Frangipani Flower Lovely Little Garden: Dendam Pembawa Kematian
There is a lovely little garden in a corner of my heart, where happy dreams are gathered to nevermore depart

Minggu, 20 Januari 2013

Dendam Pembawa Kematian



Inspektur Suzana lega sekali malam itu bisa duduk tenang menyaksikan pertunjukan wayang orang yang sudah menjadi hobinya. Lama dia tidak punya waktu karena kesibukannya. Maka hatinya amat senang ketika melewati gedung pertunjukan Wayang Orang Blogcam Budhoyo, melihat jadwal pertunjukan yang pas sekali dengan hari liburnya. Tak dilewatkannya kesempatan itu. Dan menikmati adegan demi adengan di atas panggung pertunjukan dengan seksama. Gerak lincah Cakil dan gemulainya Arjuno membuatnya bagai tak berkedip. Pertarungan indah dari keduanya amat layak dinikmati.

Tangannya ikut bertepuk kencang ketika layar ditutup tanda pertunjukan berakhir. Puas sekali hatinya. Menonton live wayang orang memang selalu mampu membuatnya terpukau. Tiba-tiba, ditengah hingar bingar tepuk tangan yang masih cethar membahana, terdengar teriakan yang sangat lantang namun nelangsa dari balik layar.

"Kangmas Mudhoisoooo...!"

Rikmo Sadhepo pemeran Arjuno berteriak histeris begitu melihat Mudhoiso sang Cakil diam tak bergerak  setelah layar ditutup. Biasanya Mudhoiso akan langsung bangkit menghampirinya dan memberi toss lima jari pertanda mereka sukses memerankan perang tanding Arjuno lawan Cakil. 

Teriakan Rikmo membuat histeris orang-orang yang ada di balik layar pertunjukan Wayang Orang Blogcamp Budhoyo. Rikmo berlari menubruk tubuh Mudhoiso yang tak bergerak dan dengan cepat membiru itu. Tangisnya seketika meledak disertai terikan paniknya.

"Oalaaah Kangmas... Kok dhadhi koyo ngene to yooo...! Piye to iki....? Biasane kan ora koyo ngene...! Kok njenengan iso mati to kangmaaas..." 

Rikmo meratapi tubuh laki-laki yang sudah puluhan kali menjadi pasangan tandingnya itu. Mereka sudah hapal semua gerak tubuh dan kompak satu sama lain. Perasaan Rikmo campur aduk tidak karuan. Mudhoiso sudah tak bernyawa. Meninggal seketika hanya dalam hitungan sekian detik saja.

Inspektur Suzana bergegas bangkit untuk melihat apa yang terjadi di balik layar. Naluri polisinya seketika muncul. Mencium ketidakberesan. Dihampirinya tubuh kaku yang tergolek itu. Kemudian diperiksanya denyut nadi Mudhosio. Tak berdenyut.

"Cakil sudah pergi...!"
" Bapak-bapak... ibu-ibu mohon jangan ada yang meningalkan ruangan. Saya minta pintu masuk dikunci saja supaya penonton juga tidak ada yang keluar ruangan. Kita harus mengadakan pemeriksaan kepada semua orang yang ada di sini."

"Ibu siapa? Mengapa ibu merasa bisa mengatur demikian?" Bagyo selaku ketua pertunjukan angkat bicara.

Inspektur Suzana mengeluarkan tanda pengenal yang ada di dompetnya.

"Saya Inspektur Suzana dari kepolisian daerah. Saya kemari untuk menyaksikan pertunjukan. Adalah tugas saya untuk menyelidiki peristiwa kematian ini."

"Kalau begitu, saya akan membantu ibu Inspektur. Saya akan menyuruh anak buah saya untuk menjaga pintu masuk," Bagyo menanggapi dengan positif.

