Bismillahirrohmannirrohiim,
Akhirnya, datang juga kekuatan hati untuk menuliskan peristiwa yang menjadi cobaan berat untuk keluargaku, terutama untuk kakakku, Element 1. Melihat senyuman yang mulai terkembang di bibir mas Yoyok dan istrinya, mbak Nuni, adalah sebuah kebahagiaan yang tak terkira. Setelah sebelumnya, begitu berat beban dan kesedihan yang mereka rasakan.
Ahad, 3 Nopember 2013
Sore itu aku sedang siap-siap hendak pulang ke Jakarta dari Depok. Sebuah bbm masuk dari adikku, Andi (element 4).
"Aku ke rumah mas Yoyok, tapi mas Yok ga ada. Sedang ke rumah sakit bawa Astha yang kesiram air panas."
Awalnya tak ada dalam bayanganku seberapa besar musibah yang menimpa Astha. Walau cukup kaget karena diberitahu bahwa Astha terpeleset membawa panci air panas untuk mandi. Berita kemudian berkembang, gambaran separah apa Astha membuatku ngilu. Bergegas kami pulang mengantar anak-anak terlebih dahulu, baru kemudian aku dan suami ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Sepanjang perjalanan aku keep contact dengan mas Yoyok dan dik Andi. Desiran-desiran nyeri sudah bisa aku rasakan, air mata sudah tak bisa aku tahan. Aahh... Sejak kecil memang aku amat dekat dengan mas Yok. Dia yang selalu membela dan memperhatikan aku. Bahkan sampai saat ini. Rasanya ada kontak batin.
Parah! Itu yang aku tangkap untuk kondisi Astha. Sebelum sampai ke RSCM, Astha sudah dibawa ke 2 rumah sakit yang ternyata di sana tak bisa menangani luka bakar seperti kondisi Astha. Duuuhh.. membayangkannya harus menahan panas di sekujur badan, berpindah-pindah rumah sakit, nyeri rasanya.
Sesampainya di UGD RSCM, aku langsung bergegas melihat kondisi Astha. Dan... Begitu melihatnya... Astagfirulloh... Lemas semua persendianku. Sesaat aku terpaku tak bisa melangkah mendekat. Deras sekali air mataku menyaksikan tubuh Astha penuh dengan luka bakar. Seluruh badan dari batas pinggang ke atas, depan belakang, leher dan wajah. Semua melepuh. Innalillah.
Begitu aku menemui mas Yok, pelukanku bagai tak ingin kulepaskan. Ya Alloh... Begitu berat cobaanMu untuk kakakku tercinta. Sedangkan mas Yok sendiri lututnya masih sakit karena belum lama oprasi lutut karena pengapuran. Jalannya masih terpincang-pincang. Kalau apa yang kurasakan saja seperti ini, lantas bagaimana dengan perasaan mas Yok dan mbak Nuni?
Begitu juga dengan element-element yang lain. Bergantian datang menemani mas Yok di rumah sakit. Alhamdulillah rasa persaudaraan amat terlihat pada saat-saat seperti ini. Saling support dan membesarkan hati.
Sabtu, 16 Nopember 2013
Milad Astha yang ke 15. Kami hanya bisa mengucapkan dari kaca. Saudara-saudara, teman-teman Astha menunjukkan perhatiannya dengan membesuk dan mengucapkan selamat milad. Mengharukan. Barakalloh, Astha.
Kepada teman-temannya, Astha menggerakkan bibirnya mengucapkan,"Jangan lupain gue..."
Teman-teman Astha menjawab,"Nggak akan! Don't worry. Semoga lekas sembuh."
Alhamdulillah Ya Alloh. Akhirnya berlalu juga kesusahan yang Kau ujikan pada kami. Memang ini belum selesai. Tapi setelah menjalan 5 kali oprasi, Astha makin banyak perkembangannya.
Pesan: Bagi teman-teman yang masih harus merebus air untuk keperluan mandi air hangat (belum memakai shower), sebaiknya merebus menggunakan ceret, bukan panci. Air tak perlu sampai mendidih.
