok puyeng... Yg keketik ya nama itu...
Semoga jurinya sependapat dengan dirimu..:D
Apik bun, semoga menang ya....
BalasHapusAamiin...
Hapusmakasih Yunda...:)
mba niken selalu jempolan deeeh..
BalasHapusJempol siapa...?
Hapushehehe... makasih mbak Titi...
Kalau urusan makanan acungin jempolnya ke mbak Titi...
Kok yang diborgol cuman Sekararum, bukankah itu juga karena kelalaiannya si Rikmo ? yang saya tau perang dalam wayang orang itu, keris yang dimainkan tidak sampai menyentuh kulit lawan, kalau sampai menggores apalagi sampai meninggal jelas sebuah kelalaian bahkan bisa jadi faktor kesengajaan. jadi ini modusnya pembunuhan yang direncanakan dan bisa dikenai pasal 340 KUHP "Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun".
BalasHapusHebat juga si Rikmo sudah pernah diperkosa malah bisa kompak berdampingan dalam satu panggung, jangan-jangan ini pengikut si calon hakim agung itu... qiqiqiqi.
Hapusbapak Pengamat Seni yang terhormat...
HapusDari cerita asalnya memang begitu kok... memang hrsnya tdk menyentuh, tp namanya juga lagi nari... bisa aja senggolan gituuuh.... jadi ga sengaja kesabet...
Bapak dulu sekolahnya mmgnya di fak hukum ya..? Apal banget sama KUHP... memangnya kalo jualan rumah bawa2 KUHP segala...?
Kandani kok... pancen Rikmo iku hebat... ora mutungan... wkwkwk...
Apapun alasannya itu berarti akibat kelalaiannya menyebabkan nyawa orang lain melayang dan di tuntut dengan Pasal 359 KUHP, Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
HapusBaiklah pak Pengamat Seni... saya mengaku bersalah... saya rela diborgol... Tapi kalo mau ngurung cariin tempat yang enak ya pak'e.... :p
Hapusayo lekas dikurung jangan diberi ampun...
Hapuskurung dimana niih...?
Hapussukses ya mbak dengan GAnya, jangan ada dendam diantara kita ya :)
BalasHapusbetuuull.. tak ada dendam diantara kitaaa....
Hapusbunda, walaupun di detik2 terakhir tetep bagus bagnet, kok isok yoo :D
BalasHapusLha yo mboh gimana itu Niar kok iso ngono...:D
HapusRikmo Sadhepo disini perempuan, klo dalam ceritaku laki-laki hihi..
BalasHapusTapi critanya bagus penuh dramatisir :)
Maunya sih kita sama2 menang ya mbak Yuni... wkwkwk....
Hapussiipp bunda....sukses GA
BalasHapusSiipp juga buat dirimu....
Hapusmakasih yaaaa....:)
Duh..., Sekar kabeh pancen wis kedaden....
BalasHapusNek crita yang bagus ini ga lolos, brarti yang nilai lagi ngantuk, hehehe....
Apa yang nilai saya kasih kopi ya pak zzet biar ga ngantuk...
Hapushehehe...
wah, akhirnya ikutan juga ya mba.... semoga menang yaaa! :)
BalasHapusHehehe... Penasaran mbak...
HapusMakasih ya...
huwaaaaaa....gak tau ada lomba ini...
BalasHapusmasak siih...?
HapusPadahal tiap hari dishare di grup lhooo....
kok agak aneh ya? Bukannya cuma melanjutkan kisah saja? Kok malah merubah kisah?
BalasHapusMakin aneh makin bagus mbak Rie... hehehe...
HapusTanya pihak penyelenggara aja... menyalahi aturan atau tidak...
bagus... semoga menang ya
BalasHapusAlhamdulillah...
HapusAamiin...
Makasih mas...
tok..tok..tok... Assalamu'alaikum bunda...
BalasHapusselamat malam menjelang subuh... :D #glekk.. air putih dulu ah, sebelum komen, eh... ini udah komen ya, hihi...
*cerita wayangnya MENARIK banget bund, berawal dari curhatan, eh.. ternyata bisa menularkan dendam.. ngerii ya bund. pelajarannya: jangan curhat sembarangan! dan jangan dengerin curhat sembarangan!
tapi..tapi.. kalau curhatnya ama bunda pasti aman khaan.. hehe... ^_^
yo wis semoga GA nya sukses yaaa....
Wa'alaikumsalam
HapusWaah ada yg namu jam tahajud... :)
Sekalian doakan kebaikan buat kita bersama ya Liyan...
Alhamdulillah, syukurlah kalau Liyan suka. Smg jurinya juga sama. Hehehe...
Sini curhat sama bunda, biar nanti gantian bunda curhatin juga. :)
ceritanya bagus sekali... pengen nunggu postingan berikutnya nih...
BalasHapusWaahh... Dapat senyuman seAsia raya... Hehehe...
HapusAlhamdulillah, terimakasih yaaa
Tp ini ga bersambung kook... :)
ehm...
BalasHapussebenarnya ada sesuatu yg mengganjal menurutku (menurutku loh, gtw orang lain)
katanya Sekar sangat sayang dg Rikmo seperti kakaknya sendiri..
tapi kenapa Sekar menuduh 'n sampai melampiaskan bahwa tersangkanya adalah Rikmo? kenapa gak cari kambing hitam yg lain utk menutupinya agar seseorang yg dianggap kakak itu bebas dari tuduhan???
nah kalo nuduh gitu sama ja kayak mw memenjarakan Rikmo dan membuatnya sengsara di penjara?
eh, nih pribadi loh, coz kayaknya kurang sreg ja bacanya...
tapi selebihnya, jalan ceritanya patut dikasih jempol koq...
Hmmmm... aneh yaakk...
HapusSekararum panik dan ketakutan sendiri dengan perbuatannya. Dia jadi ngawur... qiqiqi... #maksaaaaa.....
Makasih masukannya. Ntar saya sampaikan ke Sekararum... wkwkwk...
yah...
Hapustitip salam sekalian sama Sekararum.. >,<
hehehe... Salam kembali katanya....:)
Hapusmantabs benar kisah yang bergenre detektif ini...semoga sukses dalam lombanya ya :)
BalasHapusYang buat lomba memang kreatif yaaaa...
HapusAamiin, makasih ya mas Aan...
Ajang yang Pakde gagas ini menjadi ajang latihan menulis fiksi oleh para blogger. Nah kalau mbak ini mah bukan lagi belajar karena dah jago bikin cerpen :)
BalasHapusAiiihh... Kang Haris bisa ajaaah...
HapusJadi tersipu-sipu...
Makasih ya... :)
Emang pinter banget dah.
BalasHapusjago nulis cerita.
salut :D
Sukses ya Bunda buat GA nya
Tapi katanya masih ada yang ga masuk akal...
HapusTugas inspektur Suzana tuh buat membuatnya masuk akal... :)
Aamiin... Makasih yaaa
ndak ngerti bagian jawa nya (.__.)
BalasHapustulisannya diikutin kontes ya? semoga menang :D
Lupa ngasih terjemahannya di bawah...
HapusIya mbak ini buat GA.
Aamiin... makasih ya supportnya....:)