Inspektur Suzana kemudian menelpon markas kepolisian minta dikirim ambulance dan bala bantuan untuk mengadakan investigasi. Dia juga meminta tim forensik untuk datang ke TKP. Tak membutuhkan waktu lama, semua yang dibutuhkan Inspektur Suzana tiba di gedung wayang orang itu. Segera keris sebagai tanda bukti diamankan, pertanyaan demi pertanyaan diajukan. Tiap orang berusaha menjawab dengan menceritakan alibinya masing-masing.

"Mudhoiso sudah 5 tahun menjadi penari di sini. Beberapa peran sudah dia mainkan, tapi peran cakil lah yang paling pas diperankannya. Sedangkan Rikmo Sadhepo sudah 3 tahun yang lalu bergabung. Mereka berdua sudah menjadi pasangan yang cocok dalam peran tanding Arjuno lawan Cakil. Bagaikan sejiwa," Bagyo menjawab pertanyaan Inspektur Suzana seputar pasangan perang tanding itu.

"Sudah berapa lama gedung ini dipakai sebagai gedung pertunjukan Wayang Orang Blogcam Budhoyo?" Inspektur cantik itu melanjutkan pertanyaannya.

"Sudah lama, ada 8 tahunan. Dulu saya juga pemain, tapi sekarang saya fokus pada manajemennya saja. Sulit buat saya kalau double job," Bagyo menjawab.

"Apakah Mudhoiso mempunyai musuh atau ada yang tidak suka dengan dirinya?"

"Sepengetahuan saya sih tidak ada bu Inspektur. Mudhoiso itu orangnya suka bercanda dengan siapa saja."

Rikmo Sadhepo masih saja terlihat panik ketika investigasi tiba padanya. Terlihat masih syok dan cemas.

"Saya ndak ngerti bu polisi. Saya ndak tau kenapa kangmas Mudhoiso bisa mati. Biasane kan kerisnya ngga apa-apa walaupun kena badannya. Saya wis biasa kok bu Polisi nyabetke keris ke leher kangmas Mudhoiso. Saya ndak ngerti. Bener bu polisi...," Rikmo tampak ketakutan dan bingung. 

Tiba-tiba dari arah belakang Inspektur Suzana, terdengar suara lantang. Suara perempuan.

"Mbak Rikmo ngapusi...! Dia cuma pura-pura itu bu polisi...!" Sekararum menyeruak dibalik kerumunan orang-orang.

"Opo maksudmu Sekararum...?" Rikmo Sadhepo terkejut

"Wis ngaku wae to mbak Rikmo. Pancen mbak Rikmo to sing mateni mas Mudhoiso? Mbak Rikmo duwe loro ati to...!" Sekararum menyerang Rikmo dengan pernyataan yang cukup mengejutkan orang-orang yang ada disana.

Inspektur Suzana menengahi mereka.

"Anda siapa?"

"Saya Sekararum, anak pak Bagyo."

"Apa yang anda ketahui dari Rikmo Sadhepo?"

"Mbakyu Rikmo ini sebetulnya sahabat saya. Sering curhat sama saya, bu polisi... Saya sayang banget sama mbakyu Rikmo. Dia sudah seperti kakak saya sendiri. Ada hal yang amat menyiksanya selama ini. Mbakyu hanya menceritakan hal itu pada saya. Dia itu punya sakit hati bahkan dendam sama mas Mudhoiso."

"Sekar...! Ojo asal ngomong kowe...!" Rikmo berteriak kepada Sekararum.

"Aku wis ora tahan mbakyu. Mbakyu kebangetan nek sampai koyo ngene. Sakit hatimu sudah bukan ukuran manusia. Tego mateni koncone dhewe," Sekararum membalas teriakan Rikmo dengan suara lantang juga.

"Saudari Rikmo saya minta diam! Saya hendak mendengar keterangan dari saudarai Sekararum," dengan tegas Inspektur Suzana berkata kepada Rikmo.

"Silahkan saudari Sekararum, ceritakan yang anda ketahui."