Read more »»
Akhirnya, datang juga kekuatan hati untuk menuliskan peristiwa yang menjadi cobaan berat untuk keluargaku, terutama untuk kakakku, Element 1. Melihat senyuman yang mulai terkembang di bibir mas Yoyok dan istrinya, mbak Nuni, adalah sebuah kebahagiaan yang tak terkira. Setelah sebelumnya, begitu berat beban dan kesedihan yang mereka rasakan.
Ahad, 3 Nopember 2013
Sore itu aku sedang siap-siap hendak pulang ke Jakarta dari Depok. Sebuah bbm masuk dari adikku, Andi (element 4).
"Aku ke rumah mas Yoyok, tapi mas Yok ga ada. Sedang ke rumah sakit bawa Astha yang kesiram air panas."
Awalnya tak ada dalam bayanganku seberapa besar musibah yang menimpa Astha. Walau cukup kaget karena diberitahu bahwa Astha terpeleset membawa panci air panas untuk mandi. Berita kemudian berkembang, gambaran separah apa Astha membuatku ngilu. Bergegas kami pulang mengantar anak-anak terlebih dahulu, baru kemudian aku dan suami ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Sepanjang perjalanan aku keep contact dengan mas Yoyok dan dik Andi. Desiran-desiran nyeri sudah bisa aku rasakan, air mata sudah tak bisa aku tahan. Aahh... Sejak kecil memang aku amat dekat dengan mas Yok. Dia yang selalu membela dan memperhatikan aku. Bahkan sampai saat ini. Rasanya ada kontak batin.
Parah! Itu yang aku tangkap untuk kondisi Astha. Sebelum sampai ke RSCM, Astha sudah dibawa ke 2 rumah sakit yang ternyata di sana tak bisa menangani luka bakar seperti kondisi Astha. Duuuhh.. membayangkannya harus menahan panas di sekujur badan, berpindah-pindah rumah sakit, nyeri rasanya.
Sesampainya di UGD RSCM, aku langsung bergegas melihat kondisi Astha. Dan... Begitu melihatnya... Astagfirulloh... Lemas semua persendianku. Sesaat aku terpaku tak bisa melangkah mendekat. Deras sekali air mataku menyaksikan tubuh Astha penuh dengan luka bakar. Seluruh badan dari batas pinggang ke atas, depan belakang, leher dan wajah. Semua melepuh. Innalillah.
Bergeming sekujur tubuh
Merasakan ngilu pada sebuah kenyataan
Tak butuh sedetik membuat lemas persendian
Menyelinapkan bermacam rasa
Mengalirkan riak dari kantung mata
Redup, tak ada sorot pada matamu
Berat, begitu gontai kau seret langkah
Banyak tanya yang tak mampu kau jawab
Banyak harap yang coba kau pertahankan
Kau bahkan bertahan dari nyerimu sendiri
Tertatih kakimu menopang asa pada buah hati
Seolah ingin meneriakkan...
"Berapapun akan kubayar untuk anakku!"
Kuatkan dirimu, idolaku
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّهِ
Fainnama'al usri yusro
Innama'al usri yusro
Begitu aku menemui mas Yok, pelukanku bagai tak ingin kulepaskan. Ya Alloh... Begitu berat cobaanMu untuk kakakku tercinta. Sedangkan mas Yok sendiri lututnya masih sakit karena belum lama oprasi lutut karena pengapuran. Jalannya masih terpincang-pincang. Kalau apa yang kurasakan saja seperti ini, lantas bagaimana dengan perasaan mas Yok dan mbak Nuni?
"Kaki mas Yok sakit, tadi jalan ke sana sini ngurus macam-macam," kemudian runtut sekali mas Yok berkisah kejadian yang sebenarnya mulai dari terjadinya musibah sampai Astha masuk UGD RSCM. Sungguh sebuah kisah yang membuat ngilu bahkan untuk sekedar dibayangkan.