Sekar melanjutkan,"Begini bu polisi, mbakyu Rikmo ini punya masa lalu yang kelam. Pernah mengalami peristiwa yang amat menyakitkan dirinya dan tak mampu dilupakannya. Dia bawa sakit hati itu dalam kesehariannya. Bertahun-tahun dia menyimpannya. Pada saya dia selalu bercerita sambil menangis. Sudah saya nasehati agar tidak menyimpan dendam begitu dalam. Tapi rupanya peristiwa itu amat membekas dalam ingatannya. Saya sedih juga."

Rikmo yang terkulai lemas. Kepalanya tertunduk. Tapi bibirnya tetap mengucap kata-kata bantahan, "Bukan aku Sekar... Aku nggak membunuh kangmas Mudhoiso."

Namun Sekararum tetap melanjutkan keterangannya, "Saya sebetulnya kasihan sekali dengan mbakyu Rikmo, tapi saya juga tidak suka dengan rasa dendam yang mengotori hatinya. Sepuluh tahun yang lalu, waktu mbakyu Rikmo berumur 13 tahun, dia diperkosa oleh seorang laki-laki yang diingatnya punya tanda lingkaran merah pada kulit lengannya. Tanda itu begitu khas dan tak mungkin ada yang menyamainya. Ketika mbakyu Rikmo bergabung disini, dia amat terkejut dengan keberadaan mas Mudhoiso yang mempunyai tanda sama dengan pemerkosanya. Setelah mengenal mas Mudhoisho lebih dekat, mbakyu yakin kalau mas Mudhoiso lah yang dulu memperkosanya."

Rikmo tak tahan dengan diamnya. Akhirnya dia ikut angkat bicara, "Saya simpan sakit hati saya, saya hidup berdampingan dengan orang yang amat saya benci. Saya telan semua kepahitan ketika Mudhoiso keparat itu bisa berlenggang bahagia atas perbuatannya pada saya dulu. Bertahun-tahun saya merasa tak punya masa depan, hancur rasanya hidup saya. Malu, sakit hati, merasa tak berdaya. Saya baru 13 tahun kala itu. Tapi saya sudah ingin bunuh diri. "

"Saya bertahan di paguyuban ini karena menari adalah hal yang membuat saya merasa hidup. Menari adalah panggilan jiwa saya. Walau itu berarti harus berdampingan dengan laki-laki keparat itu. Tapi meskipun begitu. Saya tak pernah terpikir untuk membunuhnya. Karena diam-diam saya mulai menyukai kangmas Mudhoiso. Mungkin karena kami selalu bermain bersama dalam peran Arjuno - Cakil itu."

Inspektur Suzana melihat kejujuran dari mata Rikmo Sadhepo saat berbicara. "Dendam dan cinta tumbuh bersama dalam jiwa Rikmo," gumamnya.

Rikmo mengangkat kepalanya. Tak lagi menunduk, "Sekar adikku, sebetulnya aku menyaksikan ketika kau mengambil keris luk 9 itu dari otak peralatan. Aku heran mengapa kau harus mengendap-endap waktu itu. Ora biasane kowe koyo ngono. Sebetulnya apa yang kau lakukan waktu itu?"

"Aku cuma membersihkan keris itu aja kok mbakyu."

"Bukan tugasmu membersihkan peralatan, bukan? Kowe kan sing gawe racun nang keris iku?"

"Ojo asal nuduh mbakyu...!"

Inspektur Suzana melihat ada celah disini. Mencoba menganalisa kedekatan Rikmo dan Sekararum. Sepertinya ada sebuah benang merah yang perlu diyakinkan kebenarannya. Diajukannya pertanyaan pada Sekararum.

"Apa maksud saudari Sekar memfitnah saudari Rikmo dengan mengatakan bahwa Rikmo lah yang membunuh Mudhoiso? Bukankah tadi saudari mengatakan menyayangi  saudari Rikmo seperti kakak sendiri?"