Ruang Isolasi RSI Cempaka Putih
Karena ruangan khusus luka bakar di RSCM penuh, maka mas Yok sibuk mencari rumah sakit lain yang ada instalasi khusus untuk luka bakar. Akhirnya dapatlah di RSI Cempaka Putih. Astha masuk ruang isolasi khusus luka bakar. Tak boleh ditunggu. Kami hanya bisa melihatnya dari kaca saja. Sampai di sana sudah sekitar jam 2 pagi. Jam 3 aku dan suami pulang, karena harus mengurus anak-anak sekolah. Sejak itu, aku mondar mandir ke RSI.
7 Elements minus element 6 dan 7 yang besuk pada hari lain
Selasa, 12 Nopember 2013
Pagi-pagi sekali aku melihat status BB mas Yok tidak seperti biasanya. Mas Yok bukan orang yang suka mengeluh apalagi sampai menjadi status BB.
"Ya Allaaaaaaaah...." begitu ditulisnya.
Aku langsung menangkap ada sesuatu pada Astha. Segera aku tanyakan pada mas Yok. Benar saja. Rupanya mas Yok dan mbak Nuni malam selasa dipanggil dokter. Dokter menceritakan kondisi Astha yang sebenarnya. Bahwa Astha belum melewati masa kritisnya. Itu makanya suhu bandannya bisa tiba-tiba 40 derajat lebih, lalu tiba-tiba turun kembali. Bahwa luka bakar di badan Astha cukup parah dan dalam. Akan memakan waktu lama untuk penyembuhannya dan melewati beberapa kali oprasi.
Segera aku minta ijin pada suami untuk ke rumah sakit, terpaksa meliburkan katering. Aku yakin mas Yok dan mbak Nuni sudah merasa letih lahir dan batin. Beberapa hari di rumah sakit hanya tidur di emperan ruang luka bakar saja. Aku hanya ingin ada di dekat mas Yok. Menemaninya, memijiti kaki dan pundaknya, mengusap punggungnya, membesarkan hatinya. Hanya itu yang aku bisa lakukan.
Selasa itu, tak disangka... Astaghfirulloh! Astha tiba-tiba menggigil dan berteriak-teriak, kemudian tidak sadarkan diri dengan nafas tersengal-sengal. Atas kondisinya itu, akhirnya Astha di bawa ke ICU. Innalillah... Nggak tega aku melihat wajah-wajah mas Yok dan mbak Nuni. Begitu lemas dan kosong. Terdiam tak berkata apa-apa. Memasrahkan semuanya pada Alloh.
ICU RSI Cempaka Putih
Atas pertimbangan dokter yang merawat Astha, kemudian Astha kembali dipindah ke RSCM. Segera pengurusan kepindahan dilakukan. Sampai di ICU RSCM kira-kira jam 21. Hari rabu Astha pindah dari ICU ke ruang HCU khusus Luka Bakar. Rambutnya dibotak supaya mempermudah penyembuhan dibagian kepala. Alhamdulillah di ruang HCU perkembangannya baik. Walau kami tetaplah hanya bisa melihatnya dari kaca, tapi karena tempat tidur Astha ada di dekat kaca, kami jadi bisa "ngobrol" dengan gerak bibir atau tulisan di kertas.
Ruang HCU RSCM
sudah sesekali diijinkan melemaskan otot kaki dan tangan
dengan ke luar ruangan sebentar
Sabtu, 16 Nopember 2013
Milad Astha yang ke 15. Kami hanya bisa mengucapkan dari kaca. Saudara-saudara, teman-teman Astha menunjukkan perhatiannya dengan membesuk dan mengucapkan selamat milad. Mengharukan. Barakalloh, Astha.
Kepada teman-temannya, Astha menggerakkan bibirnya mengucapkan,"Jangan lupain gue..."
Teman-teman Astha menjawab,"Nggak akan! Don't worry. Semoga lekas sembuh."
Alhamdulillah Ya Alloh. Akhirnya berlalu juga kesusahan yang Kau ujikan pada kami. Memang ini belum selesai. Tapi setelah menjalan 5 kali oprasi, Astha makin banyak perkembangannya.
Pesan: Bagi teman-teman yang masih harus merebus air untuk keperluan mandi air hangat (belum memakai shower), sebaiknya merebus menggunakan ceret, bukan panci. Air tak perlu sampai mendidih.