"Saya tidak memfitnah...! Saya memang sayang sama mbakyu Rikmo." Sekararum menghamburkan diri memeluk Rikmo.

"Mbakyu... aku tidak tahan dengan cerita-ceritamu. Hatiku ikut sakit mendengarnya. Seakan aku bisa merasakan penderitaanmu. Dendammu adalah dendamku juga mbakyu. Aku membenci Mudhoiso seperti dirimu. Tapi aku tak mengerti mengapa mbakyu rela menyakiti diri sendiri dengan selalu bermain baik dengan mas Mudhoiso. Aku melihat mbakyu begitu lemah. Aku tidak suka."

Sekararum mulai menangis saat mengatakan hal itu. Lalu dengan lantang berteriak, "AKU BAYARKAN DENDAMMU MBAKYU....!!" Pemerkosamu sudah mati sekarang. Takkan ada lagi cerita menyesakkan yang akan keluar dari mulutmu mbakyu ku sayang."

"Oalah cah ayu.... Mbakyumu sing salah. Penderitaanku terlalu aku buka padamu. Semua tentang peristiwa itu aku ceritakan padamu. Aku ndak mengira kalau semua itu menjadi menyimpan dendam pada kangmas Mudhoisho," Rikmo memeluk Sekar dengan erat.

Keduanya bertangisan. Keduanya merasakan kesedihan yang sama. Rikmo amat menyesali kerapuhan yang dimilikinya menorehkan sakit pada hati Sekararum. Rikmo Sadhepo makin tergugu ketika menyaksikan kedua tangan Sekararum diborgol oleh Inspektur Suzana.

"Maafkan mbakyu mu ini Sekar.... Maafkan...," airmata tak mengembalikan Mudhoiso. Air mata tak bisa membuat Sekararum kembali padanya.


Kisah ini diikut sertakankan dalam Misteri di Balik Layar BlogCamp.



75 komentar:

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat
    Akan dicatat sebagai peserta
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. Keren sekali tulisannya mba :D

    semoga menang ya

    BalasHapus
  3. Mantab,
    Top dah, sampe terbawa suasana. Moga menang ...

    BalasHapus
  4. Sukses ya Bunda, udah ikutan GA unik dari Pak Dhe ...
    Balas dendam memang manusiawi ya Bun, tapi kalo tidak segera diotopsi akan merembet kemana2 seperti cerita diatas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dendam memang penyakit hati yang berbahaya....
      Semoga hikmah bisa ditangkap dari kisah diatas...
      Makasih mampirnya ya mas Misbach...

      Hapus
  5. Waduuh... uapiik iki, mbak... alhamdulillah bisa mendaftar di saat2 terakhir ya mbak... semoga sukses :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahh... mosok thoo....
      Aamiin... mau aah menang... hehehe...

      Hapus
  6. Balas dendam gak ada gunanya kan bund,,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betl sekali Irfan... Tak akan menyelesaikan masalah...

      Hapus
  7. Dramatis bangeeet.... Tapi jowone medhok juga yo? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kepengen agak ngetril tapi ga bisa... malah jadi medhok.... :D

      Hapus
  8. Sekararum jan apikan tenan ya solidaritas demi orang yang sudah dianggap kakaknya sendiri....Sayangnya terlalu ekstrem. Moga cepat pindah ke sawangan Mbak. Hehehe ga nyambung doanya. Moga berjaya di kontes Pakdhe! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ho ooh... apik'an yo mas...
      Yang ngirim mie ayam juga apik'an to..? :p

      Mau aah berjaya di kontes pakde....:D

      Hapus
    2. Iya...ya, si Sekararum kok rela berkorban demi Rikmo Sadhepo Kusumojoyo sampai ektrem begitu, apa sekararum naksir si Rikmo ya ?

      Hapus
    3. lhaaa ya itu... saya aja heran... kok bisa yaaa...?

      Hapus
    4. samg juara munculnya selalu belakangan...

      Hapus
  9. seneng wayangan ya mbak.. atau emang aktris pewyangan sampean? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya malah ga ngerti wayang. Ini GA tantangan buat saya mas... :)

      Hapus
  10. Solidaritas tingkat tinggi :D
    Semoga berjaya bersama saya ya, Mbak... ;)

    BalasHapus
  11. Bunda sengaja baru posting sekarang kn? #Nuduhsakenakudele

    Bunda bisa aja buat cerita yang mbolak-mbalik.
    sukses GAnepun geh Bun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha....
      kiki pendaftar pertama, saya terakhir....:D

      Hapus
  12. Lho ada namaku, bun ? Hehehe

    Sudah pasti menang, ceritanya ringan tapi unik. Hehehe
    Semangat bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lhooo.... lha kok iyaaa...
      Mikir cari nama kok puyeng... Yg keketik ya nama itu...

      Semoga jurinya sependapat dengan dirimu..:D

      Hapus
  13. mba niken selalu jempolan deeeh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jempol siapa...?
      hehehe... makasih mbak Titi...
      Kalau urusan makanan acungin jempolnya ke mbak Titi...

      Hapus
  14. Kok yang diborgol cuman Sekararum, bukankah itu juga karena kelalaiannya si Rikmo ? yang saya tau perang dalam wayang orang itu, keris yang dimainkan tidak sampai menyentuh kulit lawan, kalau sampai menggores apalagi sampai meninggal jelas sebuah kelalaian bahkan bisa jadi faktor kesengajaan. jadi ini modusnya pembunuhan yang direncanakan dan bisa dikenai pasal 340 KUHP "Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hebat juga si Rikmo sudah pernah diperkosa malah bisa kompak berdampingan dalam satu panggung, jangan-jangan ini pengikut si calon hakim agung itu... qiqiqiqi.

      Hapus
    2. bapak Pengamat Seni yang terhormat...
      Dari cerita asalnya memang begitu kok... memang hrsnya tdk menyentuh, tp namanya juga lagi nari... bisa aja senggolan gituuuh.... jadi ga sengaja kesabet...

      Bapak dulu sekolahnya mmgnya di fak hukum ya..? Apal banget sama KUHP... memangnya kalo jualan rumah bawa2 KUHP segala...?

      Kandani kok... pancen Rikmo iku hebat... ora mutungan... wkwkwk...

      Hapus
    3. Apapun alasannya itu berarti akibat kelalaiannya menyebabkan nyawa orang lain melayang dan di tuntut dengan Pasal 359 KUHP, Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

      Hapus
    4. Baiklah pak Pengamat Seni... saya mengaku bersalah... saya rela diborgol... Tapi kalo mau ngurung cariin tempat yang enak ya pak'e.... :p

      Hapus
    5. ayo lekas dikurung jangan diberi ampun...

      Hapus
  15. sukses ya mbak dengan GAnya, jangan ada dendam diantara kita ya :)

    BalasHapus
  16. bunda, walaupun di detik2 terakhir tetep bagus bagnet, kok isok yoo :D

    BalasHapus
  17. Rikmo Sadhepo disini perempuan, klo dalam ceritaku laki-laki hihi..
    Tapi critanya bagus penuh dramatisir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maunya sih kita sama2 menang ya mbak Yuni... wkwkwk....

      Hapus
  18. Duh..., Sekar kabeh pancen wis kedaden....

    Nek crita yang bagus ini ga lolos, brarti yang nilai lagi ngantuk, hehehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa yang nilai saya kasih kopi ya pak zzet biar ga ngantuk...
      hehehe...

      Hapus
  19. wah, akhirnya ikutan juga ya mba.... semoga menang yaaa! :)

    BalasHapus
  20. huwaaaaaa....gak tau ada lomba ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. masak siih...?
      Padahal tiap hari dishare di grup lhooo....

      Hapus
  21. kok agak aneh ya? Bukannya cuma melanjutkan kisah saja? Kok malah merubah kisah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makin aneh makin bagus mbak Rie... hehehe...
      Tanya pihak penyelenggara aja... menyalahi aturan atau tidak...

      Hapus
  22. tok..tok..tok... Assalamu'alaikum bunda...
    selamat malam menjelang subuh... :D #glekk.. air putih dulu ah, sebelum komen, eh... ini udah komen ya, hihi...

    *cerita wayangnya MENARIK banget bund, berawal dari curhatan, eh.. ternyata bisa menularkan dendam.. ngerii ya bund. pelajarannya: jangan curhat sembarangan! dan jangan dengerin curhat sembarangan!
    tapi..tapi.. kalau curhatnya ama bunda pasti aman khaan.. hehe... ^_^
    yo wis semoga GA nya sukses yaaa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam

      Waah ada yg namu jam tahajud... :)
      Sekalian doakan kebaikan buat kita bersama ya Liyan...

      Alhamdulillah, syukurlah kalau Liyan suka. Smg jurinya juga sama. Hehehe...

      Sini curhat sama bunda, biar nanti gantian bunda curhatin juga. :)

      Hapus
  23. ceritanya bagus sekali... pengen nunggu postingan berikutnya nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh... Dapat senyuman seAsia raya... Hehehe...

      Alhamdulillah, terimakasih yaaa
      Tp ini ga bersambung kook... :)

      Hapus
  24. ehm...
    sebenarnya ada sesuatu yg mengganjal menurutku (menurutku loh, gtw orang lain)
    katanya Sekar sangat sayang dg Rikmo seperti kakaknya sendiri..
    tapi kenapa Sekar menuduh 'n sampai melampiaskan bahwa tersangkanya adalah Rikmo? kenapa gak cari kambing hitam yg lain utk menutupinya agar seseorang yg dianggap kakak itu bebas dari tuduhan???
    nah kalo nuduh gitu sama ja kayak mw memenjarakan Rikmo dan membuatnya sengsara di penjara?

    eh, nih pribadi loh, coz kayaknya kurang sreg ja bacanya...
    tapi selebihnya, jalan ceritanya patut dikasih jempol koq...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmmm... aneh yaakk...
      Sekararum panik dan ketakutan sendiri dengan perbuatannya. Dia jadi ngawur... qiqiqi... #maksaaaaa.....

      Makasih masukannya. Ntar saya sampaikan ke Sekararum... wkwkwk...

      Hapus
    2. yah...
      titip salam sekalian sama Sekararum.. >,<

      Hapus
    3. hehehe... Salam kembali katanya....:)

      Hapus
  25. mantabs benar kisah yang bergenre detektif ini...semoga sukses dalam lombanya ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang buat lomba memang kreatif yaaaa...
      Aamiin, makasih ya mas Aan...

      Hapus
  26. Ajang yang Pakde gagas ini menjadi ajang latihan menulis fiksi oleh para blogger. Nah kalau mbak ini mah bukan lagi belajar karena dah jago bikin cerpen :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aiiihh... Kang Haris bisa ajaaah...
      Jadi tersipu-sipu...
      Makasih ya... :)

      Hapus
  27. Emang pinter banget dah.
    jago nulis cerita.
    salut :D

    Sukses ya Bunda buat GA nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi katanya masih ada yang ga masuk akal...

      Tugas inspektur Suzana tuh buat membuatnya masuk akal... :)

      Aamiin... Makasih yaaa

      Hapus
  28. ndak ngerti bagian jawa nya (.__.)
    tulisannya diikutin kontes ya? semoga menang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lupa ngasih terjemahannya di bawah...
      Iya mbak ini buat GA.

      Aamiin... makasih ya supportnya....:)

      Hapus